-8-

2.9K 154 0
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Papa Dani bingung melihat Alca yang datang dengan seorang lelaki di belakangnya. Alca masih tak sadar bahwa Wangga sedari tadi mengikutinya.

"Kamu disuruh kemana sama Mama, Ca?"

"Di suruh belanja ke warung", jawab Alca sambil menunjukkan kantong belanjaan yang di tentengnya.

"Terus itu siapa?", tanya Papa Dani sambil mengerucutkan bibirnya memberi isyarat bahwa ada seseorang di belakang Alca.

Alca yang tak mengerti maksud perkataan ayahnya lantas berbalik dan mendapati Wangga yang memang tengah berdiri di luar pagar rumahnya. Alca membulatkan matanya kaget lalu menarik Wangga menjauhi ayahnya.

"Kan saya suruh kamu untuk tunggu di sana. Kenapa malah ikut sih", bisik Alca pada Wangga

"Gue cuma------"

"Ngomongnya kenapa bisik-bisik?"

"Pa... I-ini tuuu.... Eehhmm.... ituu...". Alca mendadak bingung ketika harus mengenalkan Wangga kepada ayahnya. Ucapannya tiba-tiba tergagap tak jelas.

"Siang Om", sapa Wangga ramah lalu berjalan masuk ke dalam pekarangan rumah Alca. "Saya Wangga temennya Alca dari Jakarta", lanjutnya sambil mengulurkan tangan kanannya.

Papa Dani tersenyum lalu membalas uluran tangan Wangga. "Dani, Papanya Alca. Eehh.. Mari duduk", ucap papa Dani yang malah menyuruh Wangga untuk duduk di kursi teras depan rumah mereka.

Alca berdecak pelan lalu berjalan kesal masuk ke dalam pekarangan rumahnya. Ia bergegas masuk ke dalam rumah, sebelum itu matanya sempat melirik ke arah Wangga yang seperti akan berbincang dengan ayahnya.

Alca berjalan memasuki dapur. Setelah meletakkan barang belanjaannya di meja, ia menatap mama Nita lekat.

"Eum... Ma....."

Mama Nita menaikkan alisnya begitu melihat Alca seperti ingin bertanya sesuatu.

"Kenapa?"

"Ngga jadi ma", ucap Alca lalu buru-buru lari menuju kamarnya.

Setelah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang lebih bagus. Alca bergegas keluar rumah kemudian mengajak Wangga pergi.

"Ayok buruan!", ucapnya seraya menatap Wangga yang masih duduk di kursi teras bersama ayahnya.

"Itu Ca, kalo ga salah, kontrakan Pak Wiryo masih ada yang kosong", sahut Papa Dani memberitahu. Alca yang mendengarnya mengangguk pelan

"Iyaa Pa. Alca memang mau bawa Wangga kesana"

Alca lantas menarik Papa Dani agar berdiri dari duduknya kemudian menyeret pelan pria itu menuju ambang pintu rumah mereka.

"Gausah sok akrab gitu, bisa kan pa? Gausah sok nanya-nanya juga ke Wangga", bisik Alca pelan membuat Papa Dani mengernyit bingung.

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang