"Lo percaya garis semesta nggak, Ca?"
Alca menoleh menatap Wangga saat lelaki itu tiba-tiba bersuara di tengah keheningan mereka.
"Kalo gue percaya sama yang namanya garis semesta setelah gue ketemu sama lo", ujar Wangga seraya sudut bibirnya sedikit terangkat. Mereka kembali bertatapan satu sama lain.
"Segala sesuatu yang terjadi di kehidupan ini telah diatur sedemikian baik sama Tuhan. Semua bergerak sesuai dengan garisnya masing-masing. Mau lo bergerak keluar dari garis pun, Tuhan akan tetap balikkan lo lagi ke garis yang semestinya"
"Yang artinya apa yang seharusnya menjadi milik lo bagaimana pun caranya akan menemukan jalan dan mendatangi lo, meskipun lo nggak menginginkannya. Dan apa yang tidak menjadi milik lo, meskipun lo sangat-sangat menginginkannya itu gak akan mendatangi lo atau hilang gitu aja"
"Dan gue percaya garis semesta yang Tuhan ukir untuk gue berakhir di lo"
Wangga menatap lekat Alca yang duduk di sampingnya. Sementara Alca hanya memandang lurus ke depan.
"Lo ingat waktu gue nolongin lo di rumah sakit?"
"Sejak saat itu semua terasa berjalan dengan semestinya, Ca". Wangga menarik napasnya dalam seraya menatap kedua tangannya yang menggenggam erat lalu kembali menatap Alca.
"Perlahan-lahan gue mulai suka dan nyaman sama lo, Ca. Setiap dengar omelan lo, rengekan lo, tiap denger lo marah-marah gue ngerasa senang. Gue senang bisa ngejahilin lo apalagi ngeliat muka kesal lo karena kelakuan gue. Gue juga lebih suka adu bacot sama lo ketimbang lo diemin gue kaya kemarin-kemarin, Ca. Dan kalo gue boleh Jujur gue ngga pernah kaya gini sama cewek, apalagi sama cewek yang baru gue kenal"
Wangga menghembuskan napasnya setelah mengutarakan semua yang ada di hatinya. Kepalanya ia letakkan pada sandaran kursi mobil.
"Beneran semuanya berjalan mulus dan sebagaimana mestinya kan? Meskipun di tengah-tengah gue sempat keluar dari jalur. Tapi Tuhan balikan lagi gue ke jalur itu. Tuhan tuntun gue untuk menemukan ujung dari garis semesta gue"
Detik berikutnya Wangga terlihat tertawa pelan.
"Mungkin lo akan mengganggap omongan gue terlalu naif, Ca. Tapi gue beneran dengan ucapan gue soal itu"
Wangga menatap lekat wajah Alca. Alca masih diam saja tak melirik Wangga sedikit pun.
"Gue minta maaf atas segala hal yang gue lakukan ke lo mulai dari pertama kita jumpa sampai detik ini. Gue minta maaf atas rasa sedih, kecewa, sakit hati, marah yang timbul akibat perbuatan gue, Ca. Gue beneran minta maaf dari lubuk hati gue yang paling dalam"
Alca tak menjawab. Ia hanya mengangguk pelan.
"Dimaafin?"
"Iyaa", jawab Alca singkat
Keduanya kembali diam.
Wangga menyentuh sebelah tangan Alca kemudian menggenggamnya erat. Membuat Alca sedikit terkejut lalu menoleh menatap Wangga di sampingnya.
"Gue nggak mau lagi kehilangan lo untuk yang kedua kalinya, Ca. Gue sayang sama lo. Gue cinta sama lo, Ca dan jujur gue nggak bisa hidup tanpa lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanficSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...