Gakkou de no ijime

91 10 0
                                    

Requested by nctcrackpair

.

.

.

.

San duduk di sudut ruang kelas, berharap bisa menghilang dari pandangan.

Setiap hari di sekolah adalah perjuangan baginya. San sering menjadi sasaran ejekan dan bully dari beberapa teman sekelasnya. Mereka mengolok-olok penampilannya, caranya berbicara, dan bahkan cara dia berpakaian. San merasa sangat sendirian.

Suatu hari, saat istirahat makan siang, San mencoba makan di sudut kantin, berharap tidak menarik perhatian. Namun, sekelompok siswa yang dikenal sering mengganggunya, termasuk Mingi, mendekatinya.

"Heh, lihat siapa yang duduk sendirian lagi," ejek Mingi sambil menendang kursi San.

San mencoba mengabaikan mereka, tetapi hatinya berdebar kencang. Dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Kamu tidak punya teman, ya? Mungkin karena kamu aneh," kata Mingi sambil tertawa bersama teman-temannya.

San merasa air mata menggenang di matanya, tetapi dia tidak ingin memberi mereka kepuasan melihatnya menangis. Tiba-tiba, suara yang kuat dan tegas terdengar dari belakang.

"Hey, leave him alone," kata suara itu.

Semua orang menoleh dan melihat Wooyoung berdiri di sana, dengan mata yang menyala-nyala penuh kemarahan. Wooyoung adalah siswa yang dikenal karena keberanian dan kepeduliannya terhadap orang lain.

Mingi terlihat terkejut. "Oh, lihat siapa yang datang. Apa urusanmu, Wooyoung?"

"Urusanku adalah memastikan tidak ada yang dibully di sini. Sekarang pergi, atau aku akan melaporkan kalian ke guru," jawab Wooyoung dengan tegas.

Mingi dan teman-temannya saling bertukar pandang, lalu memutuskan untuk pergi dengan enggan. Wooyoung kemudian duduk di sebelah San, tersenyum lembut.

"Kamu tidak apa-apa, San?" tanya Wooyoung.

San mengangguk pelan, masih merasa canggung. "Terima kasih, Wooyoung. Kamu tidak harus melakukan itu."

Wooyoung tersenyum lebih lebar. "Tentu saja harus. Tidak ada yang pantas diperlakukan seperti itu. Kamu bisa duduk bersama aku dan teman-temanku jika kamu mau."

San merasa sedikit lega dan tersenyum.

"Terima kasih. Itu sangat berarti bagiku."

Sejak hari itu, Wooyoung dan San menjadi teman baik.

Wooyoung selalu memastikan San tidak sendirian dan memperkenalkannya kepada teman-teman lain. San mulai merasa lebih nyaman di sekolah, dan kehadiran Wooyoung membuatnya merasa lebih aman.

Suatu hari, setelah sekolah selesai, mereka berjalan pulang bersama. San merasa ingin tahu lebih banyak tentang Wooyoung.

"Kenapa kamu membantuku, Wooyoung? Aku tidak pernah mengerti kenapa kamu begitu baik padaku," tanya San.

Wooyoung menatap San dengan serius. "Aku pernah melihat adikku dibully dulu, dan aku tidak bisa melakukan apa-apa. Sejak itu, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu melindungi orang-orang yang tidak bisa melindungi diri mereka sendiri. Dan kamu, San, kamu adalah orang baik yang tidak pantas diperlakukan seperti itu."

San merasa hatinya hangat. "Terima kasih, Wooyoung. Kamu benar-benar pahlawan."

Wooyoung tertawa. "Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Dan sekarang kita teman, kita akan selalu mendukung satu sama lain, oke?"

San mengangguk dengan penuh semangat.

"Oke."

Meskipun San merasa lebih baik sekarang, bully di sekolah tidak sepenuhnya hilang.

Suatu hari, Mingi dan gengnya menghadang San di lorong yang sepi.

