Chapter 24

12.5K 1.4K 350
                                    

P E M B U K A

Kasih vote plus emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih vote plus emot dulu buat chapter ini

***

Miura terjaga bersama sisa kehangatan dari ruang kosong di sisi kanannya. Ingatannya seketika terisi penuh oleh momen saat dimana Askara menjaganya, memastikannya tetap tenang di dalam hangat pelukan yang pria itu berikan sepanjang malam—sekalipun yang dipinta hanya sebatas sampai tidur saja.

Segala bentuk afeksi si berondong itu terekam jelas dalam ingatan. Dan yang paling berkesan adalah saat dirinya tiba-tiba terjaga oleh mimpi buruk, ada Askara yang membuka mata tanpa dipinta, dan berusaha menenangkannya. Menyematkan kecupan-kecupan lembut di kening, lalu membisikkan kata-kata menenangkan sembari mengelus kepalanya penuh sayang. Berkali-kali dirinya terus diyakinkan, tidak boleh mengkhawatirkan perihal apapun, sebab ada Askara yang menjaganya di setiap tarikan napas.

Malam itu Miura berserah sepenuhnya, percaya pada janji tak terucap dari berondong yang menggunakan lengan kokohnya untuk memeluknya. Dia pun pejamkan mata kembali, dan setelah itu, ingatannya hanya tentang bagaimana suara detak jantung dengan irama menenangkan, serta gerakan mengelus-elus punggung yang seolah berbisik jika semua baik-baik saja. Dua hal itu mengantarkannya hingga tidur begitu nyenyak, tanpa mengkhawatirkan apapun. Dia sempat terjaga di jam 3 dini hari, namun kembali tidur pulas degan cepat, sebab hangat pelukan si pacar magang masih tetap melingkupi tubuhnya.

Paginya, Miura terbangun dengan perasaan jauh lebih tenang. Tak ada lagi kepingan bayang menakutkan tentang kekacauan bersumber dari keluarganya yang terjadi kemarin. Membuktikan bahwa pengaruh kehadiran Askara memang begitu besar. Tengil-tengil begitu, pelukannya semalam seperti charger energi, mengisi ulang energinya yang sempat kehabisan hingga penuh. Lebih dari itu, pelukan berondong usil yang lebih sering menunjukkan tingkah menyebalkan, mampu mengusir lelah. Membuatnya tersadar, jika sebenarnya dia butuh sosok seperti Askara Tarachandra Manggala untuk hidupnya yang penuh kekacauan, hanya saja selalu mengelak fakta itu.

"Yaaaah udah bangun," celetuk Askara seraya mendorong pintu dengan salah satu kaki supaya terbuka semakin lebar. Pria bertelanjang dada dengan apron yang terpasang asal-asalan, serta rambut teracak berantakan, pun masuk ke kamar. Langkahnya penuh kehati-hatian, sebab tak ingin melakukan kecerobohan yang berpotensi mengurangi nilai dirinya sebagai suami idaman.

Begitu letakkan nampan berisi sarapan di meja samping tempat tidur, dia pun duduk di tepi ranjang. Waktu beberapa detiknya digunakan hanya untuk diam, fokus memandang indahnya paras yang lebih tua, dan tidak ragu tuk memujinya cantik.

"Padahal kalau belum bangun, mau gue bangunin pake cara khusus—wufwuf. Sayang banget Kak Miumiu udah bangun duluan. Gagal deh," pungkasnya. Di akhir tidak lupa menunjukkan senyum tengil dan sorot usil khasnya. Memberi kesan menyebalkan tak terbantahkan.  "Tapi nggak papa, deh. Kan gue masih punya rencana cadangan."

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang