Chapter 7

65.2K 2.9K 251
                                        

P E M B U K A

berondongnya Kak Miumiu 😋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

berondongnya Kak Miumiu 😋

Kasih emot dulu sebelum baca chapter ini



Di dalam ruangan dengan meja panjang tampak mengkilap berbahan kayu jati dan dikelilingi kursi-kursi yang memiliki sandaran tinggi, seorang pria berkacamata terduduk bersama raut yang terlihat begitu gelisah. Jemari pria bersetelan jas rapi berwarna navy dipadukan kemeja putih bersih, serta dasi berwarna gelap itu terus saja mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan tatapan terlihat kosong ke depan.

Beberapa saat kemudian, dia menegakkan punggung. Melirik ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan, sebelum akhirnya menyambar gawainya kembali. Untuk kesekian kali, ia mencoba menghubungi nomor yang sama. Milik seseorang yang belum juga datang. Padahal seharusnya si bos magang—penerus yang sama gendengnya dengan Gala Gendeng—sudah datang sejak setengah jam yang lalu untuk dibriefing sebelum memimpin rapat menggantikan papinya.

"Askara ...." Jiro merapalkan nama si bos magang yang menjadi tanggungjawabnya, dengan penuh kekesalan. Ingatkan Jiro agar menyiapkan tali, rantai, atau apapun itu yang bisa digunakan untuk mengikat Askara supaya tidak kabur-kaburan lagi saat akan ada rapat penting.

Ya seperti biasa.
Jiro ditipu.
Pasca diantar Manggala yang langsung pergi setelah menyerahkan tanggung jawab padanya supaya mengawasi Askara, Askara izin ke toilet dengan dalih BAB. Dari awal pun sudah sangat mencurigakan. Jiro pun berpikir kalau itu pasti akal-akalan si beban barunya saja, karenanya Jiro tak mengizinkan, dan berdebat dramatis dengan mantan bocil kematian. Hingga tiba-tiba Askara diam dan tak lama setelahnya terdengar bunyi kentut cukup keras.

Sepertinya kentut itu adalah jenis hipnotis terbaru, karena setelahnya Jiro menjadi penurut—persis korban hipnotis. Selain mengizinkan anak bosnya pergi ke toilet, dia juga menyerahkan kunci mobil ketika Askara memintanya. Dia baru sadar akan kebodohannya beberapa menit kemudian dan pensiunan tuyul magang itu sudah kabur.

"Astaga, Askara ... kamu kemana, sih?" geramnya saat lagi-lagi panggilannya tak terjawab.

Jiro menggigit bibir bawah, menjadi pertanda kegelisahannya akan segera sampai di puncak. Setiap kali percobaannya gagal, kegelisahannya memang terus bertambah tanpa mampu dia tangani. Terlebih ketika satu per satu kursi kosong mulai terisi peserta rapat dan meja penuh berkas dan alat tulis serta laptop yang tersusun rapi, juga kesiapan proyektor beserta layar besarnya. Dimana benda-benda itu seolah-olah mampu bicara, mendesaknya untuk segera memulai rapat.

Untuk kesekian kalinya, Jiro menarik napas dalam-dalam. Lalu mengembuskan perlahan. Berusaha tetap tenang di depan para rekannya yang sedang mengobrol ringan menunggu rapat dimulai. Kemudian dia pun membasuh wajah dengan telapak tangan kosong. Berharap gerakan itu mampu membantu menyembunyikan kegelisan yang sulit sekali disembunyikan di situasi sekarang. Pria yang sudah kehilangan rasa nyaman dan hanya kecemasan yang menyelimutinya, pun beranjak meninggalkan kursinya.

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang