Mulanya, maksud Miura Nara menerima pernyataan cinta berondong tengil yang terus mengganggunya, adalah untuk membuatnya kapok. Dia sudah menyiapkan 1001 tingkah menyebalkan yang akan ditunjukkan selama masa uji coba berpacaran. Dengan begitu, berond...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kasih emot dulu sebelum baca
***
Seperti akhirnya menemukan jalan pulang ke rumah yang nyaman setelah lama tersesat, sekiranya begitulah penggambaran singkat dari ledakan perasaan Miura-ketika si berondong tengil nan menyebalkan itu memberikan peluk lebih erat lagi. Bukan hanya peluk, sewaktu mengetahuinya terisak, Askara bisikan mantra penenang dengan nada penuh kelembutan. Juga berikan elusan teratur di punggung sempitnya yang sedikit bergetar.
Tak disangka-sangka, seseorang yang terus saja berulah penyebab tensinya cepat naik, adalah orang yang mampu menenangkannya. Seseorang yang mampu membuat berisik di kepalanya berhenti sejenak. Seseorang yang mampu menyediakan tempat untuknya benar-benar bisa merasakan apa itu istirahat.
"Kak Miumiu kalau nggak mau berhenti nangisnya, gue cium sampe sesek napas loh, ya," ancam Askara tidak benar-benar serius, tapi bisa berubah serius kalau memang Miura tidak keberatan berciuman dengannya. "Sekedar informasi aja, gue lagi birahi. Kalau lagi birahi gini, ciumannya nggak bakal lepas sebelum dipisahin warga."
Spontan Miura meninju dada kiri berondong si perusak suasana haru. Lantas dia pun mendongak, perlihatkan tampang yang dibuat-buat semenyeramkan mungkin. Namun sepertinya gagal total.
Bukannya takut, Askara justru menatap penuh khawatir pada Miura, sebab pria itu telah menemukan kesedihan dalam mata cantik gadis di hadapannya. Sebuah penemuan yang membuat rasa ingin tahunya muncul menuntut dipuaskan.
Dalam diamnya, dia terus bertanya-tanya dalam hati perihal Miura Nara yang penuh misteri. Tentang seberapa banyak beban yang sedang gadis itu pikul sendirian sampai detik ini. Tentang seperti apa cerita kelam penuh duka dalam yang terus dipendam tak pernah mau diceritakan. Tentang seberapa dalam luka yang gadis itu sembunyikan dalam kurun waktu sangat lama. Tentang bagaimana malam-malam panjang yang Miura lalui dengan isi kepala penuh kekacauan.
"Mikirin apa lo?!" sentak Miura mengejutkan, buat pertanyaan-pertanyaan dalam kepala Askara lenyap seketika. "Mikir jorok, kan, lo? Ngaku nggak?!"
Askara nyengir lebar. "Iya," akunya tanpa takut kena sepak Miura. "Maaf, ya? Soalnya Kak Miumiu cantik banget, mana sexy."
"Bocah kurang ajar!" Kena jewerlah Askara, hukuman dari Miura. Bukan hanya dijewer, bocah mesum itu juga dipukuli dadanya.
"Dimaafin nggak, Kak Miu? Tadi, kan, udah minta maaf. Kalau belum dimaafin, nanti gue anterin pulang deh. Sebelum dianterin, gue traktir makan sama belanjain apapun buat Kak Miumiu-sebagai sogokan biar dimaafin. Gimana?"
"Bisa aja lo modusnya, Kecrekan Bencong!" cecar Miura seraya mendorong dada Askara supaya menjauh-setelah dasinya dia pakai untuk menyeka genangan air mata di pipi. Setelah itu, Miura mengambil satu roti lagi dari kantong belanjaan milik Askara, dan duduk di kursi kayu. Memakan roti dengan lahap.