-10-

3K 153 3
                                    

“Ca kamu gak bangun??”

Alca sebenarnya sudah bangun dari tadi, tapi karena tadi malam hujan sempat mengguyur kota Surabaya cuaca pagi itu sedikit dingin hingga membuat Alca enggan bangkit dari kasurnya. Alca masih setia bergelung di bawah selimutnya sambil sibuk scroll dan memantau sosial media miliknya.

"Kamu gak mau bangun, Ca? Gak bagus tau anak gadis jam segini masih rebahan di atas kasur”, omel mama Nita yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Alca kemudian menyibakkan gorden jendela kamarnya.

“Udah hampir jam 10 ini. Ayok cepetan bangun!”

Alca hanya mendengar omelan mama Nita tanpa melaksanakannya. Ia tetap berbaring sambil fokus dengan ponselnya.

“Mama sama Papa mau ke acara tujuh bulanan istrinya temen Papa, kamu jangan kemana-mana dulu Ca. Soalnya kemarin mama pesan kue bolu sama temen mama. Katanya bentar lagi mau di antar, ntar kamu yang terima yaa”

Alca hanya mengangguk seraya mengangkat ibu jarinya ke udara.

"Yaudah Mama sama Papa pergi dulu”.

Setelah mengatakannya, Mama Nita langsung keluar dari kamar Alca lalu segera bergegas pergi karena Papa Dani terus memanggil-manggil Mama Nita agar segera berangkat.

Saat tengah asik bermain ponselnya, tiba-tiba saja perut Alca berbunyi, ia terpaksa bangkit dari kasur lalu berjalan keluar kamar menuju dapur. Alca langsung membuka tudung saji yang ada di atas meja.

“Makan Ah!”, ucapnya seraya mengambil piring di lemari penyimpanan

TING...TONG...TING...TONG

Alca yang baru saja menyendok nasi ke dalam piringnya terkejut begitu mendengar bel rumahnya berbunyi. Alca pikir mungkin itu kurir kue yang di maksud ibunya tadi.

“Iyaa sebentar”, teriaknya lalu berlari menuju ke kamar, mengambil hoodie berwarna coklat yang tergantung di belakang pintu kemudian memakainya dengan cepat dan tak lupa menarik tudung hoodienya untuk menutupi rambut kepalanya.

Namun hal mengejutkan selanjutnya terjadi, saat ia membuka pintu rumahnya ternyata bukan kurir pengantar kue melainkan orang yang menurutnya sangat menyebalkan.

“Elu kurirnya?”

“Kurir apaan?”, tanya lelaki itu balik. Ia bingung dengan maksud pertanyaan Alca.

Bukannya menjawab pertanyaan lelaki itu. Alca malah mengganti topik pembicaraan. “Mau apa lo kemari?”

“Soal tadi malam?”

“Gue gak bisa. Lagi sibuk!”, tolak Alca mentah-mentah

“Sibuk apaan? Mandi aja lu belom kan?”

“Bukan urusan lu!”

“Tolongin gue, please!”

“Gue gak bisa! Mending lo pulang aja deh yaa daripada ngarepin gue yang gak bisa ini”.

Alca segera menutup pintu rumahnya namun lelaki itu berhasil menahan pintu dengan kakinya membuat Alca tak jadi menutup pintu rumahnya.

“Lo masih marah sama gue?”

Alca menarik napas dalam lalu menatap lelaki di depannya. “Ngga Wangga! Gue gak marah sama lo! Gue cuma gak bisa aja”, ucap Alca dengan nada sedikit pasrah

“Alasan?”

“Gak ada. Gue sibuk”

“Ok!”

Bukannya pergi, Wangga malah memilih duduk di kursi depan teras rumah Alca.

“Lo sibuk kan? Gue tunggu sampai lo ga sibuk lagi”, ujarnya mantap seraya menyilangkan kakinya dengan percaya diri.

Garis Semesta [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang