Chapter 15

18.5K 1.3K 300
                                    

P E M B U K A

Kasih emot dulu sebelum baca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kasih emot dulu sebelum baca

***

Skenario digerebek warga dan berujung nikah paksa malam itu juga, gagal—sengaja digagalkan.

Semua bermula saat Askara membentuk pasukan khusus, dan menunjuk Zahary sebagai provokator yang bertugas memprovokasi warga untuk melakukan penggerebekan—setelah dia datang melapor. Tidak selesai sampai di situ, saat pasangan yang diduga mesum di kosan disidang ketua RT nanti, Zahary masih harus memprovokasi warga agar menikahkan mereka malam itu juga. Askara yang membayangkan bagian enaknya saja—wufwuf—mendesak agar rencana ini segera direalisasikan tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan buruknya.

Untungnya ada orang waras yang merupakan penasihat di lingkar pertemanan mereka yaitu Jeremy Chan. Sebelum rencana konyol itu terwujud, Jeremy berhasil menggagalkannya dengan memaparkan hasil akhir skenario penggerebekan dari perspektifnya. Dimana bukan dipaksa menikah—sebagaimana angan indah Askara—melainkan diserahkan ke warga yang brutal dan anarkis; digebukin satu RT alias mati. Sang penasihat dalam geng tidak jelas itu juga meminta Askara untuk memikirkan reaksi Nawasena Manggala, jika tiba-tiba ditelepon Pak RT yang memberi tahu kalau anak laki-lakinya diarak warga. 

Dari situlah, Askara yang sedang akting meriang simulasi meninggal, langsung pamit pulang. Miura yang sempat mengkhawatirkannya, langsung cengo ketika pria itu tiba-tiba terlihat sehat bugar, dan mencium punggung tangannya sebelum pergi. Padahal sebelumnya kondisi Askara sangat buruk—berdasarkan pengakuan bocah itu. Saat ketiduran saja mengigau aneh, lalu tiba-tiba terjaga, dan bertingkah seperti orang ketakutan yang begitu waspada dengan sekitar. Saat itu, Miura saja takut. Sempat mengira kalau berondong itu didatangi malaikat pencabut nyawa.

Tidak hanya skenario penggerebekan warga yang gagal, ketidak beruntungannya malam itu masih berlanjut.

Setibanya di rumah, Askara kena omel papi paket lengkap. Mamiw Pio yang biasanya berada di pihaknya, ikut mengeluarkan khodam knalpot brongnya. Mengomelinya atas dasar sudah mengusik si anak bungsu dan cucu pertama kesayangannya.  Membuatnya jadi bahan olokan si anak bungsu dan cucu pertama yang selalu dibela itu. Mereka terus saja melintas di ruang keluarga hanya untuk meledeknya. Terutama si Gembul Umbul-Umbul.

Maka, ketika papi dan mami menutup persidangan setelah menjatuhi vonis, Askara pun mengejar mereka untuk membalaskan dendam. Sontak saja tante dan keponakan itu menjerit takut, lalu berlari menghindarinya yang memasang raut semenyeramkan mungkin.

"Kok ngejar aku, sih?!"
Melody semakin panik.
Sewaktu berpisah, berlari berlawanan arah dengan keponakannya, Mas Askara justru lebih tertarik mengejarnya daripada Naka. Tidak hanya dikejar, punggungnya beberapa kali kena lemparan boneka-boneka kecil. Mas Askara memang berlari sembari membawa keranjang berisi banyak boneka. Yang terakhir malah kena kepala. Lalu saat dia berhasil ditangkap, leher sampai perutnya langsung dililit, diikat boneka ular piton sepanjang 2 meter. "Mas Askara ...." Melody berusaha melepaskan diri, namun tak berhasil. Boneka ular itu mengikatnya terlalu kuat. "Naka, tolongin Tante."

Double TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang