Hingga detik ini, San masih merasa belum siap untuk mengabari Sungchan tentang sebuah berita besar.
Tidak, lebih tepatnya, ia hanya takut bahwa putranya yang berusia lima tahun itu tidak siap dengan kehadiran seorang adik. Jadi San tetap merahasiakannya, entah sampai kapan, hingga ia berhenti memikirkannya.
Suatu hari bocah itu menyadari bentuk perut ibunya yang membulat, dan ukurannya yang membesar.
Jadi dengan khawatir ia mengusapi perut ibunya dan berkata, "Eomma, kenapa perut eomma bengkak? Apakah ada lebah yang menyengatmu?"
San tidak bisa menjawab karena ia malah terbahak dengan pertanyaan polos anaknya.
Dan kalimat Sungchan sepertinya tidak sepenuhnya salah? Karena kenyataannya, memang ada seekor lebah jantan nakal yang telah menyengat ibunya.
Masih dengan perasaan dan raut khawatir, bocah itu meniupi perut San selagi tak henti mengusapinya. San ingat ia selalu meniupi bagian tubuh Sungchan yang terluka dan mengatakan bahwa ia akan segera sembuh dengan itu.
Anak cerdas. Ia bisa menangkap segalanya dengan baik.
"Aku pulang!"
Nah itu dia lebahnya datang.
"Selamat datang."
"Appa!"
Teriakan Sungchan melengking ketika dengan riangnya ia berlari ke arah Wooyoung.
"Appa! Gendong!"
"Appa sangat lelah, sayang."
Sungchan menangis atas penolakan itu. Tidakkah Wooyoung tahu betapa putranya itu merindukannya setelah ditinggalkan seharian?
"Astaga, apa yang harus kulakukan?" Bingung Wooyoung.
San berjalan menghampiri Sungchan dan mengangkat tubuh bocah gemuk itu, menggendongnya.
"Ini yang harus kau lakukan," ujar San setengah kesal.
"Hehe, kalau begitu kau saja yang lakukan ya? Tuh, dia berhenti menangis."
Tidak menjawab, San hanya mendelik.
Apa Wooyoung tidak berpikir bahwa San juga kelelahan setelah seluruh aktivitas yang dilakukannya seharian ini?
"Huh, lelahnya. Berendam di air hangat sepertinya enak?" Wooyoung memberi kode.
"Ya Tuhan, aku lupa menyiapkan air mandi untukmu!"
"Aish! Choi San, kenapa kau bisa lupa? Lagi lagi kau seperti ini. Apa saja yang kau lakukan seharian ini sampai melupakan kebutuhan suamimu hah?"
"Aku akan menyiapkannya sekarang. Kau bisa bersabar kan?"
"Hmmm." Wooyoung menanggapi dengan gumaman malas karena merasa kesal.
San menurunkan Sungchan, dan anak itu kembali menangis.
"Sayang, eomma mau mengisi bak mandi dulu," ujar San yang hanya ditanggapi dengan tangisan yang semakin kencang. "Wooyoung, gendong dia."
"Mengisi bak mandi tidak sesulit itu kan? Kau bisa membawanya ke sana."
"Aku sedang hamil kalau kau lupa. Kau tidak kasihan padaku?"
Wooyoung sempat tersenyum manis sejenak sebelum mengatakan, "Tidak."
Malas berdebat lebih jauh, San kembali menggendong Sungchan dan membawanya ke kamar mandi.
"Cih, suruh siapa hamil? Aku ingin melampiaskan nafsu seksualku bukan berarti aku ingin anak kan? Salah sendiri kenapa bisa lupa minum pil kontrasepsi sampai kebobolan begitu?" Wooyoung bermonolog. "Ini tidak seperti yang kuharapkan. Pelayanan Choi San masih kurang bagus, bahkan semakin lama semakin payah. Kalau aku menikah lagi dengan seseorang yang lebih baik seperti Yunho, San akan keberatan tidak ya? Lagipula Yunho jauh lebih cantik dan menggoda dibandingkan San."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456