"Kamu pikir karena Wooyoung jadi pahlawanmu, kamu aman? Kamu salah besar," ancam Mingi.

San merasa ketakutan, tetapi dia mencoba untuk tetap tenang. "Aku tidak ingin masalah, Mingi."

Mingi tersenyum jahat. "Terlambat untuk itu."

Namun, sebelum Mingi bisa melakukan apa-apa, Wooyoung muncul dari sudut lorong, matanya menyala dengan kemarahan. "Aku sudah bilang untuk tinggalkan San sendiri."

Mingi mencoba terlihat berani. "Kita hanya bercanda, Wooyoung. Santai saja."

Wooyoung mendekat, tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. "Cukup sudah, Mingi. Kalau kamu terus begini, aku akan pastikan kamu dikeluarkan."

Mingi akhirnya menyerah dan pergi bersama teman-temannya, meninggalkan San dan Wooyoung sendirian.

San merasa lega dan berterima kasih. "Kamu selalu ada di saat yang tepat, Wooyoung. Aku tidak tahu bagaimana membalasmu."

Wooyoung tersenyum dan merangkul bahu San.

"Kamu tidak perlu membalas apa-apa, San. Kita teman, dan teman selalu saling menjaga."



Dengan dukungan dari Wooyoung, San mulai berubah.

Dia menjadi lebih percaya diri dan mulai aktif di berbagai kegiatan sekolah. Dia bergabung dengan klub drama dan menemukan bakatnya dalam berakting. Wooyoung selalu ada di sana untuk mendukungnya, datang ke setiap pertunjukan dan memberi semangat.

Suatu hari, setelah pertunjukan drama yang sukses, San dan Wooyoung duduk di taman, menikmati sore yang indah.

"Terima kasih sudah datang, Wooyoung. Aku tidak akan bisa melakukannya tanpa dukunganmu," kata San dengan tulus.

Wooyoung tersenyum bangga. "Aku tahu kamu bisa melakukannya, San. Kamu hanya butuh percaya pada dirimu sendiri."

San menatap Wooyoung dengan penuh rasa terima kasih. "Kamu benar-benar teman terbaik. Aku beruntung memiliki kamu."

Wooyoung merangkul San dengan hangat.

"Aku juga beruntung memiliki kamu sebagai teman, San. Kamu menginspirasiku dengan keberanianmu."

Seiring berjalannya waktu, San dan Wooyoung menjadi semakin dekat.

Persahabatan mereka menjadi kuat, dan San tidak lagi merasa sendirian. Bully di sekolah juga mulai berkurang karena keberanian Wooyoung yang menginspirasi siswa lain untuk melawan ketidakadilan.

Suatu hari, saat mereka berjalan pulang bersama, San berhenti dan menatap Wooyoung dengan serius.

"Wooyoung, aku ingin mengucapkan sesuatu. Kamu telah mengubah hidupku dengan cara yang tidak pernah aku bayangkan. Kamu memberiku keberanian dan kepercayaan diri. Terima kasih telah menjadi pahlawanku."

Wooyoung tersenyum lembut dan menepuk bahu San. "Kamu juga mengubah hidupku, San. Kamu mengingatkanku betapa pentingnya keberanian dan kebaikan. Kita saling menginspirasi, dan aku senang bisa menjadi temanmu."

San tersenyum, merasa hatinya penuh dengan kebahagiaan dan harapan. "Aku harap kita selalu bersama, Wooyoung. Tidak peduli apa yang terjadi."

Wooyoung mengangguk dengan mantap. "Kita akan selalu bersama, San. Aku janji."

Dengan janji untuk selalu mendukung satu sama lain, San dan Wooyoung melangkah ke masa depan yang cerah. Mereka tahu bahwa dengan keberanian, dukungan, dan persahabatan, mereka bisa menghadapi apa pun yang datang.

Dan dengan Wooyoung sebagai pahlawan di sisinya, San tidak lagi takut menghadapi dunia.

Sanzzy Episode • All × SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang