Malam itu, angin berhembus lembut melalui jendela yang setengah terbuka, membawa aroma bunga melati yang menguap di udara malam.
Di dalam kamar yang remang-remang, hanya diterangi oleh cahaya lilin yang berkelap-kelip, San dan Seonghwa duduk berdampingan di atas ranjang, mata mereka saling menatap dengan intensitas yang membara. Malam ini berbeda dari malam-malam lainnya, malam yang penuh gairah dan keintiman yang tak terkatakan.
Seonghwa, dengan sentuhan lembut di wajah San, menghapus sehelai rambut yang jatuh ke dahinya. Matanya memancarkan cinta yang dalam, seolah-olah setiap kedalaman jiwanya tumpah ke dalam tatapan itu. "San, malam ini... aku ingin kita saling memiliki sepenuhnya," bisiknya, suaranya begitu lembut seperti desiran angin malam.
San tersenyum, tangannya menggenggam erat tangan Seonghwa. "Aku juga, Seonghwa. Aku ingin merasakan setiap detik bersamamu, menyatukan hati dan jiwa kita dalam kehangatan cinta yang abadi."
Tanpa perlu banyak kata, mereka saling mendekat, bibir mereka bertemu dalam ciuman yang lembut namun penuh gairah. Bibir Seonghwa mengecap manisnya bibir San, lidah mereka menari dalam ritme yang selaras, seolah-olah mereka sedang memainkan simfoni cinta yang tak berujung. Tangan mereka menjelajahi tubuh satu sama lain, merasakan setiap lekuk dan sentuhan yang membangkitkan hasrat.
Ciuman itu semakin dalam, semakin panas, hingga mereka terengah-engah, berhenti sejenak hanya untuk menghirup napas sebelum kembali tenggelam dalam pelukan yang menggairahkan. Seonghwa mendorong San perlahan ke atas ranjang, tubuhnya menutupi tubuh San, menciptakan bayangan yang seolah-olah mereka adalah satu entitas yang tak terpisahkan.
"Seonghwa, aku mencintaimu," kata San dengan suara yang penuh dengan emosi. "Setiap detik bersamamu adalah anugerah, dan aku ingin malam ini menjadi kenangan yang tak terlupakan."
Seonghwa membalas dengan ciuman yang dalam, tangannya menyentuh wajah San dengan lembut. "Aku juga mencintaimu, San. Malam ini adalah milik kita, dan kita akan membuatnya istimewa."
Dengan gerakan yang lambat dan penuh kehati-hatian, Seonghwa mulai melepaskan pakaian San, satu per satu, memperlihatkan kulit yang halus dan menggoda di bawah cahaya lilin. San merasakan sentuhan jari-jari Seonghwa yang lembut dan penuh kasih, setiap sentuhan itu membangkitkan sensasi yang tak terlukiskan.
Ketika pakaian mereka akhirnya terlepas, mereka berbaring di samping satu sama lain, kulit mereka bersentuhan, merasakan kehangatan yang memancar dari tubuh masing-masing.
San menarik Seonghwa ke dalam pelukan yang erat, merasakan detak jantungnya yang berirama dengan detak jantung Seonghwa. Mereka berdua tahu bahwa malam ini adalah tentang keintiman dan cinta, tentang menyatukan dua jiwa dalam satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Seonghwa mulai mencium leher San, menciptakan jejak-jejak kecil yang membakar kulitnya. Setiap ciuman itu adalah janji, setiap sentuhan adalah ungkapan cinta yang mendalam. San mendesah pelan, merasakan kehangatan yang membara di dalam dirinya, membangkitkan hasrat yang tak tertahankan.
Tangan Seonghwa menjelajahi tubuh San, merasakan setiap lekuk dan bentuk yang membuatnya jatuh cinta. Mereka saling menyentuh, saling menjelajahi, hingga tubuh mereka bergetar dengan gairah yang memuncak.
Malam itu, mereka saling memiliki dengan cara yang hanya bisa dimengerti oleh dua hati yang saling mencintai.
Ketika puncak gairah tercapai, mereka berdua terengah-engah, peluh membasahi tubuh mereka, namun hati mereka penuh dengan kebahagiaan yang meluap. Mereka berbaring berdampingan, tangan mereka saling menggenggam, merasakan kehangatan yang masih tersisa di antara mereka.
"San, kau tahu betapa aku mencintaimu, bukan?" tanya Seonghwa dengan suara yang lembut, matanya menatap dalam ke mata San.
San mengangguk, senyum bahagia menghiasi wajahnya. "Aku tahu, Seonghwa. Dan aku juga mencintaimu. Malam ini adalah bukti dari cinta kita yang tak terukur."
Mereka berpelukan erat, merasakan detak jantung satu sama lain, mengetahui bahwa malam ini akan menjadi kenangan yang abadi dalam hati mereka. Di bawah cahaya lilin yang semakin redup, mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, merasakan kehangatan cinta yang akan selalu menjaga mereka, bahkan di saat-saat yang paling gelap sekalipun.
Dan di pagi hari, saat cahaya matahari pertama menyinari kamar mereka, mereka terbangun dengan senyum di wajah mereka.
Malam yang penuh gairah itu bukan hanya tentang keintiman fisik, tetapi tentang menyatukan dua jiwa yang telah lama mencari satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456