Gita masih memicing tajam ke arah dua orang yang duduk di hadapannya. Ia menatap secara bergantian wajah keduanya sedangkan yang ditatap hanya menunduk tak bersuara.
“Mau sampai kapan diam-diaman gini terus?”. Gita bicara penuh penekanan. Matanya menyipit saat memandangi kakak lelakinya itu.
“Coba jelasin ke Gita kenapa bang Wangga bisa sama kak Alca”
“Gini Git, Ehhmm---“
“Kak maaf”, sela Gita seraya melipat kedua tangannya lalu beralih menatap Wangga. “Gita mau dengar penjelasan dari Bang Wangga dulu”
Alca terdiam lalu melirik Wangga yang duduk di sebelahnya.
“Panjang ceritanya Git”
Gita mendesah pelan. Entah kenapa bukan itu jawaban yang ingin ia dengar dari mulut Wangga.
“Kalo gitu pertanyaannya aku ganti", ucap Gita lalu terlihat seperti sedang berpikir.
"Dari kapan kamu kenal dan dekat sama Kak Alca, Bang? Kalo kalian gak deket mana mungkin aku ngeliat adegan kaya tadi, kan?”
Wangga hanya diam saja, ia sedikit ragu menjawab pertanyaan adiknya itu.
"Bang Wangga!"
“Se-sejak pertama kali aku tiba di Surabaya”
“Maksudnya?”
“Ma... maksudnya, aku gak sengaja ketemu sama Alca waktu itu”. Wangga meneguk ludahnya susah payah saking bingungnya.
“Iya Git. Aku sama Wangga gak sengaja ketemu”, timpal Alca kemudian
"Waktu itu Wangga lagi nyari kontrakan di sekitaran sini"
“Kontrakan?”, tanya Gita lagi seraya menatap Wangga. “Ohh siang-siang yang aku chat kamu mau cari kontrakan itu, Bang?”
Wangga hanya mengangguk pelan sambil wajahnya memelas meminta adiknya itu untuk mengakhiri pembicaraan ini.
“Udah sejauh itu ternyata, pantesan ajaa” gumam Gita pelan seraya tersenyum mengejek ke arah Wangga lalu beralih menatap Alca.
“Dia sering ngusilin Kak Alca, gak?”
“Gak lah”, elak Wangga cepat. “Mana pernah gue ngusilin dia”
Gita memutar bola matanya malas, lalu jari telunjuknya ia arahkan tepat di depan wajah abangnya itu. “Bisa diam nggak lu bang? Gue gak nanya sama lo”
Alca melirik sebentar ke arah Wangga dengan senyum sinisnya kemudian kembali menatap ke arah Gita.
“Owh gak Git”, kekehnya pelan. “Wangga mana pernah ngusilin aku. Iya kan Wangga?”
Sebelah alis Alca naik turun menatap Wangga. Sedangkan Wangga hanya diam melihat ekspresi Alca barusan.
“Eeeh.. kok kamu gak ngabarin aku kalo mau ke rumah?”.
Kini giliran Alca yang bertanya pada Gita. Ia sengaja mengalihkan topik pembicaraan gadis itu.
“Udah kok. Tapi Kak Alca lagi asik berduaan sama temennya. Jadi gak sempat ngecek handphone kan?”
Alca terkekeh pelan, ia mengusap tengkuknya pertanda gugup.
"Ahh ituu, handphone ku ketinggalan di kamar tadi", ucapnya tergagap seraya menoleh ke arah Wangga
“Ka-kamu mau minum apa? Biar aku ambilin”, tawar Alca lalu beranjak dari duduknya
“Apa aja kak”
Gita lalu memberikan sebuah paper bag yang di bawanya kepada Alca. “Ini ada kue sama beberapa makanan lainnya. Semoga kak Alca suka”
“Wahhh! Terima kasih yaa Git”

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanficSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...