DESIRE 36

18.1K 1.3K 587
                                    

Selamat malam semua✨

Jangan lupa vote dan komen dlu ya!

Selamat membaca 💋

_______________________

Masih dengan jantung berdebar Kaia menunggu Noah bersuara. Pria itu menatapnya lekat, menguncinya dalam di balik bola mata legam miliknya.

Tanpa sadar Kaia meremas ujung dress-nya, ia benar-benar gugup dan bajingan itu masih enggan bersuara kembali padahal Kaia sengaja diam agar pria itu mengerti bahwa Kaia siap mendengar apapun yang akan Noah katakan.

Diamnya Kaia berarti wanita itu mengizinkannya untuk bersuara kembali pikir Noah. Ditatapnya lekat wanita cantik itu yang nampak gugup sesaat, “Jadi kekasih ku, ya,” celetuk Noah.

“Hah?” beo Kaia. Kaia mengusap-usap telinganya, merasa salah dengar.

Noah memutar bola mata malas,”Jadi kekasihku. Jawabannya hanya iya atau iya,” lanjut Noah.

Mulut Kaia terbuka, matanya mengedip-ngedip dengan kepala yang mendadak pening. Kaia menggeleng-gelengkan kepalanya agar ia sadar dari halusinasi nya.

Noah memperhatikan gerak-gerik Kaia yang aneh. Mengapa reaksi wanita itu berlebihan setelah mendengar ucapannya? Apakah ia salah bicara? Batin Noah.

“Berhenti mengetuk-ngetuk kepalamu,” cegah Noah, menyingkirkan tangan Kaia dari kepalanya.

Kaia mau gila rasanya, sepertinya pendengarannya sedang tidak berfungsi dengan baik. Ditatapnya Noah lekat-lekat,”Kau—apa kau baru saja menembak ku?” tanya Kaia sambil menunjuk dirinya. Memastikan bahwa yang ia dengar tadi hanyalah halusinasi.

Noah mengangguk polos. Sementara Kaia terkejut bukan main. Bagaimana bisa, bagaimana bisa Noah dengan santainya berkata demikian? Kenapa tiba-tiba? Sebenarnya apa yang terjadi pada Noah? Apa pria itu terbentur dinding kaca kamar mandi saat bercinta tadi sehingga berbicara melantur?

“Kau ini kenapa grasak-grusuk dari tadi?” tanya Noah heran melihat tingkah Kaia yang tak biasanya.

“Kau masih bertanya? Menurutmu aku harus bagaimana menanggapi lelucon mu itu?!” teriak Kaia, ia bahkan sampai berdiri dari duduknya. Untung saja di ruangan itu hanya ada mereka berdua kalau tidak Kaia mungkin sudah menjadi pusat perhatian.

“Lelucon? Aku serius dengan perkataan ku,” ucap Noah. Menyangkal tuduhan Kaia yang mengatakan bahwa yang ia ucapkan tadi hanyalah lelucon semata.

Tidak tahu saja bahwa Noah pun panas dingin di tempatnya, nyalinya sudah ia kumpulkan dari rumah dan melihat reaksi Kaia justru membuat nyalinya merosot ke dasar jurang. Rasanya Noah seperti kehilangan harga dirinya untuk berpijak di bumi ini, namun sekuat tenaga ia bereaksi biasa-biasa saja di depan Kaia agar tetap terlihat tenang.

Kaia menggeleng keras,”Ini tidak benar. Pasti kau sedang melantur,” Kaia masih mengelak.

“Apa yang tidak benar? Aku menyukaimu dan kau pun menyukai ku jadi ya sudah ayo jadi sepasang kekasih saja,” balas Noah sedikit sewot, sepertinya ia mulai tak tenang.

Kaia sampai duduk kembali ke kursinya, menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. Bagaimana bisa Noah mengajak seorang wanita sebagai kekasihnya dengan cara se-flat itu? Tidak ada romantis romantisnya.

Namun begitu, ajakan di luar perkiraan Kaia itu mampu membuat nya berdebar hebat. Kaia tidak tahu mengapa Noah tiba-tiba berucap demikian padahal selama ini pria itu selalu menyangkal bahwa dirinya tidak pernah menyukai Kaia lalu sekarang tiba-tiba Noah berkata bahwa ia ingin Kaia menjadi kekasihnya?

Kaia menarik nafas dalam-dalam agar pikirannya tenang dan berhenti bereaksi berlebihan seperti barusan. Setelah merasa tenang barulah ia kembali menatap Noah,”Kenapa kau tiba-tiba meminta ku sebagai kekasih mu?” tanya Kaia serius.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang