“Aawwhh!!!”
Alca berteriak kencang hingga membuat Wangga yang awalnya berdiri santai di balkon hotel langsung berlari menghampirinya dengan ekspresi cemas. Ia bahkan cepat-cepat mematikan rokok yang baru dihisapnya sekali itu.
"Kenapa Ca? ada yang sakit?”
Alca hanya mengangguk sambil meremat perutnya sendiri.
Wangga lantas berjongkok, menatap Alca. “Apa yang sakit? Yang mana Ca? Perut? Kita ke rumah sakit yaa”, ujarnya yang panik sendiri
"Gausah Ga"
"Tapi itu---"
Alca menggeleng pelan. Satu tangannya tak sadar meremat kuat lengan Wangga.
"Sakit banget Ca? Kita ke rumah sakit yaa"
Rematan tangan Alca mulai merenggang di lengannya. Alca lantas bangkit dari duduknya kemudian berlari kecil menuju kamar mandi.
Wangga yang melihatnya, langsung berjalan mengikuti Alca kemudian berdiri di samping pintu kamar mandi
“Lo gapapa kan Ca?”
Alca tak menjawab, menit berikutnya pintu kamar mandi terbuka namun hanya kepala Alca yang muncul dari balik pintu
“Ga, tolong ambilin handphone gue”
“Lo gapapa?”
“Iyaa gapapa. Tolong handphone gue"
Wangga buru-buru mengambil ponsel Alca yang tergeletak di atas ranjang.
“Nih!”
Alca mengambil ponsel dari tangan Wangga kemudian menutup kembali pintu kamar mandi
Hampir lima menit lamanya tak terdengar suara Alca. Wangga mondar mandir bak setrikaan di depan pintu kamar mandi dengan raut wajah khawatir.
“Ca, lo gapapa kan?”
Alca masih tak menjawab ucapan Wangga
“Alca!!”
Wangga lantas menggedor-gedor pintu kamar mandi di depannya.
Detik berikutnya pintu kamar mandi terbuka. Kepala Alca kembali muncul dari balik pintu
“Lo kenapa? Apa yang sakit?”, omel Wangga yang kesal sendiri melihat tingkah Alca yang sangat tidak jelas menurutnya
“Ga----”. Alca menjeda kalimatnya terlihat takut-takut untuk melanjutkan kalimatnya
“Apa sih Ca? Ngomong tu yang jelas. Gausah bikin gue khawatir lah”, keluh Wangga dengan nada frustasi.
Alca menggigit bibir bawahnya, takut akan ucapannya. “Gue mau minta tolong sama lo”
“Yaa apa Ca? Apa?? Apa?", ujar Wangga yang tak sabaran. "Lo mau minta tolong apa sama gue?”
“Ehm tolong beliin gue ehm.. itu.. apa pembalut. Gu-gue minta tolong banget ni, Ga”, ucap Alca terbata-bata, takut jika Wangga menolak permintaannya. Wajah Alca bahkan memerah menahan malu saat mengatakannya.
“Gue barusan telpon Shakila dia gak punya stok. Novita juga gue telponin gak di angkat”
Wangga menghela napas pelan. Ia lega karena Alca tidak kenapa-kenapa. “Padahal tinggal ngomong doang apa susahnya. Lo udah buat gue khawatir tau gak”
Alca cengengesan sembari menatap Wangga. “Sorry...”
Bukannya di maafkan, Alca malah menerima tatapan tajam dari Wangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfikceSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...