"Ren kayanya kita ngga harus----"
"Sssttt!". Narendra meletakkan jari telunjuknya tepat di depan bibir Nabastala seperti menyuruh istrinya itu untuk diam.
"Gapapa. Kita cek aja dulu yaa", ujar Narendra lembut.
Siang itu Narendra dan Nabastala sedang menunggu antrian di sebuah rumah sakit ibu dan anak. Mereka akan berkonsultasi dengan dokter kandungan perihal kesehatan Nabastala.
"Tapi beneran deh. Kita tu harusnya ke dokter umum bukan ke dokter kandungan, Ren. Test pack tadi pagi hasilnya garis satu, berarti aku nggak hamil"
"Tapi beberapa hari ini kamu muntah-muntah terus, sayang"
"Muntah kan belum tentu hamil. Bisa jadi aku memang lagi nggak enak badan"
"Tapi bisa jadi test pack nya yang salah"
Nabastala menggeleng pelan. "Kayanya penyakit asam lambungku kumat lagi. Makanya aku muntah-muntah terus. Bisa jadi karena itu"
"Tapi periksa ke dokter kandungan ngga ada salahnya kan sayang"
Nabastala mendesah pelan. Ia lebih memilih diam ketimbang kembali berdebat dengan Narendra yang tiada ujungnya. Memang semenjak mereka menikah Narendra sangat posesif ketimbang mereka pacaran dulu. Tapi Nabastala tak pernah ambil pusing soal itu karena ia menganggap mungkin hanya perasaannya saja.
"Kok dingin?", tanya Narendra begitu ia menautkan jarinya pada jari-jari mungil Nabastala.
"Takut", ujar Nabastala dengan nada yang sedikit manja.
"Takut kenapa?"
Nabastala memanyunkan bibirnya. Ia mengubah duduknya agar lurus menghadap Narendra seperti ingin berbicara serius.
"Kalo ternyata aku beneran nggak hamil pasti kamu kecewa kan?"
Mendengar hal itu sontak membuat Narendra tertawa kecil. "Justru kalo belum hamil. Kita harus berusaha lebih keras lagi sayang. Seminggu empat kali misalnya"
Nabastala langsung membungkam mulut Narendra dengan tangannya sambil melotot tajam.
"Mulut kamu tu yaa! Lama-lama aku jahit nanti"
Bukannya takut, Narendra malah tertawa gemas melihat raut wajah istrinya yang marah namun terlihat lucu dimatanya.
"Antriannya masih berapa lama lagi?"
Narendra melihat kertas kecil yang di pegangnya lalu dengan cepat beralih menatap layar monitor di depan mereka.
"Masih ada 3 nomor lagi sayang. Sabar yaa", ucap Narendra lalu merangkul setengah memeluk Nabastala sambil mengusap pelan lengan istrinya itu.
Saat tengah menunggu antrian. Tiba-tiba mata Narendra menatap seorang wanita yang baru saja datang dan berdiri di meja pendaftaran. Ia berusaha menguping pembicaraan wanita itu dengan petugas rumah sakit. Namun karena jarak duduknya yang cukup jauh dengan meja pendaftaran, alhasil Narendra tak mendengar percakapan yang terjadi sama sekali.
Gue salah lihat ngga sih?
Narendra membulatkan matanya terkejut ketika wajah wanita itu terlihat jelas saat dia berbalik badan. Ia dengan cepat menutupi wajahnya dengan selendang hijab yang dikenakan Nabastala.
"Kamu kenapa iihh?", tanya Nabastala yang begitu terganggu dengan tingkah Narendra. Narendra bahkan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Nabastala sambil masih menutupi wajahnya.
"Sssttt!! Sayang... Diem Sebentar aja yaa, please!"
"Kenapa?", tanya Nabastala bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
ФанфикSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...