San sudah merasa tidak enak badan sejak semalam.
Tenggorokannya sakit, tubuhnya lemas, dan dia sering batuk.
Namun, dia tidak ingin mengeluh karena hari ini adalah hari libur mereka yang langka, dan Mingi sudah merencanakan perjalanan ke taman hiburan sejak lama. Mingi begitu bersemangat dan telah menyiapkan semuanya dengan detail, dari tiket hingga rencana makan siang.
Pagi itu, Mingi sedang sibuk di dapur menyiapkan sarapan. Dia ingin memastikan bahwa mereka memiliki energi yang cukup untuk menikmati hari yang panjang di taman hiburan. San duduk di meja makan, mencoba tersenyum meskipun kepalanya terasa berat dan batuknya semakin sering.
Mingi menyadari sesuatu yang tidak beres saat dia membawa piring berisi pancake ke meja. San terlihat pucat, dan setiap kali dia batuk, wajahnya tampak semakin lelah. Kekhawatiran mulai merayapi hati Mingi.
"San, kau terlihat tidak enak badan. Apa kau baik-baik saja?" tanya Mingi dengan lembut, menatap San dengan penuh perhatian.
San berusaha tersenyum, meskipun jelas terlihat lelah. "Aku baik-baik saja, Mingi. Mungkin hanya sedikit lelah. Ayo, kita makan dan bersiap-siap pergi."
Namun, Mingi tidak mudah tertipu. Dia meletakkan piringnya dan duduk di samping San, mengamati wajah kekasihnya dengan cermat. "San, jujurlah padaku. Kau terlihat sangat tidak sehat. Kau sering batuk dan wajahmu pucat. Jangan memaksakan diri."
San menghela napas, merasa bersalah karena tidak jujur dari awal. "Aku tidak ingin merusak rencanamu, Mingi. Kau sudah bekerja keras untuk hari ini, dan aku tidak ingin mengecewakanmu."
Mingi menggenggam tangan San dengan lembut, mencoba memberikan kenyamanan. "Yang paling penting bagi ku adalah kesehatanmu, San. Kita bisa selalu pergi ke taman hiburan di lain waktu. Tapi jika kau sakit, kau harus istirahat. Aku tidak ingin kau memaksakan diri dan semakin sakit."
Air mata menggenang di mata San. Dia merasa lega mendengar kata-kata Mingi, tetapi juga merasa bersalah karena hampir memaksakan diri. "Terima kasih, Mingi. Aku benar-benar tidak ingin mengecewakanmu."
Mingi tersenyum, menghapus air mata San dengan lembut. "Kau tidak pernah mengecewakanku, San. Yang penting sekarang adalah kau merasa lebih baik. Bagaimana kalau kita istirahat di rumah hari ini? Aku bisa membuatkan sup hangat untukmu dan kita bisa menonton film bersama. Bagaimana?"
San mengangguk, merasa bersyukur memiliki Mingi di sisinya. "Itu terdengar menyenangkan. Terima kasih, Mingi."
Hari itu, Mingi merawat San dengan penuh kasih. Dia membuatkan sup ayam hangat, memastikan San minum banyak air, dan memberinya obat yang diperlukan. Mereka duduk bersama di sofa, menonton film favorit mereka sambil berselimut tebal. Mingi terus-menerus memeriksa kondisi San, memastikan dia merasa nyaman.
Meskipun mereka tidak pergi ke taman hiburan, hari itu tetap menjadi hari yang istimewa bagi mereka. Mereka menikmati kebersamaan yang tenang dan penuh kasih, sesuatu yang kadang-kadang sulit didapat di tengah kesibukan mereka sebagai anggota ATEEZ.
Saat malam tiba, San merasa sedikit lebih baik, meskipun masih lelah. Dia menatap Mingi dengan penuh cinta, merasa bersyukur memiliki seseorang yang begitu peduli dan pengertian.
"Mingi, terima kasih untuk hari ini. Kau membuatku merasa sangat dicintai dan diperhatikan," kata San dengan suara pelan.
Mingi tersenyum dan mencium dahi San. "Aku akan selalu ada untukmu, San. Kesehatanmu adalah yang paling penting bagiku. Kita bisa pergi ke taman hiburan kapan saja, tapi aku tidak bisa menggantikanmu."
Dengan hati yang penuh kehangatan, mereka berdua tidur dengan perasaan damai. Meskipun rencana mereka berubah, mereka tahu bahwa cinta dan perhatian satu sama lain adalah yang paling penting.
Dan dengan setiap hari yang mereka habiskan bersama, mereka semakin menyadari betapa berharganya hubungan mereka, dalam suka dan duka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanficSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456