Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berond...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kasih emot dulu buat chapter ini
Dari minggu kemarin, nenekku sakit, dan sempet dirawat di rumah sakit beberapa hari. Alesan update lama, ya, karena ini; harus gantian jagain selama di rumah sakit yang bikin capek fisik maupun pikiran—sampe bener² nggak bisa buat fokus ke yang lain. Sekarang alhamdulilah udah dibawa pulang, tapi aku pun masih tetep sering bolak-balik ke rumah nenek karena beliau masih belum pulih. Aku udah beberapa kali nyoba ngetik kemarin-kemarin, tapi ujungnya dihapus. Hari ini, habis dari rumah nenekku, langsung keramas dan maksa pokoknya harus ngetik, dan lahirlah chapter ini. Sengaja jelasini biar kalau chapter setelah ini masih lama updatenya, kalian tau alasannya.
***
Dilihat-lihat, pacar berondong tantrumannya lebih mirip bokem ngambek karena dipaksa berhenti main dan panas-panasan di lapangan, daripada seorang pria dewasa yang baru saja pulang kerja. Miura jadi bingung harus bereaksi seperti apa—geli atau kasihan—sewaktu melihat bagaimana wujud Askara Tarachandra Manggala saat ini. Rambut kekasihnya yang memanjang dengan highlight mulai memudar, terlihat awut-awutan. Teracak berantakan di dahi dan mencuat tak beraturan di segala sisi. Wajahnya tampak kusam dan berminyak dengan kilau lelah begitu kentara. Bahu yang biasa tegap dan terlihat kokoh, sedikit merosot. Menambah kesan dramatis pada si tukang cari perhatian. Belum lagi pakaiannya yang jauh dari kata rapi dan terdapat noda di beberapa sisi.
Dan yang paling mencolok serta mencuri perhatian Miura, adalah mata Askara yang biasanya berbinar cerah setiap kali bertemu dengannya, kini tampak memerah karena tekanan emosi tertahan. Tatapan yang biasanya penuh antusias, terlihat menajam. Mewakili protes tak terucap, sebab tak miliki banyak energi untuk menyampaikan protesan tersebut lewat kata-kata. Garis bibir yang biasanya membentuk lengkung senyum hangat nan ceria, kini membentuk garis kaku yang merengut aura ceria seorang Askara.
"Aku marah besar sama Kak Miumiu!" tandas Askara, supaya Miura mulai memikirkan cara untuk membujuknya yang sedang marah besar. Setelahnya, pria itu lantas menerobos masuk dengan langkah cepat membawa beban emosional. Berakhir menjatuhkan tubuh besarnya ke sofa dengan gerakan begitu dramatis. Buat Miura tersenyum geli sewaktu menyaksikan pacar berondongnya sedang tantrum. Salahnya juga yang pulang duluan, padahal sebelumnya Askara sudah mengatakan akan menjemput.
"Askara."
Si pemilik nama tidak menyahut, menoleh pun tidak. Ketika mendengar langkah kaki kian dekat, dia segera mengubah posisi; berbaring miring memunggungi Miura dengan wajah sepenuhnya terbenam pada sandaran sofa. Tidak pernah ragu menunjukkan sisi lain dari Askara Tarachandra Manggala yang kekanak-kanakan, berondong itu menarik tungkai panjangnya sehingga kini dirinya membentuk posisi meringkuk. Kemudian meraih bantal sofa yang dia tekan ke dada. Ciptakan suasana penuh drama yang kentara dipaksakan guna menuntut sebuah perhatian, dia sesekali bergerak penuh kegelisahan diiringi erangan-erangan lirih. Juga berkali-kali menghela napas berat, pastikan Miura tahu kalau sekarang ini dia tengah merajuk. Dan detik-detik selanjutnya Askara gunakan sepenuhnya untuk menunggu Miura lakukan sesuatu guna membujuknya, serta mengobati hatinya yang begitu terluka karena ditinggal pulang duluan.