"Kenapa sama kaki kamu, Fit?", tanya Wangga setelah menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Fitta.
"Nggak kenapa-napa kok. Kayanya karena beberapa hari ini aku sibuk kesana kemari ngurusin persiapan pertunangan kita. Jadinya kaki aku sakit-sakit"
"Besok pagi aku antar ke rumah sakit mau?"
Fitta menggeleng. "Gausah sayang. Dibawa istirahat hilang kok sakitnya"
"Yakin?", tanya Wangga memastikan
Fitta mengangguk. "Kalo ngerasa sakit atau gimana-gimana aku pasti hubungi kamu"
Fitta membuka pintu mobil dan tak lupa ia mencium pipi Wangga sebelum keluar dari dalam mobil.
"Sampai ketemu besok. Kamu hati-hati di jalan yaa"
Wangga hanya mengangguk lalu memandangi Fitta yang berjalan masuk ke dalam rumahnya.
*****
Pagi itu Alca keluar dari kamar kosannya dengan raut wajah cemas karena mendengar Shakila yang baru saja ditabrak mobil dari arah belakang saat selesai sarapan pagi di warung bubur ayam.
"Kok bisa kau ditabrak? Berhenti mendadak kau rupanya?", sungut Novita seraya berkacak pinggang memandangi Shakila.
"Mobil depan gue itu yang duluan ngerem mendadak kak. Makanya gue juga ikutan ngerem mendadak dan mobil di belakang gue ngga bisa ngerem. Jadinya nyium body belakang motor gue"
"Tapi lo nya gapapa kan, Sha?"
"Gapapa kak. Meskipun body motor gue sedikit penyok sama platnya bengkok setengah", ujar Shakila dengan raut wajah sedih menatap motornya itu.
"Jadi yang nganterin ke bengkel tadi siapa?"
"Orang yang mobilnya ngerem mendadak itu. Untungnya dia mau tanggung jawab kak. Kalo nggak, bakalan gue kejar sampe ke rumahnya"
Alca mengamati motor matic berwarna putih itu. Meskipun sudah diperbaiki tapi di bagian belakangnya masih ada sedikit sisa bekas goresan.
"Padahal kemarin habis perawatan, ganti oli dan segala macem, eh hari ini malah ditabrak dari belakang", keluh Shakila lalu berjongkok di teras depan bangunan kosan mereka sambil memandangi motor matic kesayangannya yang dibeli dengan susah payah. Hasil dari keringatnya bekerja selama ini.
"Sabar yaa, yang penting lo nya gak kenapa-napa Sha", ujar Alca lalu ikut duduk di samping Shakila.
Novita juga ikut bergabung. Jadilah mereka duduk bertiga di teras depan sambil memandangi motor matic itu.
"Weekend sialan!!", umpat Shakila sambil menghentak-hentakan kakinya kesal
Novita dan Alca tak bersuara. Mereka berusaha menenangkan Shakila sambil mengelus pelan punggung Shakila.
Mereka terdiam cukup lama memandangi motor itu sampai akhirnya Novita kembali bersuara.
"Eum, Ca...", panggil Novita membuat Alca dengan cepat menoleh.
"Lo udah tau belum?", tanyanya kemudian.
Shakila yang sudah tau kemana arah pembicaraan Novita lantas memandangi wajah Alca dengan cemas. Shakila sudah tau tentang hal yang ingin ditanyakan oleh Novita karena tadi malam Novita sudah memberitahunya terlebih dahulu.
"Soal apa?"
"Eummm.... itu". Novita terdiam sebentar. "Lo dalam waktu dekat ini ada dapat undangan pernikahan atau pertunangan gitu, nggak?"
Alca mengerutkan keningnya. Tak mengerti dengan pertanyaan Novita. "Maksudnya?"
Novita melambaikan tangannya ke udara. Ia mengurungkan niatnya untuk bertanya kepada Alca. "Udah deh lupain. Gue juga bingung sama pertanyaan gue sendiri"

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
Fiksi PenggemarSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...