-31-

1.8K 104 2
                                    

Wangga tampak sedikit rapi sore ini. Meskipun tampilannya sederhana hanya dengan memakai kaos lengan panjang dengan celana jeans, tetap tak menghilangkan ketampanan yang dimiliki oleh lelaki itu.

Wangga sudah menunggu di depan kosan Alca sejak 15 menit yang lalu. Namun ia baru menghubungi Alca ketika waktu sudah menunjukkan pukul 5.

"Ca, lo udah siap? Gue udah di depan”

“Ehh bentar Ga. Gue masih pake sepatu. Dua menit lagi gue keluar kos”

“Ok! Ca...”

Setelah memutus sambungan telepon tersebut. Wangga bercermin pada kaca spion depan mobilnya. Ia merapikan sedikit rambutnya yang terlihat berantakan.

Tak lama Alca keluar dari gerbang kosannya sambil berlari menuju mobil Wangga

Sorry Ga. Lama yaa?”, tanyanya begitu masuk ke dalam mobil. Wangga hanya menggeleng pelan sambil memperhatikan Alca

“Nggak kok. Kan cuma dua menit. Lagian gue juga baru nyampe”

Alca tersenyum tipis kemudian menarik seatbelt dan memasangkan ke tubuhnya. “Mau cari hadiah dimana?”

Wangga mengedikkan bahunya. “Nggak tau. Menurut lo dimana bagusnya?”

“Di mall aja kali yaa. Banyak pilihannya juga”

Wangga mengangguk lalu melajukan mobilnya menuju mall atau pusat perbelanjaan yang terdekat.

Di tengah-tengah perjalanan Wangga tiba-tiba bertanya pada Alca yang saat itu tengah melamun memandangi jalanan dari dalam kaca jendela mobil

"Bajingan itu gimana? Apa masih gangguin lo?"

Alca menoleh menatap Wangga yang sibuk menyetir di sampingnya. Ia sempat diam beberapa detik sebelum akhirnya berbicara.

"Hm.. sejauh ini belum ada. Tapi ngga tau ke depannya gimana"

"Kalo ada apa-apa lo cepat ngabarin gue, Shakila atau temen lu yang satu lagi itu. Gue kemarin udah bilang ke Shakila buat jagain dan mantau keadaan lo beberapa minggu ke depan. Gue cuma takut dia masih gangguin lo aja", ujar Wangga yang masih fokus menyetir

"Pokoknya kalo ada apa calling gue secepatnya, Ca"

Alca tersenyum hingga matanya menghilang, menunjukkan eyesmile nya yang cantik. "Makasih banyak yaa Ga".

Wangga hanya berdehem pelan. Ia buru-buru mengalihkan pandangannya dari Alca lalu fokus menatap jalanan di depannya.

Jangan senyum gitu, Ca. Hati gue lemah. Batin Wangga meleleh.

Setibanya mereka di mall terbesar Jakarta kawasan selatan itu. Wangga langsung memarkirkan mobilnya di parkiran roda empat. Setelahnya mereka berdua masuk menyusuri area mall tersebut.

“Mau beli hadiah apa untuk Gita?”, tanya Alca lembut

Wangga sempat terdiam sebentar. Kemudian menoleh pada Alca yang berdiri di sampingnya. “Menurut lo apa bagusnya?”

Alca terlihat sedang berpikir sambil memajukan bibirnya. Mata juga sibuk memperhatikan satu persatu deretan toko yang ada di mall tersebut lalu fokusnya tertuju pada sebuah toko jam tangan.

“Gimana kalo beli jam tangan?", tunjuk Alca pada salah satu toko yang ada di depan pojok kanannya berdiri.

"Nggak langsung di beli. Kita lihat-lihat aja dulu. Ntar kalo ngga ada yang cocok bisa cari yang lain”

Wangga mengangguk setuju dengan saran Alca. Mereka berjalan beriringan memasuki toko jam tangan ternama tersebut.

"Ada yang bisa saya bantu?", tanya seorang pelayan wanita yang menyambut kedatangan Alca dan Wangga di pintu masuk

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang