DESIRE 39

18.2K 1.3K 1K
                                    

Hallo selamat malam 🌃

Sesuai target yang terpenuhi author update lagi 😚

Jangan lupa vote dan komen ya

Selamat membaca 💋

________________________

Seperti yang Noah katakan bahwa pria itu ingin mengajaknya ke suatu tempat, padahal Noah baru saja kembali dari luar negeri namun pria itu memilih mengajaknya keluar, alih-alih beristirahat.

Kaia dengan dress putih bermotif floral selutut nya turun dari mobil setelah Noah membukakan nya pintu. Kening Kaia berkerut bingung lantaran melihat tempat yang saat ini ada di depannya, ia pikir Noah ingin mengajaknya makan siang di salah satu restoran tetapi Noah justru membawanya ke pemakaman.

Noah mengabaikan kebingungan Kaia namun ia segera meraih tangannya dan membawanya masuk ke dalam. Kaia diam saja dituntun ke sebuah salah satu pusara disana, melirik ke arah Noah yang sedang menatap gundukan tanah itu.

Kaia tidak tahu banyak tentang Noah karena pria itu cenderung menutup diri. Kaia pun memilih untuk tidak menanyakan sesuatu yang menurutnya pribadi tentang Noah jika pria itu tidak menceritakannya sendiri. Kendati Kaia ingin mengetahui segala hal tentang Noah, namun Kaia sadar beberapa waktu lalu ia tidak memiliki kapasitas untuk mengetahui Noah lebih jauh sementara mereka dalam hubungan yang tidak jelas.

Kaia membaca nama yang terukir di batu yang mengkilap tersebut, lalu beralih menatap Noah yang kini meletakkan rangkaian bunga ke atas pusara.

“Dia pasti wanita yang luar biasa,” puji Kaia, diiringi senyum tipisnya.

“Benar, dia sungguh wanita yang luar biasa. Wanita terkuat yang pernah kutemui, wanita cantik yang membuatku kagum dengan senyuman nya dan wanita yang penuh dengan kasih sayang,” ujar Noah membalas. Senyumnya sekalipun tak luntur ketika ia mengagumi sosok yang telah kembali ke dalam pelukan Tuhan.

Kaia dapat merasakan kerinduan yang mendalam ketika Noah memuji ibunya. Senyum itu, senyum yang ia tunjukkan kalau betapa rindunya Noah terhadap ibunya.

“Dia meninggal ketika aku berumur sepuluh tahun. Meninggalkan ku begitu saja disaat aku benar-benar membutuhkannya disisi ku, kadang aku berpikir betapa teganya ibuku pergi meninggalkan ku, namun seiring berjalannya waktu aku menyadari bahwa mungkin inilah yang terbaik untuk ibuku karena–dia bisa terlepas dari rasa sakitnya,” Noah berucap tanpa mengalihkan tatapannya dari pusara sang ibu dan hal itu tidak luput dari perhatian Kaia.

Kaia meraih jemari Noah yang bebas, menggenggam erat jemari tersebut dan Noah menyambut baik upaya Kaia. Keduanya bergenggaman tangan dengan tatapan mengarah ke bawah, ke arah dimana sosok cantik itu beristirahat.

Kaia tahu apa yang dirasakan Noah, perasaan kehilangan yang mendalam dari sosok yang begitu dicintai. Kaia pun kehilangan ibunya di usia remaja, jadi Kaia tahu betul apa yang pria itu rasakan. Meski sama-sama kehilangan, perasaan sedih seseorang berbeda-beda terutama bagaimana cara mereka sembuh dari luka tersebut.

Genggaman Noah pada jarinya terasa semakin menguat, sepertinya emosi Noah saat ini sedang tidak stabil. Terlihat bagaimana wajah tegas itu mengetat lalu sorot matanya yang mulai sayu dan berembun.

Kaia mendekatkan dirinya, membawa Noah ke dalam pelukannya. Kaia tidak tahu apakah Noah memutuskan untuk menangis di depannya atau pria itu tetap pada pendiriannya untuk tidak pernah meneteskan air mata nya di hadapan orang lain. Namun saat ini cara inilah yang terpikirkan olehnya untuk menenangkan Noah.

Noah memeluknya erat. Bersembunyi di ceruk leher Kaia, dapat wanita itu rasakan nafas Noah yang berat, pria itu tidak menangis, ia hanya memeluk Kaia erat, mencari-cari kenyamanan yang membuat hatinya kembali tenang.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang