Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berond...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Chapter ini panjang banget, hampir limaribu kata. Semoga nggak bosen baca sampe ketemu TBC
Kasih vote plus emot dulu buat chapter ini
***
Secara mendadak Miura hentikan langkah, buat pria yang terus mengekor hampir saja menabraknya. Begitu atur ekspresi yang masih menjadi rangkaian sesi jailnya pada pacar berondongnya, gadis itu pun balik badan. Lantas mengerang dengan nada yang dibuat-buat kesal. "Apa lagi?"
Askara tersenyum tipis sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Kak Miu belum jelasin yang tadi," katanya mengingatkan dengan suara pelan.
"Jelasin apa lagi, sih?!"
"Yang udah nggak magang lagi."
"Nanti."
Lagi-lagi dijawab 'nanti'.
Tadi, begitu Miura selesai bekerja, Askara yang sudah sangat penasaran langsung menodong penjelasan, dan dijawab 'nanti'. Katanya setelah sampai di apartemen. Menagih janji, pria yang sudah mencoba sabar selama perjalanan penuh kegelisahan hingga sulit fokus, pun menuntut penjelasan untuk kedua kalinya tepat saat mereka sampai di depan pintu. Namun nasibnya menjadi lebih buruk. Sudah tidak dipuaskan rasa penasarannya, terus saja disuruh menunggu setelah ini-itu, endingnya kena omel pula.
"Dari tadi nanti-nanti terus," gerutu Askara, disambung gerakkan mengerucutkan bibir. Kedua alisnya yang membingkai mata pun bertaut hingga ciptakan kerutan di dahi. Saat itu juga, dia tatap kekasihnya dengan jenis tatapan yang mampu mewakili protesannya, sebab Miura terus saja menjawab 'nanti'. Seperti sengaja menunda-nunda. "Jelasin sekarang, kan, bisa," sambungnya.
"Kalau gue bilang nanti, ya, nanti," pungkas Miura tak terbantahkan. "Gue mau mandi dulu, nanti setelah mandi gue jelasin."
"Gimana kalau mandi bareng?" usul si berondong dengan mata berbinar penuh harap. "Sambil mandi, sambil jelasin; hemat waktu."
"Nggak! Nggak ada mandi bareng. Kalau mau denger penjelasan yang tadi, tunggu gue selesai mandi."
Bahu kokoh pria yang selalu memperlihatkan sisi berbeda jika di hadapan Miura, tampak sedikit merosot ketika dia akhirnya pasrah. "Nunggunya boleh di dalem nggak, Kak? Biar kalau Kak Miura kenapa-kenapa, bisa gercep nolongin."
"Yang ada gue bakal kenapa-kenapa kalau lo nunggu di dalem," sinis Miura paham jika ini bukan hanya soal menunggu di dalam. "Lo tetep di luar."
Askara memejam sesaat, lantas tersenyum tuk akui jika kalah berdebat. Dia paham betul-betul bagaimana Miura Nara. Mau menakut-nakuti gadis itu, sebagaimana yang sering dilakukan pada Melody-membuat narasi horor kalau di bathub sering ada rambut misterius, shower kadang-kadang mati lalu menyala dengan sendirinya namun yang keluar bukanlah air, melainkan darah, atau menceritakan tentang hantu tanpa kepala yang kerap berdiri di sudut kamar mandi-pun sepertinya tidak akan membuat Miura ketakutan.