“Ini letak dimana, Git?”
“Terus ini koper biru mau di letak dimana?”
“Kalo kotak kardus ini dimana?”
Gita memutar bola matanya malas lalu beralih menatap Wangga yang cerewet sambil terlihat ogah-ogahan membawa barang-barangnya dan koper miliknya.
“Bang... lo ikhlas ngga sih bantuin gue? Dari tadi ngomel mulu”
“Gausah protes! Ini mau di letakin dimana?”
Gita menekuk wajahnya kesal. “Udah disitu aja. ntar aku yang nyusun”, ujarnya dengan nada sedikit naik lalu memilih beralih masuk ke dalam dapur.
“Heran banget punya abang kerjaanya emosian mulu, kalo ngga emosian yaa tukang tidur”, gumam Gita pada diri sendiri.
Wangga meletakkan barang-barang Gita begitu saja di ruang tengah apartemen.
Matanya tak sengaja melirik sofa yang ada di sana lantas dengan cepat menghempaskan tubuhnya di atas sofa empuk itu.“Aahh.....”, serunya sesaat setelah terbaring di atas sofa. Ia senang karena akhirnya bisa kembali berbaring.
Sementara itu Gita mulai membersihkan kamarnya. Ia mulai dengan memunguti baju-bajunya yang berserakan di lantai kemudian membersihkan kasur dan menyapu lantai yang ada bekas sampah makanan dan sampah-sampah kecil lainnya.
“Eh, Git pesan makan dong!! Aku laper banget ni!!”, teriak Wangga pada Gita
Gita yang mendengar teriakan kakak lelakinya itu langsung keluar dari kamar dan menyerahkan ponselnya pada Wangga yang tengah berbaring santai di atas sofa.
“Pesan sendiri gih! Gak ngapa-ngapain juga tapi laper”, cibirnya kemudian.
“Enak aja kamu kalo ngomong”, protes Wangga tak terima. “Yang angkatin barang-barang kamu siapa kalo bukan aku?”
“Dih! barangnya ngga seberapa juga”, sindir Gita lalu kembali meninggalkan Wangga sendiri di ruang tengah apartemennya.
Wangga dengan cepat membuka aplikasi pemesanan makanan secara online lalu mencari rumah makan terdekat lewat ponsel milik adiknya tersebut.
“Bang!! punya gue samain aja kaya punya lu ya”, teriak Gita dengan nada cemprengnya.
Ting... Tong... Ting....Tong...
Belum ada satu menit yang lalu Gita berteriak. Bel apartemen berbunyi berkali-kali membuat Gita berlari keluar kamar lalu berjalan mendekati Wangga yang masih berbaring di atas sofa. “Beli apaan lu? Kok cepet banget?”
“Gue belum pesan apa-apa malah”, ucap Wangga sambil menunjukkan layar ponsel tersebut ke arah Gita.
Gita langsung berjalan dengan rasa penasarannya. Kemudian membuka pintu apartemennya perlahan dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Alca yang sudah berdiri di depan pintu.
“Siapa Git?”, tanya Wangga setengah berteriak. Namun tak di jawab oleh Gita.
Gita memilih mendorong Alca menjauh dari pintu apartemennya. Lalu jari telunjuknya ia arahkan ke depan bibirnya mengisyaratkan kepada Alca untuk tidak bersuara.
“Kak huusstt!!!!”, bisik Gita lirih lalu kembali mendorong Alca menjauhi pintu apartemennya.
“Git, itu siapa?”, tanya Wangga sekali lagi.
Merasa ucapannya tak di gubris, Wangga lantas bangkit dari tidurnya lalu berjalan cepat menuju pintu. “Siapa sih Git?”
Gita yang terkejut dengan kehadiran Wangga di ambang pintu langsung berbalik menatap lelaki itu kemudian merentangkan kedua tangannya berusaha menyembunyikan Alca di balik badannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/368912842-288-k666170.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta [End]
FanfictionSebuah garis cerita yang semesta rangkai untuk kehidupan dua makhluk ciptaannya. Penasaran dengan cerita lengkapnya? Langsung baca aja dan selalu nantikan part selanjutnya - - - - - - - - - - - Ini cerita pertamaku. Penulisan cerita ini masih terdap...