-46-

2.3K 163 13
                                    

Darrel membawa Alca untuk berkendara mengelilingi jalanan kota Jakarta dari langit yang tadinya berwarna jingga hingga perlahan mulai menggelap.

"Dar.. sumpah gue masih malu sama yang tadi"

Darrel tertawa kecil melihat wajah Alca yang memerah menahan malu lewat kaca spion motornya.

"Kira-kira ada CCTV nya gak yaa, Dar?"

"Pasti ada lah. Namanya juga parkiran basement"

Alca kembali merengek sambil memukul-mukul pelan punggung Darrel. "Daaarrr!!! Sumpah gue malu banget"

"Yang malu tu harusnya gue, Ca. Bukan lu"

"Sama aja lah pokoknya"

Mereka berdua sama-sama tertawa mengingat kembali kejadian beberapa jam lalu di parkiran basement mall.

"Kita udah sampai...", seru Darrel yang menghentikan motornya tepat di samping gerbang kosan Alca.

Alca turun dari motor lalu dengan cepat melepas helm yang dikenakannya.

"Thanks for today", ucap Alca sambil menyerahkan helm berwarna hitam itu kepada Darrel.

Darrel tersenyum sambil menyangkutkan helm itu di sangkutan motornya. "Gue ngga bakal lupain momen hari ini, Ca. Harusnya gue yang makasih sama lo"

Alca mendadak salah tingkah lalu meninju pelan lengan Darrel. "Udah.. udah... Pulang sana! Awas kalo besok lu tiba-tiba ngilang dan gak datang ke studio. Gue samperin lo ke rumah!"

"Samperin aja. Justru itu yang gue mau"

Alca mendorong Darrel agar segera pergi meninggalkan kosannya.

"Ya udah.. Gue pulang dulu Ca, byeee!"

Alca mengangguk sambil tersenyum lalu melambaikan kedua tangannya mengiringi kepergian Darrel.

Sret!

Tiba-tiba ada yang menarik tangan Alca dan menyeretnya masuk ke dalam mobil.

"Lepasin gue!"

Alca sempat memberontak tapi lelaki itu dengan cepat memasukkan Alca ke dalam mobilnya.

"Lo apa-apaan sih, Ga?"

Kalimat pertama yang muncul saat mereka berdua sudah berada di dalam mobil.

"Gue cuma mau minta penjelasan lo, Ca!"

"Penjelasan apa?". Nada suara Alca menaik seiring dengan tatapan tajam Wangga padanya.

"Penjelasan apa yang mau lo denger dari gue? Gue ngerasa nggak ada yang perlu di jelasin untuk saat ini"

"Lo selama ini kemana aja? Kenapa lo ngga pernah ngontak gue lagi?"

"Kalo itu yang lo tanya. Gue tegaskan sekali lagi. Pertama Gue selama ini di sini, di Jakarta. Gak pernah kemana-mana. Dan kedua gue memang gak mau ngontak lo lagi!"

"Caaa...."

"Apa Ga? Apa?", pekik Alca yang mulai terpancing emosi.

"Lo butuh penjelasan apa lagi dari gue? Apa kurang jelas yang gue bilang tadi?"

Wangga berdecak kesal sambil mengusap wajahnya kasar. Ia ingin sekali marah, tapi untuk alasan apa. Wangga pun bingung dengan dirinya sendiri.

"Kenapa gue gak pernah ngontak dan ngabarin lo lagi? Iyaa? Itu maksud lo?"

"Iyaa, Ca!", balas Wangga tegas dengan nada penuh penekanan.

"Kenapa lo gak pernah lagi ngabarin keadaan lo ke gue? Kenapa setiap gue telepon, lo ngga pernah angkat telepon gue? Kenapa setiap gue chat gak pernah sekalipun lo balas, Ca? Kenapa?"

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang