-39-

1.5K 112 4
                                    

Alca mendorong pelan pintu kaca di depannya dan ia langsung di sambut oleh senyuman wanita di depannya.

"Selamat datang di Nona's bakery shop"

Alca tersenyum menatap wanita yang berdiri di depan meja kasir itu.

"Novita ada mbak?", tanya Alca. Ia tak ada niatan untuk membeli kue melainkan hanya ingin bertemu dengan si pemilik toko kue.

Wanita bernama Dewi itu mengangguk. "Ada. Tapi mbak Novita lagi meeting sama client di ruangan atas"

Alca mengangguk lalu mengamati keadaan toko kue itu sekilas. "Yaudah deh aku tunggu di sana aja", ujar Alca seraya menunjuk kursi kosong yang ada di pojok kiri toko.

Tapi sebelum menuju kesana, Alca sempat membayar sebungkus roti abon pedas dan sebotol air mineral yang ia ambil dari dalam kulkas.

Hampir setengah jam menunggu. Novita akhirnya turun dari lantai dua tokonya bersama dengan tiga orang yang salah satunya ternyata Nabastala. Alca sengaja tak menegur Nabastala karena memang wanita itu tak melihat dirinya.

Setelah mengantar client-nya pergi. Novita yang sedari tadi sudah melihat keberadaan Alca, langsung berlari kecil menghampiri Alca.

"Sumpah Ca.... Aku dapet orderan cupcake untuk pernikahan artis", bisik Novita antusias. Alca yang sudah mengetahuinya karena melihat Nabastala tadi hanya bisa memandang datar ke arah Novita.

"Senang kali aku, Ca. Gila.. gak kebayang ada artis mau order kue di tempatku".

Novita terus menggoyang-goyangkan badan Alca karena merasa senang. Namun sebaliknya Alca malah merasa kesal karena ia tak dapat memakan rotinya dengan tenang.

Novita kemudian memberi kode kepada Alca untuk lebih dekat kepadanya. Alca lantas menurut dan mendekatkan kepalanya ke arah Novita.

"Aku juga di undang datang ke acaranya", bisik Novita pelan. Bahkan di tengah-tengah berbisik, ia sempat memukul lengan Alca sangking senangnya.

"Tapi kau diam-diam aja. Soalnya yang punya acara belum ada gembar-gembor. Maklum lah artis"

Alca hanya menoleh menatap Novita. Ia diam saja dan tak mau merusak momen kebahagiaan sahabatnya itu. Padahal jika ia mau, bisa saja ia pamer seperti Novita.

"Eh, tumben banget kau kesini?", tanya Novita begitu tersadar melihat Alca yang ada di toko kuenya.

"Mau beli ini", ujar Alca bohong. Novita seperti tak yakin dengan ucapan Alca tapi ia tak membahas lebih lanjut.

Sebenarnya Alca hampir berpapasan dengan Wangga saat akan makan ketoprak di tempat langganannya. Untungnya ia berhasil menghindar dan akhirnya memilih melipir ke tokonya Novita.

*****
"Kamu tu memang lembur tiap malem yaa?"

Wangga yang dari tadi fokus menyetir mendadak menoleh menatap Fitta di sampingnya.

"Ngga juga. Cuma kalo kerjaan lagi banyak aja. Kebetulan beberapa hari ini kerjaan full terus"

"Sekali-kali kamu tu ambil cuti Ga, biar kita berdua ada waktu me time"

"Tiap hari Minggu juga kita me time kan, Fit?"

Wanita itu memanyunkan bibirnya seraya melipat kedua tangannya di dada. "Cuma sehari doang. Itu pun waktunya gak cukup untuk kita me time berdua"

Wangga hanya terdiam. Ia fokus menyetir sedangkan Fitta kembali sibuk dengan ponselnya.

Wangga memarkirkan mobilnya tepat di depan rumah Fitta. Tapi saat Fitta hendak keluar dari dalam mobil, Wangga menahan tangan kekasihnya itu.

"Kenapa?", tanya Fitta bingung

"Aku butuh waktu kamu sebentar aja. Temenin aku 10 menit disini. Seharian ini aku capek banget, Fit. meeting terus-terusan ditambah kerjaan tiap hari makin menumpuk"

Fitta mendesah pelan menatap Wangga. "Ga.... Kita kan udah sepakat kalo ketemu nggak membahas kegiatan lain selain hubungan kita berdua. Aku tu ngga ngerti tiap kamu bahas soal kerjaan kamu"

"Aku cuma ngeluarin keluh kesah aku seharian ini, Fit. Aku ngga butuh kamu ngerti soal kerjaan aku. Aku cuma butuh kamu dengerin aku"

"Yaa aku bosan tiap malam dengerin curhatan soal kerjaan kamu itu. Curhatan tentang atasan kamu. Atau tentang hari-hari kamu"

Satu tangan Fitta mengelus pelan pipi Wangga. "Aku tu pengennya kita cerita tentang hal-hal kebahagian kita aja. Kan itu gunanya kita ketemuan Ga. Untuk ngelepasin stres dengan urusan dunia kita masing-masing"

Melihat raut wajah Fitta yang berubah kesal membuat Wangga menggenggam tangan Fitta. "Ok! Aku minta maaf ya. Maaf udah buat kamu jadi kesal begini", ujarnya seraya tertunduk lemas

Fitta menangkup wajah Wangga agar menatapnya. "Aku maafin kamu tapi kamu janji yaa? Janji nggak bahas soal kerjaan kamu? Janji ngga bahas keluh kesah kamu? Janji, kita hanya akan membahas tentang hal-hal yang membawa kebahagian aja?"

Wangga terlihat ragu namun berakhir dengan mengangguk pelan. "Janji"

Fitta tersenyum lalu mengecup pipi Wangga sekilas.

"Aku masuk dulu yaa. Kamu hati-hati di jalan"

Fitta keluar dari dalam mobil begitu saja tanpa menatap Wangga. Padahal lelaki itu berharap kekasihnya akan berbalik menatapnya sambil melambai tersenyum.

 Padahal lelaki itu berharap kekasihnya akan berbalik menatapnya sambil melambai tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~TBC~

Thanks ♥️
-My 🐬

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang