DESIRE 30

23.7K 1.7K 573
                                    

Hallo apa kabar?

Maaf kemalaman update karena baru kelar ngetik

Ada yg masih nunggu cerita ini👀

Vote dan comment dulu ya

Selamat membaca 💋

_______________________

Jantung Kaia berpacu lebih cepat dari biasanya ketika Noah mencumbunya. Suara- suara yang ditimbulkan dari keintiman mereka mengisi kekosongan lift dan membuat nafsu semakin menggelora.

Oh! Ini sungguh tidak baik bagi Kaia, ia harus menghentikan kegiatan panas mereka sebelum kabut gairah semakin menggelap dan menghilangkan kewarasannya.

Kedua tangannya mencoba mendorong Noah menjauh untuk menyudahi ciumannya, namun sepertinya upayanya itu membuat Noah kesal sehingga membuatnya menggeram di sela ciuman. Tanpa melepaskan ciumannya Noah kemudian membawa kedua tangan Kaia ke atas dan menahan di sana.

Kaia semakin sulit bernafas begitupun dengan Noah yang semakin gencar ingin menyentuhnya lebih jauh, Kaia bisa merasakan milik pria itu yang mengeras menggesek bagian depannya.

Begitu suara lift kembali terdengar, Kaia menggunakan dengkulnya untuk menyerang kejantanan Noah. Pria itu memekik setelah melepaskan ciumannya, terlihat Noah memegangi miliknya diselingi suara meringis. Hal itu dimanfaatkan oleh Kaia untuk lari dari sana menuju apartemennya.

Kaia berlari kemudian buru-buru menekan pin untuk membuka pintu apartemennya. Noah terlihat menyusul dengan langkah kesakitannya, pintu terbuka dan Kaia bergegas masuk dan mengunci pintunya.

Dadanya naik turun beserta suara nafasnya yang terdengar terengah-engah. Kaia bersandar di balik pintu seolah menghalangi jika Noah tiba-tiba mendobrak pintu apartemennya.

“Kaia buka pintunya!” Teriak Noah dari luar.

“Pergi! Pergi dari sini,” balas Kaia.

Noah menggedor-gedor pintu,”Buka pintunya!” ucapnya lagi.

“Tidak mau! Sebaiknya kau pergi dari sini sebelum aku menghubungi security untuk mengusirmu,” pekik Kaia dengan rasa frustasinya.

Seakan tuli, Noah terus menggedor pintu apartemen Kaia tanpa henti. Gedorannya seakan ingin merobohkan pintu di depannya.

“Kau berisik sekali, sialan! Pergi dari sini!” Tak tanggung-tanggung Kaia pun berteriak kencang memaki Noah yang sedang menciptakan keributan di luar.

“Aku tidak akan berhenti sebelum kau membuka pintu ini,” jawab Noah.

Kaia mengacak-acak rambutnya. Rasa kesal dan frustasi setiap kali bertemu dengan Noah sungguh menguras emosi dan tenaganya. Noah tidak akan berhenti sebelum apa yang diinginkannya ia dapatkan dan Kaia tahu benar akan hal itu.

Noah dengan satu tangannya terus mengetuk pintu sementara tangan yang lain memegang kejantanannya yang masih ngilu. Beberapa detik kemudian, kepalanya dilempari sebuah kaleng kosong yang membuatnya mengumpat dan lekas berbalik melihat pelaku yang berani bertindak kurang ajar kepadanya.

“Bedebah ini! Apa kau tuli? Gadis di dalam sana sudah mengusirmu dan kau masih berdiri di sini membuat keributan?! Apa kau tidak tahu bahwa gigi ku semakin sakit dan berdenyut karena ulahmu itu!” Maki seseorang di seberangnya.

Noah menelan kekesalannya setelah melihat seorang nenek dengan tempelan berwarna putih di pipinya. Noah berdeham sejenak kemudian sebelum bersuara.

“Maaf atas kegaduhan yang saya buat,” ucap Noah dengan nada halus meminta permohonan maaf.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang