"Gimana tangan sama kaki lo? Apa masih sakit?"
Alca menggeleng pelan sambil tertawa kecil. "Udah hampir 2 Minggu Dar.. hilang lah sakitnya. Masa gue harus sakit terus. Lagian lebay banget sih lu. Gue cuma lecet doang. Bukan patah tulang atau yang gimana-gimana"
Darrel menyebikkan bibirnya. "Gue kan cuma nanya. Lagian kalo udah sembuh bukannya balik ke studio. Malah diem-diem aja lu"
"Gue mau balik ke studio minggu lalu tapi Novita ngomel mulu tiap gue bilang mau ke studio"
Darrel menyingkirkan piring bekas makannya ke pinggir lalu mengeluarkan ponselnya dan meletakkannya ke atas meja. "Gue mau ngasih tau kasus penjambretan lu kemarin"
Alca memajukan badannya lalu melipat kedua tangannya di atas meja. Bersiap mendengar cerita Darrel.
"Om gue bilang, pelakunya udah ketangkap. Mereka itu memang komplotan pencurian. Target mereka memang orang-orang yang sering berdiri di pinggir jalan. Dan malam itu salah satu target mereka itu elu!", tunjuk Darrel tepat di depan wajah Alca
"Gue memang lagi apes aja". Alca merengut menatap Darrel. Sedangkan Darrel menatap datar Alca. Lalu lanjut berbicara.
"Barang-barang lo nggak ada bisa yang balik, Ca. Semua udah hilang tak bersisa. Semua hasil dari mereka nge-jambret itu biasanya langsung dijual atau dipake"
Alca mengangguk. "Yaudah gapapa gue juga tau kok. Lagian kartu ATM sama kartu identitas dan yang lainnya udah gue urus minggu lalu"
Darrel hanya mengangguk. "Ya udah yuk pulang"
"Cuma gini doang?", tanya Alca bingung karena Darrel memasukkan kembali ponselnya ke kantong celana lalu menyampirkan tas selempangnya.
"Terus mau ngapain lagi?"
"Gue kira mau ngomong penting itu, lo mau ngomongin project atau apa gitu. Ternyata cuma ngomong gini doang"
"Gini doang, gini doang. Gue ngajak lu makan juga penting kali. Kalo nggak makan ntar yang ada mati lu"
"Ya emang penting. Tapi kan gak harus makan nyampe ke mall juga. Soto Betawi depan studio juga bisa"
"Sekalian nyari udara segar. Sumpek gue di studio mulu", ujar Darrel lalu beranjak dari duduknya. "Tunggu aja gue di depan, Ca"
Darrel pergi duluan menuju kasir untuk membayar sementara Alca berjalan keluar resto dan menunggu Darrel di depan resto tersebut.
*****
"Kapan kamu ada waktu lagi selain hari ini, Git?""Kenapa?"
Wangga menatap kesal ke arah Gita. Gita yang sadar buru-buru meralat kalimatnya.
"Beberapa hari ini aku sibuk banget, belum tau kapan ada waktu luang. Jadi kenapa?"
Wangga menggeleng. "Ngga ada. Cuma mau ngajak kamu jalan sekaligus liburan gitu"
Gita mengernyitkan keningnya menatap Wangga. "Dih! Tumben banget. Hmm... tapi boleh lah! Mau jalan-jalan kemana? Bali yuk...."
Wangga hanya menatap datar ke arah Gita. Lalu kembali menghabiskan jus jeruknya yang tinggal setengah gelas. "Bali... Bali... Aku cuma mau ngajak kamu ke taman mini doang"
Gita memanyunkan bibirnya mendengar perkataan Wangga. Apalagi Wangga hanya menatapnya datar tak berekspresi. "Aku udah nih! Kamu udah apa belum bang?"
Wangga mengangguk setelah jus jeruk di gelasnya tandas.
Gita dan Wangga keluar dari restoran lalu berjalan pelan sambil beriringan.
"Kapan lagu kamu rilis?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfictionSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...