Hari-hari berlalu, keadaan semakin membaik untuk Alca. Alca tak lagi menghubungi Wangga ataupun sekedar mencari tahu kabar lelaki itu melalui sosial media nya. Ia mengikuti saran Novita yang memintanya untuk fokus dengan kegiatannya dan tak terlalu memikirkan Wangga.
FLASHBACK
"Gue pengen banget ngilangin perasaan ini, Nov. Sumpah ini tu nyiksa banget"Novita menggenggam tangan Alca seraya menatapnya. "Mulai sekarang kau gausah peduli dengan keadaan Wangga. Kau gausah hubungi dia. Kau gausah telepon dia. Kau hanya perlu mengalihkan semua pikiran itu dengan semua kegiatan positif mu"
Alca hanya diam menatap Novita.
"Kerjaan kau sama Calvin gimana?"
"Aman. Sekarang gue baru mau mulai project baru lagi sama bang Calvin"
"Nah, kau fokus sama kerjaan mu itu"
"Kalo ke distract gimana?", potong Alca cepat membuat Novita memutar bola matanya malas
"Yaa kau jangan ingat-ingat dia lah. Fokus Ca!"
"Tapi apa bisa Nov?"
"Aku yakin bisa", ucap Novita lalu menggenggam kedua pundak Alca. "Perasaan mu itu masih dangkal, Ca. Perasaan kau ke dia itu, cuma perasaan sesaat yang gampang sekali hilangnya"
Novita menjeda ucapannya untuk mengamati perubahan ekspresi wajah Alca.
"Kau mau tau kenapa bisa kaya gitu?", tanya Novita lagi yang hanya di jawab gelengan kepala oleh Alca.
"Karena beberapa bulan terakhir ini cuma hanya dia yang ada disini sama disini mu", ujar Novita yang kemudian jari telunjuk nya menekan dada dan kepala Alca secara bergantian
"Dia berhasil menguasai hati dan pikiranmu yang kosong itu. Ditambah lagi sikap dan perilakunya yang baik itu buat hati kau gampang luluh. Ingat Ca! Dia baru menguasai, belum mengambil hatimu. Jadi sebelum itu semua terjadi kau harus cepat menyingkirkan dia"
Alca terdiam menatap Novita. "Jadi gue harus ngelupain dia, Nov?"
Novita mengangguk. "Pelan-pelan Ca. Kau bisa mulai dengan gak peduli dengan keadaannya"
"Kalau dia tiba-tiba ngehubungi gue, gimana?"
"Ya acuhkan aja. Atau kalau bisa bilang lagi sibuk dengan kerjaan. Atau kau bisa pake lah semua alasan-alasan mu itu. Tolak semua ajakannya kalo perlu"
"Ok Nov! Gue akan coba saran lo"
Novita hanya tersenyum seraya mempuk-puk kepala Alca.
"Malam ini aku biarkan kau tidur di kamarku. Besok-besok aku gak mau nerima kau di kamarku dengan cerita sedihmu itu"
FLASHBACK ENDEntah ini sudah malam yang ke berapa kalinya Wangga menjemput Fitta di kediamannya. Kali ini mereka memutuskan untuk makan malam bersama di luar.
"Kita mau makan dimana, Ga?", tanya Fitta begitu mobil Wangga baru keluar dari komplek perumahannya
"Kemarin ada warung tenda nasi goreng yang baru buka di Jalan Sehati, Fit. Kita kesana aja. Kamu mau kan?", ujar Wangga antusias.
"Dengar-dengar nasi gorengnya enak loh. Meskipun jualannya di pinggir jalan tapi yang beli lumayan rame. Sampai antri-antri gitu"
"Di pinggir jalan banget, Ga?"
Wangga mengangguk tapi Fitta diam saja. Wangga yang menyadari perubahan raut wajah Fitta mendadak mengelus pelan punggung tangan wanita itu.
"Kenapa? Kamu ngga mau?"
Fitta menggeleng. "Aku ngga mau", tolaknya dengan suara lembutnya. "Kalo makan di pinggir jalan banyak debu, Ga. Kamu ngga takut sakit perut apa makan di pinggir jalan?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfictionSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...