Sebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya.
Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...
Wangga bersama ibunya menyusuri lorong pasar modern di daerah Utara Jakarta. Kegiatan yang selalu Wangga lakukan di kala weekend yaitu menemani ibunya pergi ke pasar. Wangga berjalan mengekor di belakang ibunya sambil membawa kantong plastik belanjaan.
"Mahal amat bang", ujar Santi setelah mendengar pedagang itu menyebutkan harga cabe merah.
"Nggak bisa kurang?"
Wangga mengernyit saat ibunya malah menawar harga yang menurutnya itu sudah termasuk harga yang murah.
"Nggak Bu. Itu udah harga dari sananya. Kalo dikurang lagi kami rugi"
"Yaudah kasih sekilo deh"
Setelah dari kios cabe tersebut. Santi berjalan menyusuri lorong ke arah kiri. Wangga hanya diam saja sambil terus mengekor di belakang ibunya.
Santi berhenti di kios yang menjual sayuran. Wangga tak ikut masuk ke dalam, ia memilih berdiri menunggu diluar. Wangga meletakkan sebentar barang belanjaan itu ke bawah untuk meregangkan otot pinggangnya.
Wangga mengamati keadaan pasar yang kian ramai menjelang siang hari. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri sambil matanya sibuk menjelajah tiap sudut pasar modern tersebut. Namun tak lama kemudian matanya membulat sempurna saat melihat seorang wanita berada di sudut kanan pasar. Berbelanja di kios sembako.
Wangga melangkah cepat menerobos kerumunan orang-orang yang sibuk berbelanja. Kerumunan yang lebih didominasi oleh kaum ibu-ibu itu.
"Alca..."
Wangga menarik tangan seorang wanita. Sementara Wanita itu terkejut saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh Wangga.
"Ohh... Maaf. Saya salah orang". Wangga melepaskan tangannya lalu dengan cepat meminta maaf kepada wanita itu.
Wangga berjalan gontai kembali ke kios dimana ibunya masih berbelanja di tempat itu. Pikirannya masih terbayang ke wanita tadi, wanita yang sangat mirip dengan Alca.
Nggak mungkin salah orang
"Kamu kemana? Ini kenapa belanjaannya di tinggal disini? Untung nggak diambil orang", omel Santi kepada Wangga.
"Itu... Wangga kesana sebentar. Tadi ada ibu-ibu yang minta tolong bawain belanjaannya", ujarnya berbohong. Ia dengan cepat memunguti semua belanjaan ibunya yang tergeletak lalu kembali berjalan mengekor di belakang ibunya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***** "Tahun baru pada kemana ni?", tanya Gista begitu meeting mereka siang tadi selesai.
"Gimana kalo kita bakar-bakar", usul Aldo kemudian. Tama yang saat itu duduk di samping Aldo melirik ke arahnya.
"Mau bakar apa, Do?"
"Bakar sampah", jawab Aldo asal membuat beberapa orang di ruangan itu terkekeh pelan.
"Dimana? Gue ikut aja deh", sahut Rissa
"Rumah bang Daniel, lah"
Daniel lantas menatap tajam pada Aldo. "Lah? Kenapa di rumah gue? Kan yang mau bakar-bakar lu, lu pada"