-44-

2.1K 151 12
                                    

Novita yang saat itu baru sampai di IGD rumah sakit bersama dengan Shakila mendadak terkejut karena tangannya di tarik oleh seorang laki-laki.

"Lu Novita temennya Alca bukan?"

Novita lantas mengangguk menanggapi pertanyaan lelaki itu. Wajahnya terlihat khawatir sambil kepalanya sesekali melongok ke dalam ruangan IGD

"Gue Darrel, temen kerjanya Alca"

"Oohh.. i-iya.. Gimana keadaan Alca?"

"Alca lagi di tangani sama dokter IGD. Lo tenang aja, Alca gak kenapa-napa"

"Boleh tau kronologinya gimana?". Kini giliran Shakila yang bertanya kepada Darrel

"Sebelum gue pulang tadi, gue lihat Alca berdiri di pinggir jalan katanya mau nungguin temennya. Waktu gue tinggal pulang duluan Alca baik-baik aja"

Novita dan Shakila kompak mengangguk.

"Gak lama dari situ gue putar balik lagi ke arah studio karena ada barang gue yang ketinggalan. Nah waktu gue putar balik dan gak jauh dari studio, gue lihat orang-orang di sana udah pada ngumpul katanya ada korban penjambretan. Pas gue lihat kerumunan itu ternyata Alca udah duduk di pinggir jalan dengan tangan dan kaki yang penuh dengan luka lecet"

"Apa ada pihak keluarga dari Nona Allinah Alca Pradina?", tanya seorang perawat yang mendadak menghentikan pembicaraan Darrel

"Kami sus", seru Novita. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk melihat kondisi Alca

"Kok kalian berdua bisa ada disini?"

Novita langsung menjitak kepala Alca karena geram melihat reaksi sahabatnya itu. Padahal selama perjalanan ke rumah sakit Novita terus memikirkan keadaan Alca dengan perasaan khawatir.

"Pas kita jemput lo tadi ada abang-abang tukang parkir yang bilang ada korban penjambretan dan lagi di bawa ke rumah sakit. Pas kita tanya ciri-cirinya mengarah ke lo, kak"

"Kau di jambret tapi kenapa bisa luka begini? Kau ngelawan jambretnya?"

Alca menggeleng. "Gue keseret hampir 20 meter karena mempertahankan tas gue yang mereka jambret. Tapi akhirnya gue lepas gitu aja"

"Batu sih kalo di bilangin. Padahal gue tadi udah bilang kan jangan nunggu di pinggir jalan. Tapi masih ngeyel aja". Giliran Darrel yang sekarang mengomel kepada Alca. Alca hanya melirik Darrel sambil merengut sebal.

"Di dalam tas mu itu ada apa aja? Apa aja barang mu yang hilang?"

"Dompet beserta uang, kartu ATM sama kartu identitas gue. Ehmm... Charger, pouch make-up, sama beberapa notes kerjaan gue"

"Handphone?", tanya Shakila

"Gue letakin di kantong celana jadinya aman. Cuma tadi ada baret-baret sedikit karena handphone gue posisinya di kantong celana depan pas gue keseret tadi"

"Lo tenang aja Ca. Untuk barang lo yang hilang gue udah hubungi om gue yang kerja di kepolisian. Katanya pelaku bakal di cari sama mereka"

Alca hanya mengangguk mendengar Darrel

"Nanti gue mau ngecek CCTV di studio juga, kali aja ada rekaman jejak pelaku penjambretannya. Jadi bisa memudahkan kerja para pihak kepolisian untuk meringkus mereka"

Alca tersenyum menatap Darrel. "Makasih banyak yaa Dar..."

Darrel mengangguk lalu menatap Novita dan Shakila. "Lo berdua bisa bawa Alca pulang kan? Gue ngga bisa ngantar Alca karena mau balik ke studio"

Novita dan Shakila kompak mengangguk

"Kalo gitu gue pulang duluan. Titip Alca!"

Saat baru berjalan dua langkah Darrel kembali berbalik menatap ketiganya. "Semua administrasi udah gue selesaikan. Lo berdua tinggal bawa Alca pulang aja"

"Sekali lagi makasih yaa Dar...", ucap Alca sementara Novita dan Shakila sedikit memberikan senyuman untuk Darrel.

*****
Terdengar suara kunci pintu apartemen di tekan dari arah luar. Gita mengabaikan suara itu, bahkan ketika pintu kamar apartemennya terbuka. Tanpa menoleh pun ia sudah tau seseorang yang memasuki kamar apartemennya.

"Git..."

Terdengar desahan pelan dan suara lemah Wangga yang ikut duduk di samping Gita. Ia menyandarkan tubuhnya ke sofa sambil meletakkan kedua kakinya ke atas meja di depannya. Seperti posisi setengah berbaring.

Gita hanya berdehem sambil menonton televisi di depannya. Ia tak menoleh sedikitpun pada Wangga.

"Akuu---"

Ting...

Ting...

Ting...

Ting...

Ting...

Terdengar beberapa kali suara notifikasi ponsel Gita muncul yang berbarengan dengan suara Wangga.

Gita dengan cepat mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja.

"Hah?". Gita sedikit berteriak ketika hampir 1 menit lamanya ia terdiam sambil membaca pesan-pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

"Kenapa?"

Pertanyaan Wangga tak di jawab. Gita meletakkan ponselnya di telinga seperti menghubungi seseorang.

"Halo kak.."

"Gimana keadaan kak Alca sekarang?"

Wangga lantas menoleh menatap Gita di sampingnya.

"Gita tau dari info yang disebar bang Darrel di grup. Makanya Gita langsung telpon kakak"

Wangga menarik-narik lengan kaos Gita seperti meminta penjelasan.

"Ada yang luka kak?"

Wangga yang tak sabaran langsung mendekatkan telinganya ke arah ponsel yang ada di dekat telinga Gita.

"Sekarang kakak ada dimana?"

Gita mendorong pelan kepala Wangga agar menjauh darinya. Ia juga memberi isyarat agar Wangga diam terlebih dahulu.

"Ok kak..."

"Alca kenapa?", tanya Wangga tak sabaran begitu melihat Gita yang sudah memutuskan sambungan teleponnya.

"Kak Alca baru aja jadi korban penjambretan di depan studio"

"Hah? Yang bener kamu, Git?". Wangga terkejut dengan mata membulat sempurna.

"Sekarang keadaan Alca gimana? Apa yang hilang?"

"Dompet sama beberapa barang yang ada di dalam tasnya. Kak Alca baik-baik aja meskipun banyak luka lecet di badannya"

"Luka?", tanya Wangga tak mengerti. "Kenapa bisa luka?"

"Kak Alca keseret hampir 20 meter karena mempertahankan tasnya"

"Sekarang Alca dimana?"

"Udah di kosannya. Baru pulang dari IGD rumah sakit"

 Baru pulang dari IGD rumah sakit"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~TBC~
Thanks ♥️
-My 🐬

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang