San tersenyum saat jari-jari Wooyoung melingkar di lehernya.
Ada ketegangan manis di udara, sesuatu yang selalu mereka nikmati. San tahu betapa Wooyoung ingin dia menyerah, tetapi dia tidak akan menyerah dengan mudah. Permainan mereka selalu tentang siapa yang bisa bertahan lebih lama, siapa yang bisa memegang kendali sampai akhir.
"Jangan terlalu percaya diri, San," kata Wooyoung dengan suara rendah, hampir berbisik. "Aku tahu kamu menikmati ini, tapi malam ini, kamu akan tunduk padaku."
San hanya tersenyum lebih lebar, menatap mata Wooyoung yang penuh gairah dan tantangan. "Kita lihat saja, Woo," balasnya, suaranya penuh provokasi.
Wooyoung mendekat, bibirnya hanya beberapa inci dari bibir San. "Aku tidak main-main, San. Aku akan membuatmu memohon malam ini."
San merasakan jantungnya berdebar lebih kencang. Tantangan itu membuat darahnya berdesir. "Buktikan," bisiknya, matanya menantang.
Dengan gerakan cepat, Wooyoung menekan San ke dinding, tangannya masih melingkar di leher San. Ciuman mereka keras dan penuh gairah, seolah-olah mereka saling mengklaim satu sama lain. Wooyoung menggigit bibir bawah San, menariknya perlahan, memaksa desahan keluar dari mulut San.
"Kamu suka itu, kan?" bisik Wooyoung di telinga San, nadanya menggoda.
San hanya mendesah sebagai jawaban, tangannya mencengkeram bahu Wooyoung. Wooyoung menarik diri sedikit, menatap San dengan mata yang penuh keinginan. "Katakan padaku, San. Katakan apa yang kamu inginkan."
San menelan ludah, mencoba menenangkan dirinya. "Aku... aku ingin kamu, Woo. Tapi aku tidak akan menyerah begitu saja."
Wooyoung tersenyum, matanya berkilat. "Baiklah. Kalau begitu, kita lihat siapa yang menyerah duluan."
Dengan satu gerakan cepat, Wooyoung menarik San dari dinding dan mendorongnya ke ranjang. San terjatuh dengan napas terengah, sementara Wooyoung berdiri di atasnya, menatapnya dengan intens. "Malam ini, kamu milikku, San. Dan aku akan memastikan kamu tahu itu."
Wooyoung mulai membuka kemeja San dengan tangan gemetar namun penuh tekad. Setiap kancing yang terbuka membuat jantung San berdebar lebih kencang. Wooyoung membungkuk, mencium dada San dengan lembut, sebelum menggigit kulitnya, meninggalkan tanda merah.
San mengerang, merasakan campuran rasa sakit dan kenikmatan. "Wooyoung...," desahnya, tangannya mencengkeram seprai.
Wooyoung tersenyum, senang melihat reaksi San. "Kamu suka itu, ya? Katakan padaku, San. Katakan apa yang kamu rasakan."
San menggigit bibirnya, mencoba menahan diri. "Aku... aku suka, Woo. Tapi aku masih belum menyerah."
Wooyoung tertawa pelan, suaranya rendah dan penuh godaan. "Kita lihat berapa lama kamu bisa bertahan."
Wooyoung melanjutkan cumbuan dan sentuhannya, setiap gerakan dipenuhi dengan keinginan untuk membuat San menyerah. San berusaha sekuat tenaga untuk tidak menyerah, tetapi setiap sentuhan, setiap ciuman, membuatnya semakin sulit untuk bertahan.
Saat Wooyoung mencapai pinggang San, dia berhenti sejenak, menatap San dengan tatapan penuh gairah. "Kamu akan memohon untukku, San. Dan ketika kamu melakukannya, aku akan memberimu segala yang kamu inginkan."
San menatap Wooyoung dengan mata berkabut. "Buktikan padaku, Woo. Buat aku memohon."
Wooyoung tersenyum licik, sebelum melanjutkan sentuhannya.
Malam itu, mereka terjebak dalam permainan dominasi yang penuh gairah. Wooyoung menggunakan setiap trik yang dia tahu untuk membuat San menyerah, sementara San berusaha sekuat tenaga untuk bertahan.
Mereka saling menggigit, mencium, dan menyentuh dengan penuh hasrat, tubuh mereka bergerak seirama. Setiap desahan dan erangan yang keluar dari mulut mereka adalah bukti betapa mereka saling menginginkan.
Akhirnya, saat malam semakin larut, San tidak bisa lagi menahan diri. "Wooyoung...," desahnya dengan suara serak. "Aku... aku menyerah. Aku memohon, Woo."
Wooyoung menatapnya dengan senyum kemenangan. "Bagus, San. Kamu milikku malam ini."
Dengan itu, Wooyoung melanjutkan permainan mereka, memberikan San segala kenikmatan yang dijanjikan.
Malam itu dihabiskan dengan gairah yang tak tertahankan, tubuh mereka menyatu dalam irama yang sempurna.
Ketika pagi tiba, mereka terbaring di ranjang, napas mereka masih terengah. Wooyoung membelai rambut San dengan lembut, menatapnya dengan mata penuh kasih sayang.
"Kamu hebat, San. Tapi malam ini, kamu telah belajar siapa yang memegang kendali."
San tersenyum lemah, merasakan kebahagiaan yang mendalam. "Aku tahu, Woo. Dan aku suka."
Dengan itu, mereka berdua terlelap dalam pelukan satu sama lain, merasa lebih dekat dan lebih memahami satu sama lain daripada sebelumnya.
Malam itu adalah bukti cinta dan keinginan mereka yang tak terbantahkan, sebuah permainan dominasi yang hanya memperkuat ikatan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456