Di ruang kelas ramuan di Hogwarts, suasana tegang terasa di udara.
San, seorang Slytherin yang dikenal keras kepala dan arogan, sedang dalam puncak argumennya dengan Wooyoung, seorang Gryffindor yang selalu ceria dan suka menggoda. Mereka berdua telah lama menjadi musuh bebuyutan, dan setiap pertemuan mereka selalu berakhir dengan pertengkaran.
“Hanya karena kau dari Gryffindor, bukan berarti kau lebih baik dariku!” seru San dengan marah, menggenggam erat wands-nya.
Wooyoung tertawa kecil, nada menggoda dalam suaranya. “Oh, tenang saja, San. Kau hanya iri karena aku lebih baik dalam segala hal.”
“Lebih baik? Jangan membuatku tertawa, Wooyoung,” balas San sambil menyipitkan mata. “Kau bahkan tidak bisa membuat ramuan Polyjuice dengan benar.”
Wooyoung tersenyum lebar, melangkah lebih dekat hingga jarak mereka hanya beberapa inci. “Setidaknya aku tidak perlu bersembunyi di balik sikap arogan untuk merasa hebat.”
San mendidih amarahnya, tidak bisa lagi menahan diri. Dengan cepat ia mengangkat wands-nya, siap meluncurkan mantra. “Tarantallegra!”
Wooyoung dengan sigap mengangkat wands-nya, menangkis mantra San dengan Protego, tapi balasan itu membuat kedua mantra mereka berbenturan di udara, menciptakan ledakan kecil yang membuat seluruh ruangan bergetar.
“Cukup!” teriak Profesor Snape, yang baru saja masuk ke ruangan. “Kalian berdua, ke kantor kepala sekolah sekarang juga!”
San dan Wooyoung saling melirik dengan marah, tetapi tidak ada pilihan lain selain mengikuti perintah Snape. Mereka berjalan dalam diam menuju kantor kepala sekolah, merasakan ketegangan di antara mereka semakin meningkat.
Di kantor kepala sekolah, Profesor Dumbledore menatap mereka dengan tatapan tenang namun penuh kekuatan. “Saya mendengar kalian berdua terlibat dalam duel di kelas ramuan. Ini tidak bisa diterima. Kalian akan menerima hukuman detensi.”
San dan Wooyoung saling memandang dengan tajam, tapi mereka tidak berani membantah Dumbledore. “Ya, Profesor,” jawab mereka serempak.
“Malam ini, kalian akan membersihkan Ruang Kebutuhan tanpa bantuan sihir,” lanjut Dumbledore. “Saya harap ini memberi kalian waktu untuk merenungkan tindakan kalian.”
Malam itu, di Ruang Kebutuhan, San dan Wooyoung mulai membersihkan dengan tangan mereka sendiri. Mereka bekerja dalam keheningan selama beberapa waktu, sampai akhirnya Wooyoung tidak bisa menahan diri untuk berbicara.
“San, kenapa kau selalu begitu keras kepala?” tanyanya, suaranya lebih lembut dari biasanya.
San berhenti sejenak, lalu menghela napas. “Mungkin karena aku merasa harus membuktikan sesuatu. Tapi kau, Wooyoung, kenapa selalu menggoda?”
Wooyoung tersenyum kecil, menatap San dengan mata penuh rasa ingin tahu. “Mungkin karena aku suka melihat reaksimu. Kau sangat serius, dan itu... menarik.”
San merasa wajahnya memerah, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. “Kau suka melihatku marah?”
“Tidak selalu,” jawab Wooyoung sambil mendekat. “Aku suka melihatmu, San. Kau punya sesuatu yang istimewa.”
San terdiam, bingung dengan perubahan suasana. “Apa maksudmu, Wooyoung?”
Wooyoung tersenyum lebih lebar, kemudian dengan gerakan cepat dan lembut, ia mencumbu bibir San. San terkejut, tetapi tubuhnya merespons tanpa bisa ia kendalikan. Mereka tenggelam dalam ciuman yang penuh gairah, melupakan semua kebencian dan permusuhan di antara mereka.
“Wooyoung, ini tidak benar...” bisik San saat mereka berpisah sejenak.
“Tapi ini terasa benar,” balas Wooyoung, menarik San lebih dekat lagi. “Biarkan kita melupakan semuanya untuk malam ini.”
Malam itu, di Ruang Kebutuhan, mereka tenggelam dalam gairah yang tak tertahankan. Setiap sentuhan dan ciuman membawa mereka ke dunia yang hanya milik mereka berdua. Mereka menemukan kebahagiaan dalam keintiman yang mereka bagi, menghapus semua rasa permusuhan yang pernah ada.
Pagi menjelang, mereka terbangun dalam pelukan satu sama lain. San menatap Wooyoung dengan campuran kebingungan dan kebahagiaan. “Apa yang akan terjadi sekarang?” tanyanya pelan.
Wooyoung tersenyum dan mengelus pipi San. “Sekarang, kita nikmati setiap momen yang kita miliki. Aku tidak akan membiarkan siapa pun atau apa pun menghalangi kita.”
San tersenyum lemah, namun hatinya terasa penuh. Ia tahu bahwa hubungan ini tidak akan mudah, tetapi dengan Wooyoung di sisinya, ia siap menghadapi apa pun yang datang.
Mereka berdua tahu bahwa cinta dan gairah mereka adalah sesuatu yang tak bisa diabaikan, dan mereka bertekad untuk menjalani semuanya bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sanzzy Episode • All × San
FanficSanzzy: a pun intended from Snazzy bottom!San / San centric Drabble collection; around 500 words/chapter May contains mpreg ©2020, yongoroku456