Sebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya.
Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...
Terdengar suara dering telepon dari ponsel Wangga. Ia langsung mengangkat panggilan telepon tersebut.
"Ya halo..."
"Ga.. ini nomor telepon aku yaa"
"Iyaa Fit. Tenang aja, udah aku save kok"
"Ohiya kamu udah sampai rumah?"
"Udah Fit. 10 menit yang lalu aku udah sampai di rumah"
Lalu keduanya mendadak terdiam sesaat
"Ehm.. Betewe kamu lagi ngapain?"
"Lagi nggak ngapa-ngapain. Kenapa?"
Wanita di sambungan telepon itu sontak tertawa keras. Sementara Wangga malah mengernyit tak mengerti kenapa wanita itu mendadak tertawa
"Pantesan yaaa.... telepon aku langsung kamu angkat"
Wangga hanya senyum-senyum saja. Yang sudah jelas pasti tidak akan terlihat oleh Fitta
"Besok mau ketemuan lagi nggak, Ga?"
Wangga terdiam lalu mengangguk
"Boleh Fit. Mau ketemuan dimana?"
"Ntar aku infoin deh"
Wangga manggut-manggut setuju. "Ok Fit! Ntar kabari aku aja"
"Okey Ga... Sampai ketemu besok yaa. Bye...."
Tak lama, Fitta langsung mematikan sambungan teleponnya.
Wangga menatap dirinya di depan cermin kamarnya sebelum melempar ponselnya ke atas kasur. Ia mendadak senyum-senyum mengingat pertemuannya dengan Fitta beberapa jam yang lalu.
*****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ini chat nya beneran gini doang? ngga ada nanyain gue udah sampai kosan apa belum?. Batin Alca sambil terus memandangi layar ponselnya.
Ia berguling-guling di atas kasur sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.
"Nov, ini kayanya udah ngga bener deh! Semua ini salah!"
Novita yang saat itu tengah sibuk mengoleskan masker wajah di depan meja rias mendadak menoleh ke arah Alca yang tiduran di kasurnya
"Kenapa?"
"Terus terang aja yaa. Gue udah terlalu baper sama semua sikapnya Wangga", ungkap Alca jujur. "Gue benar-benar nggak bisa mentolerir lagi perasaan gue ke dia"
"Terus letak salahnya dimana?", tanya Novita tak paham.
Alca lantas bangkit dari tidurnya lalu duduk menghadap Novita. "Yaaa kalo gue baper, terus gue jatuh cinta sama dia gimana? Sementara dia mungkin ngga punya perasaan lebih ke gue"
Novita berjalan menuju kasurnya, kemudian duduk di tepi kasur tersebut. Ia menatap Alca dalam. "Karena kau cuma temenan sama dia. Itu kan yang kau takutkan? Kau takut jatuh cinta di saat dia cuma menganggap kau sebagai teman"
Alca mengangguk pelan. Semua yang dikatakan oleh Novita benar. Ia menghela napas berat sambil mengusap-usap wajahnya kasar.
"Sekarang aja gue kesel karena di tinggal gitu aja di mall sama dia. Padahal dia lagi di panggil sama bos nya. Terus gue makin kesel lagi karena dia ngga ada nanyain keadaan gue sekarang. Seharusnya gue nggak harus kesel sama itu semua kan?"
Novita mendadak terdiam. Tidak tau harus bereaksi seperti apa
"Sampai gue rela berjam-jam mantengin hp demi dapat notif pesan dari dia"
Alca menatap Novita cukup lama, helaan napas tiba-tiba terdengar. "Tolong bilang sama gue kalo semua ini salah Nov!"
Ting....
Tak lama bunyi notif dari ponsel Alca terdengar. Mereka berdua sempat saling pandang sebelum Alca meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur.
"Aaahhhhhh!!!"
Alca berteriak kencang setelah membaca pesan itu. Ia meluapkan emosinya, mengeluarkan kekesalan terhadap perasaannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Pagi itu Wangga sudah berdiri di depan cermin sambil mengancingi satu persatu kancing kemejanya. Matanya juga sesekali melirik ke arah jam yang tersangkut di dinding kamarnya untuk memastikan jika ia tidak terlambat untuk berangkat bekerja.
Tak lama ponselnya berdering. Wangga langsung mengangkat panggilan telepon itu lalu menekan ikon loudspeaker pada layar ponselnya. Kemudian ponselnya ia letakkan begitu saja di atas meja.
"Pagi Ga..."
"Pagi Fit.. ada apa nelpon pagi-pagi begini?", tanya Wangga begitu penasaran
Wanita itu terkekeh pelan. "Aku pengen dengar suara kamu. Kan dulu kamu sering begini"
Wangga yang mendengarnya hanya senyum-senyum sendiri di depan cermin.
"Kamu lagi apa?"
"Lagi siap-siap mau ke kantor"
"Kamu pulang jam berapa?"
"Sore Fit. Sekitaran jam 5. Kenapa?"
"Jadi kan Ga, kita mau ketemuan?"
"Jadi. Jadi! Mau ketemuan dimana?"
"Kamu jemput aku aja dulu. Baru ntar kita mutusin mau kemana nya"
Wangga mengangguk seraya memakai jam tangannya. "Ok. Ntar sore aku jemput kamu"
"Ok Ga! Kamu hati-hati yaa kerjanya. Bye..."
Wangga hanya berdehem. Lalu tak lama sambungan telepon itu putus begitu saja.
*****
"Ca, aku mau pergi ke toko. Ntar kunci kamar kos ku, letakin di tempat biasa yaa"
Alca yang belum sepenuhnya sadar itu hanya menganggukkan kepala.
"Aku pergi dulu. Dah...."
Setelah kepergian Novita, kamar mendadak hening. Hanya terdengar suara kicauan burung dan hembusan angin pagi sebab sebelum Novita pergi, ia sempat membuka jendela kamarnya.
Alca hanya diam terbaring diatas kasur sambil melamun menatap keluar jendela kamar.
Ting...
Alca terkejut dengan suara notifikasi pesan yang masuk ke ponselnya. Ia dengan cepat meraih ponselnya yang ada di atas nakas samping ranjang lalu buru-buru membaca pesan itu.
"Ck!". Alca berdecak sebal karena pesan itu datang dari Calvin yang menyuruhnya untuk datang ke studio. Ia melempar ponselnya asal ke atas kasur lalu menyembunyikan kepalanya di bawah bantal.
Alca sungguh kesal setengah mati ketika Wangga benar-benar tak menghubunginya hingga detik ini.