Pada abad ke-15, di sebuah desa istimewa yang dikelilingi oleh hutan yang lebat dan pegunungan yang menjulang tinggi, berdirilah sebuah istana megah.
Istana itu adalah pusat kemakmuran desa tersebut, dipimpin oleh seorang pangeran muda yang tampan dan cerdas bernama Choi San. Ia terkenal karena kebaikan hatinya, tetapi ada satu rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya. Di antara mereka adalah sahabat sejatinya, Jung Wooyoung.
San menghabiskan hari itu dengan berkeliling istananya yang besar, memeriksa taman-taman yang indah, ruang-ruang megah, dan berbagai kegiatan para pelayan.
Namun, pikirannya terus melayang kepada Wooyoung, yang telah pergi untuk suatu misi penting dan belum kembali selama berminggu-minggu.
Saat malam tiba, San berjalan menyusuri lorong-lorong panjang istana menuju kamarnya. Kamar itu terletak di sayap timur, dengan pemandangan indah ke arah taman yang penuh bunga. Ia membuka pintu kamar dan melangkah masuk, terhenti sejenak saat melihat sekeliling. Ia merasakan keheningan yang mendalam, keheningan yang hanya bisa dipatahkan oleh kehadiran seseorang yang sangat ia rindukan.
Saat ia berbalik, jantungnya berdebar kencang ketika matanya menangkap sosok yang sangat familiar berdiri di depan pintu. Itu adalah Jung Wooyoung, dengan senyum nakal di wajahnya, mata yang bercahaya penuh kebahagiaan.
"Wooyoung!" teriak San, tidak mampu menyembunyikan kegembiraannya.
Wooyoung melangkah masuk, menutup pintu di belakangnya. "Kau tahu, aku selalu kembali padamu," katanya dengan suara lembut yang membuat hati San meleleh.
San mendekat, hampir tidak percaya bahwa Wooyoung benar-benar di hadapannya lagi. "Aku sangat merindukanmu," bisiknya, matanya berkaca-kaca.
Wooyoung mengulurkan tangan, menyentuh wajah San dengan lembut. "Aku juga merindukanmu, San. Tiap malam aku bermimpi tentang saat ini, saat aku bisa kembali ke sisimu."
Mereka berdiri dalam keheningan yang penuh makna, merasakan kehadiran satu sama lain. Wooyoung mendekat, memeluk San erat, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. San bisa merasakan kehangatan tubuh Wooyoung, detak jantungnya yang tenang dan mantap.
"Aku ingin malam ini menjadi malam kita," kata Wooyoung pelan, suaranya hampir berbisik. "Aku ingin menunjukkan betapa aku mencintaimu."
San menatap mata Wooyoung, merasakan cinta yang dalam di sana. Ia mengangguk, tidak perlu kata-kata lagi. Wooyoung menuntunnya ke tempat tidur besar dengan seprai sutra yang halus. Dengan lembut, ia menurunkan San ke tempat tidur, mencium bibirnya dengan penuh hasrat.
Ciuman itu menghangatkan hati San, membuatnya merasa dicintai dan dihargai. Wooyoung mencium lehernya, membuat San mendesah pelan. Tangan Wooyoung menjelajahi tubuhnya, menghapus semua keraguan dan ketakutan yang mungkin ada.
San merasakan sentuhan Wooyoung di setiap inci kulitnya, membakar setiap saraf dengan gairah yang tak terbendung. Mereka melepaskan pakaian satu sama lain, membiarkan kulit mereka bersentuhan dalam keintiman yang tak tertandingi.
Wooyoung melangkah lebih jauh, tubuhnya bergerak dengan keahlian dan cinta yang dalam. San menggeliat di bawahnya, setiap sentuhan membawa mereka lebih dekat ke puncak kebahagiaan.
"Wooyoung, aku mencintaimu," desah San di antara napasnya yang terengah-engah.
Wooyoung tersenyum, menatap dalam-dalam ke mata San. "Aku juga mencintaimu, San. Kau adalah segalanya bagiku."
Malam itu dipenuhi dengan cinta dan gairah, dua hati yang saling menemukan kembali dalam keintiman yang mendalam. Mereka terus menyatu hingga fajar menyingsing, berjanji untuk selalu kembali satu sama lain, tidak peduli apa yang terjadi di masa depan.
Karena di hati mereka, mereka tahu bahwa cinta mereka akan selalu membawa mereka kembali bersama, dalam keabadian yang tidak terbatas oleh waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456