Chapter 25

16.6K 1.6K 508
                                    

P E M B U K A

Kasih vote dan emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih vote dan emot dulu buat chapter ini

***

"Mas Askara pulang, tuh, Mbul," beri tahu Manggala yang mengira jika si bungsu belum tahu kalau kakaknya malam ini pulang. "Gembul nggak mau nyamperin ke depan?"

"Buat apa? Orang aku nggak kangen sama si onoh, nggak pengin ketemu juga."

"Oh gitu ... tapi yang kemarin nanyain Mas Askara kapan pulangnya, sampe tadi sore ngerengek ke Mamiw Pio biar ditemenin ke kantor Papi—mau ketemu Mas Askara—itu siapa ya? Gembul Umbul-Umbulnya Papi apa bukan hmm?"

Spontan Melody mendongak menatap papinya, lalu menyapu pandangan ke sekitar tuk pastikan tidak ada si pendosa yang mencuri dengar. Bisa besar kepala kalau si paling mas-mas itu tahu hal memalukan yang dia lakukan. Setelah memastikannya aman, si bungsu pun beranjak dari sofa, dan berlari kecil mendekati papinya. "Suuuut, yang Papi sebutin tadi itu rahasia. Mas Askara nggak boleh tau, nanti aku diledekin sampe dua tahun ke depan."

Manggala mengulas senyum, sebelum akhirnya merunduk sejajarkan wajah dengan wajah si bungsu yang masih terlihat seperti bayi 17 bulan di matanya. "Berarti ini rahasia Gembul sama Papi?"

Gadis itu mengangguk cepat hingga pipi gembilnya tampak bergoyang-goyang pelan. "Iya, rahasia. Papi bisa jaga rahasia kita, kan?"

Mantan duda liar yang masih liar itu mengangkat telunjuknya, untuk kemudian ditempelkan di sudut kiri bibirnya. Dengan gerakan lamban nan dramatis, dia menggeser telunjuknya hingga ke sudut kanan. Setelah itu, jarinya dilipat, sebelum akhirnya bergerak seolah-olah tengah memutar kunci. "Aman, rahasianya Mel aman sama Papi," pungkasnya kemudian memasukkan kunci rahasia tak kasatmata ke dalam saku kemeja. Dan apa yang dilakukan sukses membuat putri bungsunya tertawa puas sekali.

"Rencana busuk apa yang kamu siapin, Mbul? Ketawanya serem banget," celetuk Askara.

Ketika menoleh dan mendapati kakaknya berjalan ke arah sofa, Melody yang meninggalkan ponsel dalam keadaan menyala, pun panik bukan main. Sebab, yang terakhir dilakukan adalah bertukar pesan dengan Jeremy. Hingga dia pun tiba-tiba menjerit keras. Buat kakaknya berhenti melangkah dan menatap heran ke arahnya yang kini berlari melewati pria itu.

"Papi tadi liat sendiri, kan? Aku nggak ngapa-ngapain Gembul, Gembul yang tiba-tiba teriak sendiri. Jadi, tolong buat kesaksian jujur kalau bocah itu nanti fitnah aku di depan Mamiw Pio," ujar Askara saat Viola muncul.

"Bukannya Mas Askara yang suka fitnah aku? Aku mana pernah begitu-begitu," celetuk Melody yang terlihat sudah lega, sebab ponsel sudah berhasil diamankan.

"Iya, deh, yang paling terpuji akhlaknya."

"Udah, udah, jangan berantem," lerai Viola kemudian meraih lengan Askara, memandu si anak tengah hingga duduk bersebelahan dengan si anak bungsu. Setelahnya, dia pun menyalakan televisi. Suguhkan tayangan kartun anak-anak yang dianggap bisa membuat kedua anaknya anteng seperti anak kecil. "Kalian nonton TV aja, diem, nggak usah ribut. Yang ngajak ribut, bikin gara-gara duluan, besok ditatar sama Papi sampe sore tanpa gadget."

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang