Chapter 1

40.3K 1.8K 170
                                    

P E M B U K A

kiwkiw berondoooong 😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


kiwkiw berondoooong 😋

Kasih emot dulu sebelum baca buat penyemangat

***

Uang yang terkumpul dari tiga tempatnya melakukan pekerjaan paruh waktu, tidak lebih dari lima juta. Terlalu sedikit untuk mencukupi kebutuhannya yang banyak itu. Mencicil utang peninggalan ayah, bayar SPP + uang saku adiknya, makan sehari-hari untuk tiga orang, bayar kontrakan, dan kebutuhan-kebutuhan lain yang terus saja berdatangan. Memikirkan itu, membuatnya berkali-kali menghela napas, merasakan beban berat menekan dada. Ciptakan sesak sekaligus denyut nyeri.

"Sialan!"
Gadis yang baru saja mengumpat sembari menendang kerikil itu namanya Miura Nara. Seorang pekerja paruh waktu di tiga tempat berbeda setiap harinya. Pekerjaan itulah yang menjadi penyebab mengapa dia selalu pulang dengan langkah berat dan tubuh penat. Membuatnya tubuh kurusnya tampak semakin menyedihkan.

Lebih menyedihkannya lagi, Miura masih harus mengandalkan sepasang kakinya yang pegal untuk berjalan menyusuri gang sempit dengan penerangan minim, hanya demi menghemat. Ojek terlalu mahal, ongkosnya bisa untuk membeli satu porsi makan yang mengenyangkan plus es teh manis. Maka dari itu, Miura lebih memilih berjalan kaki. Sekalipun setiap langkahnya terasa berat dan membuat kakinya semakin kesakitan. Dia sebenarnya tahu, setelah menyelesaikan tiga pekerjaan paruh waktu, tubuhnya butuh istirahat. Hanya saja keadaan menuntutnya menjadi sosok kejam pada diri sendiri.

Kadang-kadang, dia sudah berhenti melangkah sebelum sampai rumah. Menepi, duduk sejenak seraya memijat kakinya yang semakin lemah—baru berjalan beberapa menit saja sudah gemetar. Karenanya, Miura sering kali memukul tempurung lututnya keras-keras. Bermaksud memberi pelajaran tentang menjadi kuat. Tidak boleh cengeng!
Orang miskin sepertinya tidak boleh banyak mengeluh! Begitu moto hidup Miura Nara.

"Pras!" teriaknya dengan kepala mendongak tinggi menatap bintang yang paling terang. "Dari situ keliatan nggak anak yang lo tinggalin ini, huh?"

"Anak lo semakin menderita, Pras! Kenapa pake bunuh diri dan ninggalin utang sebanyak ini, sih? Minimal bayar dulu utang lo, Woy! Lo yang utang buat judi, gue yang harus bayar. Cih, nggak bertanggungjawab banget lo jadi orangtua!" umpat Miura sebelum menutup kelopak mata, lalu menghirup napas dalam-dalam.

Tangannya yang dingin mengeratkan genggaman pada kantong plastik berisi menu makan malam untuknya serta ibu dan adiknya; ayam geprek sesuai permintaan dua orang tidak tahu diri yang selalu mengandalkannya.

"Gue benci banget sama lo, Pras! Lo, tuh, sumber penderitaan gue! Dari lo masih hidup, bahkan udah mati pun lo tetep kasih penderitaan ke gue! Salah gue apa, sih?!" Miura menggeram marah. "Bangsat lo!" umpatnya mengingat bagaimana buruknya Adipati Prasojo menjalankan peran sebagai ayah.

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang