DESIRE 47

24.8K 1.4K 64
                                    


Vote dan komen dulu yuk sebelum membaca 😚

Happy reading!

_______________________________

Noah pulang tepat pada pukul dua belas malam. Kakinya ia bawa menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Begitu pintu kamarnya terbuka, Kaia yang tengah memunggungi nya menjadi penampakan pertama yang ia lihat di sana. Noah menutup pelan pintu tersebut agar suaranya tak mengganggu Kaia yang sedang beristirahat.

Langkahnya kemudian ia bawa ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tak membutuhkan waktu yang lama bagi Noah melakukan ritual mandinya, pria itu kemudian keluar dalam keadaan berpakain dan tubuh yang segar dari sebelumnya.

Noah naik ke atas ranjang mengisi sisi kosong di samping Kaia yang terlelap dengan indah di sampingnya. Noah melirik sejenak ke arah wajah tenang tersebut, kemudian membalik badannya memunggungi Kaia. Detik berikutnya Kaia membuka matanya, sorotnya menatap punggung lebar itu yang kini tengah memunggunginya. Kaia sebenarnya belum terlalu jatuh dalam lelapnya sehingga mudah baginya untuk sadar ketika pintu kamar terbuka.

Dalam keadaan kedua mata pura-pura tertutup, Kaia menunggu Noah selesai membersihkan diri sampai pria itu mengisi kekosongan di sisinya. Namun tak sepatah katapun keluar dari mulut pria itu sejak kedatangannya, bahkan Noah tidak memeluk atau menciumnya seperti yang biasa pria itu lakukan kepadanya sebelum tidur.

Ada yang aneh, batinnya. Dan itu membuat Kaia penasaran serta merasa diabaikan, terdengar berlebihan namun entah mengapa Kaia merasa tidak suka. Kaia kemudian mencoba berpikir positif setelahnya, mungkin saja Noah sedang kelelahan karena pekerjaannya yang banyak. Dilihat kepulangan pria itu di jam yang tak biasanya membuat hal tersebut masuk akal. Noah sedang lelah maka dari itu pria itu langsung beristirahat tanpa basa-basi dengannya. Lagipula Noah berpikir Kaia sudah tidur jadi pria itu memilih tak mengucapkan apapun kepadanya.

Kaia kemudian memeluk tubuh gagah prianya dari belakang, membenamkan wajahnya di belakang leher Noah. Kaia berharap Noah akan merespon dengan mengusap jarinya yang berada di depan, namun detik berganti menit tidak ada balasan dari pria itu. Kaia lalu memilih melepaskan pelukan yang tak terbalaskan tersebut, rasa sakit menghinggapi dadanya—entah kenapa. Namun sebelum tangannya benar-benar menyingkir dari tubuh Noah, pria itu mencekal pergelangannya, membawanya kembali ke dalam pelukan.

"Tidurlah kembali," ucap Noah pelan seraya mengusap punggung tangan Kaia.

"Aku tidak bisa tidur," jawab Kaia tak kalah pelan. Suaranya seolah teredam oleh malam yang tak mengenakan.

"Kenapa?" tanya Noah singkat. Masih dalam posisi memunggungi wanitanya.

"Karena kau mengabaikan ku."

Helaan nafas terdengar dari bibir ranum milik Noah. Perlahan pria itu berbalik menghadap Kaia yang kini tengah menatapnya dengan sorot yang—entah harus seperti apa Noah artikan. Tangannya mengusap pucuk kepala Kaia dengan gerakan pelan, netranya menatap pada iris kecoklatan milik kekasihnya itu dalam-dalam.

"Aku tidak mengabaikanmu," ucap Noah.

"Ya, kau melakukannya." Kaia membalas ucapan Noah dengan sorot yang masih beradu dengan manik legam milik Noah,"Ada apa? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?" Kaia akhirnya memilih untuk bertanya langsung agar rasa penasaran yang mengganggunya ini berakhir.

Noah langsung menggeleng untuk menyangkal pertanyaan Kaia. "Semuanya baik-baik saja. Hanya sedikit masalah pekerjaan, besok juga sudah beres."

"Kau yakin?" tanya Kaia sekali lagi untuk sekedar memastikan.

Noah mengangguk pelan sebagai respon terakhirnya. Tanganya yang sedari tadi mengusap pucuk kepala Kaia kini ia bawa ke pelukannya,"Sudah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Sebaiknya kita tidur. Jujur, saat ini aku sangat lelah dan butuh tidur," ucap Noah yang mulai nampak frustasi.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang