Gita mendadak membuka lebar pintu studio di depannya. Calvin, Darrel dan Nabastala yang kebetulan berada di dalam studio memandang kaget ke arah Gita.
Gita berjalan menghampiri ketiganya dan ikut duduk berkumpul bersama.
"Kak Alca hari ini ngga ke studio yaa bang?", tanya Gita kepada Calvin dan Darrel
"Dia tadi telpon gue katanya lagi demam", ujar Calvin lalu menoleh menatap Darrel yang duduk di sampingnya.
"Tadi malem gue ketemu dia lagi kehujanan di depan minimarket. Langsung aja gue antar dia pulang", sahut Darrel kemudian
Gita hanya mengangguk mendengarnya.
Berarti cuma alasan kak Alca doang di telpon bang Calvin
"Kenapa Git?", tanya Calvin yang dengan cepat di balas gelengan kepala oleh Gita
"Ngga ada bang. Cuma nanya aja. Soalnya udah lama nggak ketemu kak Alca. Terkahir ketemu kan minggu kemarin pas terakhir kita recording"
Nabastala tiba-tiba berdehem dan menatap ketiganya secara bergantian. "Ehh maaf. Aku potong sebentar pembicaraan kalian yaa", ujarnya lalu mengeluarkan selembar undangan dari dalam tasnya.
"Ini untuk kamu, Git"
Gita sedikit terkejut saat melihat undangan yang di berikan oleh Nabastala.
"Wiihh... Udah sebar undangan aja nih", goda Gita sambil mengedipkan sebelah matanya. Ia kemudian mengambil undangan tersebut lalu membacanya.
Nabastala hanya bisa senyum-senyum malu mendengarnya.
"Lu ngga nyangka kan Git? Apalagi gue", ucap Darrel yang juga tersenyum menggoda menatap Nabastala. "Kirain gue nggak jadi sama mas-mas atlet itu. Soalnya gue pernah lihat di acara gosip rumornya udah putus karena udah jarang keliatan berdua"
Nabastala menyikut pelan lengan Darrel yang duduk di sampingnya. "Jangan gitu lah kak", ujarnya seraya tertawa menahan malu
"Jangan lupa pada dateng yaa!!"
"Pasti lah Nab. Masa iyaa ngga dateng ke kondangan artis, rugi dong!", sahut Calvin membuat semuanya tertawa bersama
"Ohiya, ini titip untuk kak Wangga yaa, Git"
Nabastala memberikan satu undangan lagi kepada Gita.
"Naren bilang udah beberapa hari belakangan ini nggak pernah ketemu sama kak Wangga. Katanya kak Wangga lagi sibuk-sibuknya sama kerjaan di kantor"
Gita tersenyum tipis. Sibuk sama ceweknya yang ngga jelas itu kali Nab, bukan sama kerjaannya. Batin Gita.
Gita kemudian mengambil undangan tersebut. "Ok deh!. Ntar gue kasih ke bang Wangga. Makasih yaa"
Nabastala mengangguk kemudian buru-buru pamit pergi kepada Calvin dan Darrel.
"Punya kak Alca jangan sampai lupa di kasih yaa kak. Aku pulang dulu. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam", sahut Darrel sedangkan Calvin hanya mengangkat ibu jarinya ke arah Nabastala.
Tak lama wanita imut itu menghilang di balik pintu.
*****
Novita dan Shakila masuk ke dalam kamar Alca dengan khawatir. Mereka cemas saat pagi-pagi sudah di kabari oleh Alca kalau dia demam."Kau ada obat penurun panas Ca?", tanya Novita panik sementara Alca hanya menggeleng pelan.
"Sha, di samping kasurku kan ada meja kecil. Nah buka lacinya ada obat penurun panas disitu. Tolong ambilkan yaa, Sha!", pinta Novita dan Shakila mengangguk sebagai jawaban.
Novita mengambil handuk dan baskom kecil kemudian mengisinya dengan air hangat. Ia mulai mengompres kening Alca dengan lembut. "Dari kapan kau ngerasa sakit gini?"
