Chapter 18

16.2K 1.6K 565
                                    

P E M B U K A

Kasih vote dulu buat chapter ini,plus emot :))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kasih vote dulu buat chapter ini,
plus emot :))

***

Aroma manis dari cokelat panas yang masih mengepulkan asap itu benar-benar menggoda. Mengundang Miura yang sedari tadi hanya bisa memandangnya, agar segera menyesap, dan nikmati rasa manis bercampur lembut yang memberikan sensasi hangat. Hingga gadis itu pun tergoda, lantas mengulurkan tangan, namun berhenti sebelum berhasil menyentuh gagang cangkir tersebut.

Keraguan kembali menyergap. Mengingatkannya pada siapa yang membuatkan cokelat panas itu untuknya. Dan keraguannya kian membesar begitu mengangkat wajah. Dia mendapati Askara tersenyum tipis dengan sorot penuh arti. Meningkatkan status kewaspadaannya supaya tidak boleh lengah, apalagi termakan tipu daya berondong licik itu.

"Kenapa nggak jadi, Kak Miumiu?" tanya Askara dengan lembut, kemudian meletakkan cangkir cokelat panas miliknya. "Ayo diminum, jangan malu-malu. Kan udah pacaran hehehe."

Semakin Askara berusaha mendesaknya untuk segera minum cokelat panas yang pria itu buat, maka semakin yakin lah Miura kalau minumannya sudah disabotase. Dugaannya, mungkin sudah diberi sesuatu yang buruk—obat perangsang misalnya. Masuk akal, kan, kecurigaannya, mengingat bagaimana sepak terjang berondong itu. Apalagi Askara masih ¼ matang, hormonnya pasti belum stabil, dan jikalau bertindak tanpa pikir panjang. Tidak diperhitungkan betul-betul dampaknya. Ya namanya juga masih bocah.

Maka dari itu, dia yang baru sadar telah tertipu hingga berakhir terkurung di apartemen pacar magangnya, diharuskan bertindak lebih hati-hati lagi. "Nggak mau. Buat lo aja semuanya."

Askara menggeser cangkir minumannya, kemudian melipat rapi kedua tangannya di meja. Tanpa melunturkan senyum, pria itu pun mencondongkan badan. Antarkan wajahnya tuk bisa lebih dekat lagi dengan wajah Miura Nara. Dengan begitu dia bisa menyimpan rekaman dengan detail lebih jelas dari paras menawan pacarnya, yang mudah sekali merona dibuatnya.
"Kenapa hmm? Enak loh, bikin anget—tanpa harus kelonan."

Tangannya yang semula anteng di pangkuan, membuat gerakan meremas-remas pelan, di tengah upayanya mengabaikan sensasi yang timbul saat Askara terus saja mendekatkan wajah. Menyisakan jarak tak seberapa, pemicu gugup yang menyeruak dalam rongga dadanya. Dengan dasar melindungi dari dari segala jenis ejekan Askara, Miura berusaha begitu keras untuk menyembunyikan kilatan resah, di balik raut yang dibuat-buat segalak mungkin.

"Gue nggak sebodoh itu, ya! Dan jangan mimpi lo bisa ngadalin gue lagi!" tukas Miura dengan wajah bersungut-sungut. Bukannya pemarah, tapi wajah Askara benar-benar menyebalkan. Siapa, sih, yang tidak mudah emosi jika menghadapi berondong berwajah tengil dengan tatapan usil seperti Askara? Terlebih jika sudah memperlihatkan kedipan genitnya. "Gue tau rencana busuk lo—tapi pura-pura nggak tau aja, deh, biar lo seneng."

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang