DESIRE 58

25K 1.4K 154
                                    

Selamat malam!

Jangan lupa vote dan komen ya 😚

Selamat membaca 💋

_________________________

Ketidakberdayaan yang dirasakan seorang perempuan yang sedang duduk menumpu wajahnya di atas kedua lututnya itu begitu terasa melelahkan. Sepanjang malam menanti tanpa kepastian yang jelas dari sosok pria yang pergi meninggalkannya, meninggalkan perasaan khawatir dan gelisah yang bercampur aduk menjadi satu hingga membuatnya mual.

Kaia mengintip sejenak nampan yang berisi makanan di depan pintu, makanan yang beberapa menit lalu diantar oleh Jack ke kamarnya. Dan beberapa lalu juga Kaia berusaha keluar dari kamarnya, namun Jack menempatkan banyak anak buah Noah menjaga di depan pintu sehingga Kaia tidak punya celah untuk kabur dari sana. Kaia benar-benar marah kepada Jack, pria itu benar-benar mengurungnya, tidak memberinya celah atau kesempatan untuk ari menghampiri Noah. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Noah, maka Jack akan menjadi orang yang pertama kali Kaia salahkan dalam hal ini.

Kaia bergerak dari tempat duduknya, meraih nampan tersebut lalu ia bawa ke pangkuannya. Jujur saja, Kaia sedang tidak nafsu makan saat ini karena pikirannya yang penuh tentang Noah. Bagaimana ia bisa makan dengan tenang sementara pria yang ia cintai sedang bertaruh nyawa di luar sana. Namun sekali lagi ia tidak boleh egois, bayinya membutuhkan asupan untuk bertahan di dalam sana. Dan dengan amat berat, tangannya bergerak menyendok sesuap nasi ke dalam mulutnya. Gerakan mulutnya pelan, berusaha mengunyah dan menelan makanan itu pelan-pelan meski Kaia merasa mual.

Bahkan ketika jam sudah menunjukan pukul dini hari, Kaia tidak bisa memejamkan matanya. Kaia tidak bisa tidur, sebelah tangannya memegang ponsel, harap-harap Noah segera menghubunginya—namun hingga detik ini tidak ada tanda-tanda dari pria itu. Entah keberanian dari mana, cairan bening itu keluar membasahi pipinya, kendati ia menahan benda itu keluar dari tempatnya sejak awal, pada akhirnya ia menangis karena merasa sesak terlalu menekan dadanya hingga Kaia merasa kesulitan untuk bernafas.

Pikiran-pikiran buruk menghantuinya, membuat Kaia merasa tidak tenang. Otaknya penuh dengan kata kenapa, kenapa dan kenapa. Kenapa hal ini harus terjadi, kenapa masalah ini begitu cepat datangnya dikala Kaia dan Noah mulai memperbaiki hubungan mereka yang sempat memburuk,. Pikiran bahwa ia akan kembali kehilangan membuat Kaia takut. Ibu, ayah, masa kecilnya, dan juga harapan-harapannya sudah memukulnya teramat sakit karena Kaia kehilangan semuanya. Dan kali ini, setelah ia menemukan sosok yang ia anggap penting berperan dalam hidupnya, sosok yang ia temukan bisa membuatnya merasa aman dan nyaman dan sosok yang bisa menjadi tempatnya pulang ke tempat yang disebut rumah—berada jauh dalam jangkauannya. Apa Kaia harus kehilangan lagi setelah semuanya?

Kaia rasa ia tidak akan sanggup untuk itu. Jika dibilang ia sudah bodoh, tolol atau apapun sebutan untuk seseorang yang telah jatuh sejatuhnya dalam hal cinta maka Kaia akan menerima sebutan itu. Cinta memang mengubah pendiriannya sejak awal Kaia merasakannya, cinta dan kasih sayang yang disodorkan Noah memang membuatnya goyah.

Kaia masih muda, akan rentan bila dihujani kasih sayang, apalagi orang sepertinya yang telah lama hidup tanpa kasih sayang lebih rentan untuk jatuh dan rapuh apabila disuguhi perhatian, cinta dan juga kasih sayang dari lawan jenis. Peran ayah yang baik untuk seorang anak tidak pernah dirasakannya, sehingga membuat Kaia mudah terbuai dengan perhatian-perhatian kecil, terlebih pada sosok yang ia kagumi. Dan disaat Kaia dapat merasakan pengalaman tersebut, takdir seolah tak senang membuat Kaia menikmati hal tersebut lebih lama.

"Please God, not again," gumam Kaia. Kaia benar-benar serius dengan perkataannya. Tidak lagi kali ini, tidak lagi ia harus mengalami kehilangan. Biarkan apa yang telah menjadi miliknya tetap berada di sisinya, jangan diambil lagi, sudah cukup ia rasa.

DESIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang