Sebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya.
Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...
Hampir seminggu di rawat di rumah sakit ditambah tiga hari harus bedrest dan tidak melakukan kegiatan apapun membuat Alca memutuskan untuk segera keluar dari rumah sakit.
Alca yang sedang mengemasi barang-barangnya tiba-tiba terdiam. Ia terdiam mengingat kejadian beberapa hari lalu yang membuatnya selalu merasa bersalah. Perkataan Darrel waktu itu ada benarnya. Ia seharusnya tak memaksa dan membuat Gita merasa tidak nyaman. Andai waktu bisa di ulang, mungkin Alca akan mengikuti apa yang pernah di ucapkan oleh Darrel. Alca sendiri sadar kejadian itu sepenuhnya memang kesalahannya, namun hingga detik ini ia sama sekali tak punya keberanian untuk mengungkapkan permintaan maafnya.
Alca menghembuskan napasnya kasar lalu mengambil ponselnya yang terletak di atas lemari samping ranjang rumah sakit.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*****
Kantor
Suara dering ponsel Wangga tiba-tiba mengganggu meeting pagi itu. Wangga segera merogoh ponselnya di saku jas. Wajahnya terlihat kebingungan saat melihat layar di ponselnya. Ia tak mengangkat panggilan itu dan lebih memilih mengabaikannya lalu kembali fokus pada meetingnya pagi itu.
“Maaf, silahkan dilanjut”, ucap Wangga kemudian meminta karyawan lelaki itu untuk melanjutkan presentasinya.
“Ada beberapa progres yang----“
Ucapan lelaki itu terhenti ketika ponsel Wangga kembali berdering. Shakila yang duduk tepat di samping Wangga lantas melirik sekilas, mulutnya komat kamit meminta Wangga untuk segera mengangkat panggilan tersebut.
“Bisa saya lanjut pak?”, tanya lelaki itu dan hanya di jawab anggukan kepala oleh Wangga.
Meeting yang hampir berlangsung selama sejam itu akhirnya berakhir dengan sebuah kalimat penutup dari Wangga. Semua peserta meeting terlihat meninggalkan ruangan, hanya menyisakan Wangga dan Shakila di sana.
“Handphone lo tadi ganggu banget Kak. Sumpah!”, celetuk Shakila yang saat itu tengah membereskan berkas-berkas yang masih berserakan di atas meja. “Untung aja lo kepala divisi disini, coba kalo ngga pasti lo udah di usir”