Fuusei kooi wa utsukushii [2]

55 10 0
                                    

San masih bersandar pada bahu kokoh Wooyoung, matanya memandang bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit malam.

Ia tahu malam seperti ini akan menjadi kenangan yang berharga di hatinya, meski ia tak bisa memungkiri rasa bersalah yang menghantui setiap momen bersama Wooyoung.

Perlahan, keheningan di antara mereka dipenuhi oleh suara pelan dari angin malam dan degup jantung yang berdetak cepat karena cinta terlarang yang mereka miliki.

Hari-hari terus berlalu, dan hubungan antara San dan Wooyoung tetap tersembunyi di balik tirai kebohongan. Arin, yang selalu ceria dan penuh kasih sayang, tidak pernah menunjukkan tanda-tanda kecurigaan. Ia percaya sepenuhnya pada suaminya dan saudara kembarnya. San merasa bersalah setiap kali melihat senyum Arin, tapi ia terlalu terjerat dalam perasaannya terhadap Wooyoung untuk berhenti.

Namun, takdir berkata lain. San mulai merasa lemas dan sering jatuh sakit. Ia mengabaikan tanda-tanda itu pada awalnya, berpikir bahwa itu hanya kelelahan akibat beban emosional yang ia tanggung. Tapi kondisinya semakin memburuk.

Setelah beberapa kali pingsan, ia akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Diagnosisnya menghantamnya seperti petir di siang bolong: leukemia stadium akhir.

Berita itu menghancurkan dunianya. San tahu waktunya tinggal sedikit, dan ia harus segera membuat keputusan yang sulit. Ia harus meminta maaf kepada Arin dan mengakui semua kesalahannya.

Malam itu, setelah Wooyoung pergi untuk bekerja, San mengumpulkan semua kekuatannya dan menemui Arin di ruang tamu.

"Arin, kita perlu bicara," ujar San dengan suara bergetar.

Arin menatap San dengan khawatir. "Apa yang terjadi, San? Kamu kelihatan sangat pucat."

San menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. "Aku... aku sakit keras, Arin. Leukemia. Dan aku tidak punya banyak waktu lagi."

Arin tertegun. Air mata mulai mengalir di pipinya. "Tidak, San... ini tidak mungkin."

San menggelengkan kepala, menahan air matanya sendiri. "Ada sesuatu lagi yang perlu kamu ketahui. Aku... aku dan Wooyoung... kami... kami telah berselingkuh."

Keheningan menyelimuti ruangan. Arin menatap San dengan tatapan yang sulit diartikan, campuran antara kesedihan dan pemahaman. Setelah beberapa saat, ia menghela napas panjang dan berkata, "San, aku sudah tahu."

San terperanjat. "Kamu tahu?"

Arin mengangguk, air matanya masih mengalir. "Ya, aku tahu. Sudah lama aku menyadarinya, tapi aku memilih untuk diam. Aku berharap semuanya akan berubah. Aku berharap kalian berdua akan menemukan jalan yang benar."

San merasa hatinya remuk. "Aku sangat menyesal, Arin. Aku tidak pernah bermaksud menyakitimu."

Arin meraih tangan San dan menggenggamnya erat. "Aku sudah memaafkanmu, San. Kamu adalah saudara kembarku. Meskipun kamu melakukan kesalahan, aku tidak bisa membencimu. Dan aku tahu Wooyoung mencintaimu."

Air mata San jatuh tanpa henti. "Terima kasih, Arin. Aku tidak layak mendapatkan pengampunanmu, tapi aku sangat bersyukur."

Arin memeluk San dengan erat, kedua bersaudara itu menangis bersama, merasakan kesedihan yang mendalam namun juga perasaan lega yang tulus.

Hari-hari terakhir San dipenuhi dengan cinta dan pengampunan. Wooyoung dan Arin merawatnya dengan penuh kasih sayang, memastikan bahwa ia tidak merasa sendirian. San merasa damai, mengetahui bahwa ia telah meminta maaf dan mendapatkan pengampunan dari orang yang paling ia sayangi.

Pada hari terakhirnya, San dikelilingi oleh Arin dan Wooyoung. Ia tersenyum lemah, merasakan kehangatan cinta mereka mengisi hatinya. Dengan napas terakhirnya, ia berbisik, "Terima kasih... atas segalanya..."

Arin menangis di sampingnya, memegang tangannya erat. "Aku mencintaimu, San. Kamu akan selalu ada di hati kami."

Wooyoung, dengan mata berkaca-kaca, mengangguk dan menambahkan, "Kami tidak akan pernah melupakanmu, San."

San menghembuskan napas terakhirnya dengan senyum damai di wajahnya. Meskipun hidupnya penuh dengan kesalahan dan penyesalan, ia tahu bahwa ia telah berusaha untuk memperbaiki segalanya.

Dan dalam pelukan orang-orang yang ia cintai, San menemukan kedamaian terakhirnya.

Sanzzy Episode • All × SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang