DESIRE 33

18.3K 1.4K 482
                                    

Hallo selama malam semua!

Seperti biasa vote dan komen dulu yaa ✨

Selamat membaca 💋

_____________________

Regan bersama teman-temannya nampak berjalan di lorong kampus, hendak pergi ke kafetaria untuk makan siang.

Menjadi orang populer di kampus memang mengenakan namun merepotkan sekaligus karena setiap hari mereka kewalahan karena para wanita maupun pria mengerubungi mereka. Para mahasiswa seakan mengabaikan peringatan dari Regan untuk tidak mengganggu kenyamanan mereka, mereka terus berdatangan, membawa berbagai macam hadiah maupun surat berisi romantisme.

“Setiap hari terasa dikejar-kejar zombie,” celetuk Kaelan. Duduk seraya mengatur nafasnya setelah sampai di kafetari.

Regan, Marco dan Dylan mengangguk setuju. Setelah itu Marco menanyakan menu yang ingin dipesan kepada teman-temannya dan kembali dengan Kaelan dengan nampan berisi makanan juga minuman.

Ketika mereka sedang tenang-tenangnya, Anya muncul bersama Teresa mendatangi meja dimana Regan duduk bersama teman-temannya.

Tanpa permisi Anya duduk di depan Regan, membuat para pemuda itu mengangkat kepala menatap Anya yang sedang tersenyum kepada Regan.

“Apa-apaan gadis ini? Tiba-tiba duduk tanpa permisi,” sungut Kaelan.

Anya menoleh sinis ke arah Kaelan,”Memangnya kenapa? Bangku ini bukan milikmu,” balas Anya. Lalu ia beralih menatap Regan di depannya,”Lagipula Regan mengizinkan ku duduk disini bersamanya,” ucapnya dengan senyum manis.

“Aku tidak pernah berkata demikian,” balas Regan dengan suara rendah. Kaelan terkikik begitupun dengan Marco dan Dylan.

Meski merasa malu dengan ucapan Regan, Anya terus mempertahankan senyuman nya. Terlebih orang-orang yang ada di kafetaria mulai menaruh perhatian kepadanya, ayolah meski para mahasiswa kampus sering mengerubungi Regan dan teman-temannya mereka tahu waktu kapan mereka bisa mendekati mereka atau tidak.

Mengabaikan hinaan Regan dan teman-temannya, Anya kembali menatap Regan untuk mengutarakan niatnya.

“Ku dengar kau mendapatkan tiket menonton balap di pusat kota, akupun juga dapat tiket mahal itu. Bagaimana jika kita pergi bersama minggu depan?” ajak Anya pada Regan.

Regan terlihat kesal, bahkan pemuda itu sampai membanting sendoknya ke atas piring. Karena tindakan itu, orang-orang yang berada di kafetaria semakin penasaran apa yang terjadi di sana.

“Pergilah dari hadapan ku, kau membuatku kesal dengan kehadiran mu di sini,” ucap Regan dengan tenang, meski suasana hatinya di rusak oleh gadis di hadapannya itu.

“Anya, ayo! Sebaiknya kita pergi,” bisik Teresa yang berdiri di samping Anya. Sejak awal ia tidak berniat mengambil tempat duduk baik di dekat Regan ataupun teman-temannya.

Karena tidak ingin menarik perhatian orang-orang lebih jauh lagi, akhirnya Anya beranjak dari tempat duduknya sembari meremas tali tas nya.

…………………………….

Noah duduk di kursi kebesarannya dengan perasaan gusar, dokumen yang menumpuk di sisi mejanya ia abaikan begitu saja. Benda pipih yang terus ia pandangi itu terasa lebih menarik untuk mendapatkan perhatiannya dari pada tumpukan dokumen yang akan mendatangkan pundi-pundi kekayaan kepadanya.

Bunyi pesan masuk membuat Noah bergegas meraih ponselnya untuk memeriksa pesan tersebut, setelah melihat nama si pengirim Noah meletakan kembali ponselnya.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang