Hari ini tepat hari ke sembilan Wangga menunggu di depan kosan Alca. Setiap pulang dari kantornya, Wangga selalu berhenti di depan kosan Alca berharap bisa menemui wanita itu.
Tok... Tok.... Tok.....
Wangga terkejut ketika seseorang mengetuk kaca pintu mobilnya. Wangga dengan cepat keluar dari dalam mobil.
"Ada apa pak?", tanya Wangga heran begitu melihat penampilan pria paruh baya itu.
"Saya Eko, satpam di kosan sana, Mas" ujar pria itu memperkenalkan diri seraya menunjuk bangunan kos-kosan. "Saya dapat laporan dari anak-anak kos, katanya tiap malam masnya parkir disini. Apa benar Mas?"
Wangga sedikit tertegun mendengar penjelasan pria itu
"Mobil Mas parkirnya memang agak jauh dari kosan kami. Tapi anak-anak kosan agak risih dan takut soalnya penghuninya cewek semua. Mereka takut kalau ada orang asing yang ingin mengintai mereka"
Wangga berkali-kali menundukkan kepalanya. "Ohh... iyaa pak, maaf. Sekali lagi saya minta maaf. Saya gak tau kalo udah bikin penghuni kos di sana nggak nyaman"
"Iyaa Mas gapapa.", ujar pria itu sambil menepuk pelan punggung Wangga
"Tapi kalo boleh saya tau ada keperluan apa yaa Mas nya tiap malam parkir disini?"
"Ehm... Ituu pak. Ehm... Saya nungguin temen saya yang tinggal di kosan itu. Tapi dari kemarin saya nggak pernah ngeliat dia keluar dari sana"
"Namanya siapa yaa Mas? Mungkin nanti bisa saya sampaikan. Dan kalau boleh saya tau, nama Mas nya siapa?"
"Temen saya namanya Alca, Pak". Wangga lantas memperkenalkan dirinya. "Kalau saya sendiri Wangga"
Pria itu lantas ber-oh ria. "Temannya mbak Alca"
Wangga menganggukkan kepalanya senang saat pria itu menyebut nama Alca.
"Ohh yaa jelas lah Mas. Mbak Alca udah pindah ke Yogyakarta dari seminggu yang lalu. Udah nggak disini lagi"
Wangga membulatkan matanya. "Yang benar pak?"
"Beneran Mas. Masa iyaa saya bohong"
Wangga buru-buru masuk ke dalam mobilnya. Tapi ia ingat belum mengucapkan terima kasih kepada pria itu. Akhirnya ia keluar lagi dari dalam mobilnya.
"Ohh pak. Terima kasih infonya yaa pak. Sekali lagi saya minta maaf kalau sudah bikin anak-anak kosan sana kurang nyaman"
Pria itu membalas senyuman Wangga. "Iyaa Mas sama-sama"
Wangga kembali masuk ke dalam mobilnya lalu bergegas pergi dari sana.
*****
"Gita..."
"Git...."
"Gita....". Wangga menggedor pintu kamar Gita begitu ia sampai di apartemen.
"Gitaa!!!"
"Apaan? Ganggu orang lagi maskeran aja", sungut Gita yang susah payah bicara karena masker wajah yang dipakainya hampir setengah mengering.
"Kamu tau Alca pindah ke Yogya?"
"Hah? Kapan?"
Wangga mendesah pelan karena Gita malah bertanya kepadanya. Ia berbalik lalu berjalan menuju sofa dan menjatuhkan dirinya di atas sofa tersebut.
"Aku tadi ke kosannya Alca. Tapi satpamnya bilang kalo Alca udah nggak tinggal di kosan itu lagi. Dia pindah ke Yogya"
Gita ikut duduk di samping Wangga. "Oohh.... Pantes aja dari kemarin aku nggak ada ketemu sama Kak Alca di studio. Ternyata pindah ke Yogya"

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfictionSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...