"Kayanya dari tengah malam tadi Nov. Tiba-tiba aja badan gue menggigil kedinginan", ujar Alca lemah dengan mata yang masih terpejam
"Udah tau gitu bukannya cepat telepon aku, malah diam aja"
Novita sebenarnya merasa kesal dengan Alca pagi itu. Tapi rasa kesalnya seketika hilang saat melihat Alca terbaring lemah dengan wajah yang sedikit pucat.
"Kak, ini obatnya", ucap Shakila yang baru kembali dari kamar Novita. Shakila memberikan obat itu kepada Novita
"Ini minum dulu Ca!", titah Novita kemudian membantu Alca untuk meminum obat itu
Setelah meminum obat tersebut. Alca perlahan kembali memejamkan matanya dan tidur.
"Kak, titip kak Alca yaa. Gue hari ini ngantor. Ntar malem biar gantian gue yang jaga"
Novita hanya mengangguk kemudian membiarkan Shakila pergi ke kamarnya untuk bersiap sebelum pergi ke kantor.
*****
Pagi berganti malam dengan sangat cepat. Gita hari ini memutuskan pergi ke rumah orang tuanya sambil mengantarkan undangan pernikahan Nabastala yang di titipkan kepadanya tadi pagi.Gita mengetok pintu kamar Wangga. Begitu pintu di depannya terbuka, Gita menyelonong masuk begitu saja lalu melemparkan undangan tersebut ke atas meja.
"Nabastala ngasih itu ke gue. Dia bilang bang Naren nggak sempat ngasih itu ke lo"
Wangga mengambil undangan tersebut. Di mana tertulis nama pasangan yang akan menikah, Nabastala dan Narendra.
Wangga sedikit terkejut karena selama ini Narendra tak pernah memberitahu soal rencana pernikahannya.
"Tumben banget. Ada masalah apa lo sama bang Naren?", tanya Gita tiba-tiba. Membuat Wangga tersadar dari pikirannya.
"Ngga ada. Gue lagi sibuk aja. Jadi belum ada ketemu sama Naren", ujar Wangga berbohong. Padahal belakangan ini ia tak pernah lagi menghubungi Narendra karena pertengkaran hebat yang terjadi diantar keduanya.
"Sibuk ngurusin cewek ngga jelas itu kan maksud lo?", sindir Gita membuat raut wajah Wangga seketika berubah menjadi dingin nan tajam
"Kamu kenapa Git? Kelihatan ngga senang gitu sama kehadiran Fitta"
Gita menatap sinis Wangga di depannya. "Asal lo tau aja bang. Sampai kapan pun gue nggak akan pernah lupa apa yang telah dia lakuin ke lo! Lo waktu itu hampir hancur gara-gara dia. Ngga ingatkah lu, bang?"
"Semua yang dia lakukan di masa lalu itu bersumber dari aku, Git. Kalau aja waktu itu aku gak terlalu egois dan mentingin diri aku sendiri, Fitta ngga bakal ngelakuin itu"
"Tapi bang---"
"Itu semua salah aku!", sela Wangga dengan ada bicara yang berubah menjadi tinggi. "Sekarang aku cuma mau memperbaiki semua kesalahan aku ke Fitta di masa lalu"
"Jadi lo beneran balikan sama Fitta?"
"Iya! Aku balikan sama Fitta"
Gita berdecih pelan sambil menatap Wangga di depannya. "Lo cinta banget yaa sama Fitta, bang?"
Wangga terdiam. Entah kenapa tiba-tiba ia tak mampu menjawab pertanyaan semudah itu.
Gita lantas tertawa remeh. Satu jarinya menekan bahu Wangga. "Gue ngga nyangka ternyata lu beneran di buat bego sama dia!"
Setelah mengatakan itu, Gita keluar dari kamar Wangga dengan perasaan marah. Bahkan sangking marahnya ia masuk ke dalam kamarnya sambil membanting pintu dengan amat kencang.
~TBC~
Thanks ♥️
-My 🐬
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfictionSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...