Hallo!Jangan lupa vote dan komen ya
Selamat membaca 💋
_________________________Dua bulan lamanya mereka berpisah, tidak ada komunikasi ataupun pertemuan antara Noah dan Kaia. Keduanya benar-benar menjaga jarak setelah pertengkaran hebat hari itu, meski begitu Noah tidak akan mungkin bertahan hidup tanpa melihat wanitanya.
Hampir setiap hari Noah memantau Kaia dari kejauhan, memastikan bahwa wanita itu baik-baik saja tanpanya. Kaia yang bertambah cantik setiap harinya membuat Noah gila karena tidak bisa berdekatan dengan perempuan itu. Setiap Noah memantau Kaia dari tempatnya, Noah selalu ingin berlari menghampiri wanita itu kemudian mencium dan memeluknya lama. Tapi keinginan itu harus ia kubur dalam-dalam karena Noah yakin bahwa Kaia tidak akan menyukai tindakannya itu. Noah tidak mau membuat Kaia semakin membencinya lebih jauh lagi, Noah tidak akan sanggup bila itu terjadi.
Kendati ia berusaha menjaga jarak dengan perempuan itu pada akhirnya mereka bertemu dan melakukan kontak mata. Kebetulan Noah ada pertemuan bisnis dengan salah satu koleganya di sebuah restoran dan saat itu juga ia bertemu dengan Kaia juga bajingan tengik itu.
Semulanya Noah ingin bersikap abai tetapi melihat Kaia diam-diam saja ketika Regan memeluk pinggang Kaia mesra juga pria itu yang seenak jidat mengecup pipi Kaia membuat Noah kebakaran. Kening Noah berkerut bingung lantaran melihat sikap Regan yang begitu intens kepada Kaia, lebih bingung lagi karena Kaia yang seolah terima-terima saja di sentuh oleh pria itu. Bukankah mereka berteman? Lalu mengapa sekarang keduanya terlihat seperti sepasang kekasih? batin Noah.
"Khemm...maaf tuan. Bisakah Anda menyingkir? Anda menghalangi jalan kami," ucap Regan menegur Noah yang mematung di depan mereka.
Detik kemudian Noah melirik Regan yang berdiri di samping Kaia,"Kau saja yang menyingkir. Masih ada jalan lain yang bisa kau gunakan," sahut Noah cuek. Pria itu kemudian kembali memusatkan perhatiannya kepada wanita yang tengah membuang muka.
"Meja kami tepat berada di belakang Anda, jadi kami harus melewati Anda dulu. Tolong jangan membuat kekasih saya berdiri cukup lama menunggu,"
Belum sempat Noah menyahut kembali ucapan Regan, rekan bisnisnya memanggil terlebih dahulu. Nampak rekannya itu sudah duduk di meja dan meminta Noah untuk segera bergabung bersamanya.
Noah melirik sekilas ke arah Kaia yang sejak tadi bungkam dan tak mau meliriknya barang sedikit pun, berikutnya ia melangkahkan kaki nya menjauh dari dua makhluk itu, oh ia pun tak lupa menyenggol dengan sengaja bahu Regan untuk melampiaskan kekesalannya.
"Dasar pria pemarah," gumam Regan setelah Noah menyenggol bahunya kasar. Meski begitu, respon yang diberikan Noah membuat senyum Regan mengembang, ia senang karena berhasil menyulut kemarahan pria itu.
"Mari, sayang, kita duduk dulu." ucap Regan kemudian kepada Kaia. Pria itu menarik satu kursi untuk Kaia kemudian menyusul duduk di depan wanita itu.
Setelah memesan menu makanan dan minuman, Regan mengajak Kaia untuk berbincang-bincang santai. Nampak pria itu sabar menghadapi Kaia yang tidak meresponnya dengan baik, itu tidak masalah bagi Regan asalkan wanita bisa tetap berada di sisinya.
Sementara Kaia sejak tadi merasa gelisah sejak bertemu dengan Noah. Seolah sesuatu di dalam dadanya siap meledak untuk menghancurkannya. Lama tidak bertemu dengan Noah membuat Kaia sedikit terguncang kala netra keduanya bertemu. Pria itu masih terlihat sama, hanya saja rambutnya semakin panjang, pipinya tirus dengan lingkar hitam di matanya, tak jauh beda dengan kondisi Kaia saat ini namun bisa dibilang Noah nampak lebih parah darinya.
Seolah kegelisahannya enggan menghilang meski Kaia sudah menegak air putih di atas meja, tubuhnya malah bereaksi semakin tidak karuan kala merasakan punggungnya seolah ditelanjangi oleh tatapan seseorang di belakang sana. Kaia merasa di perhatikan oleh seseorang yang seperti memendam kemarahan kepadanya, rasanya tatapan itu seolah ingin menghancurkannya detik ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESIRE
RomanceMature Content ❗❗❗ Lima tahun seorang Kaia habiskan hidupnya sebagai pekerja malam di Las Vegas. Bukan tanpa alasan, ayahnya sendiri menjualnya kepada seorang mucikari ternama di Vegas. Sialnya, ia harus meregang nyawa di tempat yang penuh maksi...