Hari itu di kampus terasa seperti hari biasa bagi San dan Wooyoung, dua mahasiswa yang bersahabat sejak tahun pertama.
Mereka selalu duduk berdekatan di kelas, bercanda dan saling mengolok satu sama lain, tetapi ada ketegangan yang tidak diakui di antara mereka. San sering merasa jantungnya berdebar lebih cepat saat bersama Wooyoung, dan hari ini tidak berbeda.
Di ruang kelas yang penuh dengan mahasiswa, San dan Wooyoung duduk berdampingan, berbicara pelan agar tidak mengganggu yang lain. "Kamu sudah siap untuk presentasi nanti, San?" tanya Wooyoung, menyenggol San dengan sikunya.
San mengangguk, mencoba tampak tenang. "Ya, aku sudah latihan semalaman. Kamu sendiri?"
Wooyoung tersenyum lebar. "Kamu tahu aku selalu siap, apalagi kalau ada kamu yang mendukungku."
San tersenyum malu, wajahnya sedikit memerah. Dia tahu Wooyoung hanya bercanda, tapi setiap kali mendengar kata-kata semacam itu, hatinya terasa hangat.
Presentasi berlangsung tanpa hambatan, tetapi setelah kelas selesai, sebuah insiden kecil terjadi.
Ketika San dan Wooyoung sedang mengemasi barang-barang mereka, San tidak sengaja menjatuhkan buku catatannya. Saat membungkuk untuk mengambilnya, tubuhnya menabrak tubuh Wooyoung, membuat mereka berdua terjatuh dengan posisi yang cukup canggung. San berada di atas Wooyoung, wajah mereka hanya beberapa inci saja terpisah.
"Eh, maaf, Woo," San berkata, wajahnya memerah karena malu.
Wooyoung tertawa kecil, tetapi matanya berbinar dengan sesuatu yang lebih. "Tidak apa-apa, San. Mungkin ini hanya kebetulan yang lucu."
San buru-buru bangkit, merasa jantungnya berdebar lebih cepat. "Ya, lucu sekali," katanya dengan suara yang terdengar sedikit gugup.
Setelah kejadian itu, mereka meninggalkan kampus bersama. Wooyoung mengajak San untuk mampir ke apartemennya, alasan awalnya hanya untuk mengerjakan tugas bersama, tetapi perasaan San yang campur aduk membuatnya setuju tanpa berpikir panjang.
Di apartemen Wooyoung, suasana terasa hangat dan akrab. Mereka duduk di sofa, mencoba fokus pada tugas, tetapi pikiran San terus kembali ke kejadian di kelas tadi.
"San," panggil Wooyoung tiba-tiba, menghentikan kegiatan mereka. "Ada yang ingin aku bicarakan."
San menatap Wooyoung, merasa jantungnya berdebar lebih cepat lagi. "Apa itu, Woo?"
Wooyoung mendekat, wajahnya serius namun lembut. "Aku sudah lama merasakan ini, dan kejadian tadi hanya membuatku semakin yakin. Aku menyukaimu, San. Lebih dari sekadar teman."
San terdiam, merasa seluruh tubuhnya memanas. "Wooyoung, aku juga merasakan hal yang sama. Tapi aku tidak tahu harus bagaimana..."
Wooyoung tersenyum, mendekat lebih lagi hingga wajah mereka hampir bersentuhan. "Tidak perlu bingung, San. Mari kita biarkan perasaan ini mengalir."
Mereka saling menatap dalam keheningan yang penuh makna, lalu Wooyoung mendekatkan bibirnya ke bibir San, memberikan ciuman yang lembut namun penuh gairah. San membalas ciuman itu, merasakan hatinya melonjak kegirangan.
"San, malam ini, aku ingin menunjukkan betapa besar perasaanku padamu," bisik Wooyoung dengan suara rendah yang penuh hasrat.
San mengangguk, matanya berkilau dengan cinta dan keinginan. "Aku ingin merasakannya, Woo. Aku ingin menjadi milikmu."
Wooyoung menarik San ke dalam pelukan, mencium lehernya dengan lembut, membuat San mengerang pelan. "You're my good lil boy, San. Malam ini, kamu akan menjadi anak baik untukku."
Mereka melepas pakaian mereka dengan cepat, membiarkan hasrat mereka mengambil alih. Wooyoung membaringkan San di tempat tidur, mencium setiap inci kulitnya dengan penuh kasih sayang dan keinginan.
"Wooyoung..." desah San, merasakan setiap sentuhan Wooyoung seperti aliran listrik yang membuatnya semakin bergairah.
"Tenang saja, San. Aku akan menjagamu," jawab Wooyoung, suaranya penuh dengan janji dan ketulusan.
Mereka menyatukan tubuh mereka dalam keintiman yang penuh gairah, merasakan setiap gerakan sebagai simbol cinta yang dalam dan tulus. Desahan dan erangan memenuhi kamar itu, membaur dengan suara malam yang tenang di luar.
"Wooyoung... lebih dalam," bisik San di antara desahannya, merasakan kenikmatan yang semakin intens.
Wooyoung memenuhi permintaan San, memastikan setiap gerakannya membawa mereka berdua ke puncak kebahagiaan. "Aku mencintaimu, San. Aku akan selalu mencintaimu."
"Wooyoung, aku... aku juga mencintaimu," jawab San dengan suara tersendat, merasakan gelombang kenikmatan yang semakin memuncak.
Mereka mencapai puncak bersama, merasakan ledakan kebahagiaan yang membuat mereka semakin dekat satu sama lain.
Setelah itu, mereka berbaring bersama di tempat tidur, saling berpelukan dengan erat.
San menatap Wooyoung dengan mata yang berkaca-kaca. "Terima kasih, Wooyoung. Terima kasih telah berada di sisiku. Malam ini adalah malam terindah dalam hidupku."
Wooyoung mencium kening San dengan lembut. "Aku juga merasa begitu, San. Aku akan selalu berada di sisimu, apa pun yang terjadi."
Mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, merasa nyaman dan aman.
Malam itu, mereka berdua tahu bahwa cinta mereka akan selalu kuat, mengatasi segala rintangan yang mungkin datang.
Dan di bawah langit yang penuh bintang, mereka berdua merasa penuh dengan kebahagiaan dan cinta yang akan selalu mereka jaga selamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanfictionSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456