DESIRE 38

16.7K 1.2K 632
                                    

Malam semua 🌃

Sebelum membaca vote dan komen dulu yuk 😚

Selamat membaca 💋

______________________

Kaia hanya bisa menghela nafas ketika seorang dokter kini tengah membalut luka sayat di lengannya. Sebelumnya Kaia sudah menolak ketika Noah bersikukuh membawa dokter ke mansionnya untuk memeriksa luka Kaia. Padahal menurut Kaia lukanya tak separah itu sampai harus dokter yang turun tangan, namun begitu setelah dokter memeriksa nya, luka sayatan itu cukup dalam namun tidak perlu dijahit.

Setelah dokter meninggalkan mansion, barulah Noah berani mendekat dan duduk di sisi sofa yang kosong di sebelah Kaia.

“Aku mau pulang,” ujar Kaia ketika Noah sudah duduk di sebelahnya.

“Tidak boleh,” balas Noah cepat.

Kaia menunjukkan luka di lengannya,”Jika luka ini yang kau khawatirkan maka ku katakan kalau aku baik-baik saja,”

Nampak pria itu menggeleng pelan, meraih lengan Kaia yang sudah dibalut perban dan menatapnya dalam,”Bukan begitu. Keadaan di apartemen mu belum aman jadi sebaiknya untuk sementara waktu kau tinggal di sini,”

Noah harus memastikan bahwa keadaan apartemen Kaia setelah penyerangan yang terjadi pada wanita itu. Bisa saja para penjahat itu memiliki komplotan atau mungkin dua pria itu adalah orang suruhan lalu tuan mereka mengetahui kegagalan mereka dan berniat mengirim orang lain lagi untuk menyakiti Kaia.

Sementara itu berada di dekat Noah adalah satu-satunya cara agar Kaia tetap aman. Ada kemarahan yang terasa di dalam diri Noah ketika ia melihat Kaia dalam keadaan terpojok antara hidup dan mati beberapa saat yang lalu, Noah tidak akan lupa bagaimana rasanya ketika ia tidak mendapati Kaia di apartemen nya lalu memeriksa ponselnya untuk melacak keberadaan wanitanya.

Noah berniat menyusul Kaia namun tak pernah menyangka jika yang di dapatinya justru hal yang membuat api kemarahannya menyala-nyala, jantungnya berdetak kencang dan rasa takut terselip di dalamnya. Maka Noah tak mikir dua kali untuk menabrak salah satu pria yang ada di sana hingga mobil bagian depannya menghimpitnya ke tembok dan melayangkan tembakan ke arah kawan pria itu yang sedang menodong senjata ke arah Kaia.

Menanggapi ucapan Noah barusan, Kaia sejenak berpikir kalau yang dikatakan pria itu ada benarnya. Apartemennya mungkin saat ini bukan menjadi tempat yang aman baginya jika memang dua pria tadi bukanlah preman yang asal menghadangnya di tengah jalan. Jika dua pria tadi adalah kiriman dari seseorang maka saat ini nyawanya sedang terancam.

Benaknya kemudian bertanya, siapa dalang di balik penyerangan nya? Kaia lalu menatap Noah yang kini masih memandangi lukanya, apakah ayah Noah yang melakukannya? Batin Kaia saat ini.

Ada dua tersangka yang Kaia duga sebagai dalang dibalik penyerangan nya. Pertama Robert yang mungkin sudah tahu bahwa Kaia telah melanggar kesepakatan mereka dan—ibu serta adik tiri terkasihnya.

“Aku sudah meminta Jack untuk membawa beberapa barangmu kemari,” ucap Noah. Diamnya Kaia sudah ia anggap setuju bahwa Kaia bersedia tinggal di mansion nya untuk sementara waktu, selamanya pun tak masalah jika perempuan itu mau.

“Terima kasih,” balas Kaia. Kemudian ia teringat sesuatu, bagaimana jika ia bertemu dengan Robert di sini? Seketika Kaia jadi gelisah, matanya berkeliaran menatap mansion mencari-cari keberadaan Robert. Bagaimana jika Noah tahu bahwa ia dan Robert pernah bertemu.

Noah memperhatikan itu,”Jika kau mencari keberadaan ayahku maka kau tidak akan menemukannya di sini,”

Kaia mematung, lantas segera bersikap biasa-biasa saja.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang