Chapter 16

16.4K 1.7K 647
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu buat chapter ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih emot dulu buat chapter ini

***

"Ini beneran apartemen lo?" tanya Miura lalu mengedarkan pandang ke sekitar. Matanya mengerjap beberapa kali, wujud dari ketidakpercayaan yang membuat napas seperti tertahan.

Askara mengangguk lemah, kemudian melangkah menuju kontrol panel di dinding dan menyalakan AC untuk mendapatkan kesejukan. Setelahnya, pria yang sedang berbahagia karena berhasil mengurung Kak Miumiu ke kandang wufwuf, beranjak ke meja kecil dimana diffuser berada. Dia buka tutup kaca bening itu, lantas menuang beberapa tetes minyak esensial beraroma lavender kesukaannya, dan segera menghidupkan alat tersebut.

Kabut yang keluar, langsung bergerak menyebarkan semerbak aroma menenangkan ke setiap sudut ruangan untuk membuat rileks penghuninya. Dan Askara pun duduk santai di sofa dengan mempertahankan raut memelas untuk menahan kepergian Miura.

"Serius?" selidik Miura masih sulit mempercayai fakta jika anak sopir seperti Askara ternyata bisa tinggal di apartemen elite. Apa jangan-jangan ... tapi masa iya? Hanya demi gengsi sampai seperti itu? Kalau benar demikian, kasihan sekali ayah Askara.  Dasar anak durhaka! Tega sekali menyusahkan orangtua demi dipandang kaya. 

Bukan bermaksud meremehkan suatu pekerjaan, tapi berapa, sih, gaji sopir sampai anaknya bisa menyewa apartemen semewah ini? Jika kamar kosan minimalis dengan fasilitas minim miliknya saja dipatok harga sewa 500 ribu per bulan. Kira-kira berapa harga sewa apartemen dengan sentuhan glamor klasik yang memiliki minibar ekslusif, home theater berkualitas tinggi, serta memiliki banyak furniture berkelas nan mahal? 

"Kalau bukan punya gue, kita nggak mungkin bisa masuk, Kakak Cantik."

Benar juga, tapi ....
Gaji sopir memang semenjanjikan itu, ya? Miura benar-benar penasaran. Bingung juga kenapa bisa sekaya ini. "Lo tinggal sendiri?" tanyanya begitu duduk di ujung sofa, sengaja agar tidak dekat-dekat dengan Askara yang tiba-tiba merengut tidak suka.

"Iya," jawabnya dengan raut dibuat-buat sedih. "Kak Miumiu mau nemenin nggak?"

Bantal sofa pun seketika melayang sebagai ungkapan penolakan keras atas ajakan Askara. Dan berondong ceplas-ceplos itu sigap menangkapnya. Begitu bantal didapat, dia bergeser ke arah Miura dengan maksud mengembalikan bantal. Namun tidak kembali ke posisi awal saat bantal itu sudah berada di pangkuan gadis incarannya. Memang ini tujuan lainnya, mengembalikan bantal hanyalah pengalihan isu. Untungnya Kak Miumiu tidak sadar dengan itu— bahkan ketika sekarang mereka duduk rapat tanpa sekat.

"Biaya sewa di sini berapa?" tanya Miura. Kenyamanan yang ditawarkan sejak dia menginjakkan kakinya di sini, membuatnya berminat memiliki hunian seperti ini. Jika terjangkau, mungkin dia bisa mengumpulkan uang untuk menyewa satu atau dua bulan sebagai self reward. "Kalau ada rezeki nanti, gue pengin nyewa apartemen kayak punya lo." 

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang