06

320 50 1
                                    

Selama di perjalanan hanya ada keheningan yang memenjara di antara Rose dan Liam. Walau saat ini Rose terlihat sibuk dengan ponselnya, tapi sesekali ia melirik ka arah Liam yang tampak tenang, dan harus Rosela akui, kalau seorang Liam benar-benar tampan.

Liam punya mata kecoklatan yang begitu indah dan menghipnotis. Pria itu punya rambut hitam yang lebat dan Rose bisa membayangkan rambut itu sangat halus saat ia belai. Rahangnya begitu tegas, dan bibirnya yang merah dan penuh itu pasti akan sangat nikmat kalau ia cumbu habis-habisan.

Dan hanya membayangkan itu saja membuat Rose hampir mengerang.

Sial, kenapa aku seperti jalang kurang belaian begini!

Rose kembali meraih botol minum yang masih tersisa setengah. Lalu ia menghabiskan minuman itu hingga tandas. Kulitnya terasa terbakar dan tenggorokannya terasa kering dari tadi.

Rose berdeham pelan. “Aku lapar,”  ujar gadis itu memutus ketegangan yang sejak tadi menguasai dirinya. Membuat semua bagian sensitifnya sakit dan perut bagian bawahnya melilit.

“Mau membeli sesuatu dulu?”

Rose mengangguk, lalu ia mengarahkan Liam ke toko roti langganannya yang ada dekat di jalan yang tengah mereka lewati.

Liam memarkirkan mobil di parkiran bakery yang tersisa. Bakery langganan Rose ini memang  sangatlah enak, jadi tidak heran kalau saat ini toko roti itu tampak begitu ramai. Bahkan, antriannya sampai keluar pintu masuk yang dipasangi tulisan Open besar-besar.

“Mau beli apa? Nona tidak usah turun. Biar aku yang membelikannya.”

“Hmmm ... Donat tabur gula dan pretzel. Donat vanila kesukaan Erika, dan donat apapun kesukaanmu. Kamu juga belum sarapan, kan?”

Liam tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Rose. Pria itu memastikan kembali semua pesanan Rose dan bertanya, “Sudah? Itu saja?”

“Ah, ya kopi tanpa gula.”

“Magmu bisa kambuh kalau minum kopi pagi-pagi. Jadi, aku tidak akan membelikanmu.”

Dan tentu saja hal itu langsung membuat Rose cemberut. Yang menurut Liam hal itu sangat menggemaskan sekali.

Hah, bibir itu ... Benar-benar membuat Liam gila.

“Yasudah! Belikan saja aku fresh milk! Dasar menyebalkan!”

“Baik, tunggu sebentar.”

Lalu dengan langkah kakinya yang panjang-panjang Liam menuju bakery. Meninggalkan Rose di mobil sendirian.

Akhirnya Rose bisa bernapas dengan benar. Sehingga kini ia bisa menghidu udara banyak-banyak karena satu ruangan dengan Liam benar-benar membuatnya sesak napas.

Padahal belum ada satu jam Rose satu mobil dengan Liam. Tapi pria itu sudah menjungkirkabalikan seperti rollercoaster.

“Dasar tukang ngatur menyebalkan! Setelah ini apa? Dia bakal melarangku keluar rumah karena takut aku beneran ditembak saat manggung?”

Biasanya saat dengan Kenzo, pria itu juga bakal melarang Rose membeli kopi di pagi hari. Hanya saja Kenzo akan menggunakan cara yang lebih lembut, tidak seperti Liam yang benar-benar bossy itu. Dan sialnya lagi, Rose seolah tidak bisa membantah. Hingga pada akhirnya Rose langsung bungkam dan hanya bisa kesal dalam diam.

Ah, dasar menyebalkan!

Kini Liam sedang terjebak di antrian. Tubuh Liam yang begitu jangkung tampak begitu menonjol di antrian yang kebanyakan lansia itu. Membuat Rose tanpa sadar terkikik sendiri.

Sebuah ide cemerlang tiba-tiba muncul di kepala Rosela membuat gadis itu mengangkat satu sudut bibirnya.

Rose mengenakan topi dan masker yang biasa ia siapkan di keadaan darurat. Lalu ia mengendap-endap turun dari mobil.

***

Walau Liam hanya berdiri diam dan mengantri, tatapan pria itu tetap waspada. Hingga ia sadar kalau seorang pria yang duduk di paling pojok memandangnya sinis dan segerombolan gadis yang tengah duduk di kursi depan tengah berbisik-bisik dan membicarakan tentang; dada, seksi, dan juga super hot berkali-kali.

Liam juga terus fokus mengamati Rosela yang ada di dalam mobil dengan serius. Hingga akhirnya matanya langsung melebar saat melihat Rose turun diam-diam dari mobil dan menyegat sebuah taksi.

Sial! Dasar si keras kepala itu!

Liam pun bersiap untuk pergi, tetapi tangan karyawan toko lebih dulu mencegatnya.

“Aku tidak peduli kalau kamu tampan, Tuan! Tapi aku tetap akan memburumu sampai ujung dunia kalau kamu pergi tanpa membayar!”

Sekarang memang pas sekali giliran Liam mendapat pelayanan setelah mengantri panjang, hingga Liam tidak bisa pergi begitu saja. Dan keadaannya saat ini benar-benar membuatnya lagi-lagi memaki dalam hati dengan kesal.

Sialnya lagi, Liam juga tidak membawa uang cash. Sehingga ia harus membayar dengan ATM yang proses pembayaran cukup menguras waktu.

Shit!” teriak Liam begitu proses pembayarannya selesai. Lalu Liam menelepon El dengan emosi yang membakar seluruh tubuhnya.

“El, tolong kamu lacak taksi nomor B 3467 CF. Kirim GPS-nya padaku segera!”

Tanpa menunggu lama El sudah melaksanakan tugasnya. Hingga kini dengan rahang berkatup rapat ia segera melajukan Range Rover-nya mengikuti titik GPS taksi.

Dan dari titik GPS yang berjalan, Liam langsung tahu kalau Rose tidak sedang menuju rumah Erika Young seperti rencana.

***

Pria itu tidak suka mawar merah. Kalah boleh memilih ia lebih suka memberikan Roselanya mawar putih. Tapi Rose lebih suka mawar merah. Oleh karena itu, walau dengan perasaan tak suka dan marah ia tetap datang ke toko bunga untuk membeli mawar merah.

Ia membelai mawar putih dengan lembut dan penuh kasih. Lalu, sebuah senyuman mengerikan terbit di bibirnya yang biasanya hanya terkatup diam itu. Ia memang bukan tipe yang banyak bicara.

Ia pun memborong mawar putih yang ada di toko bunga itu, lalu ia membeli cutter dengan hati berbunga-bunga.

Ada satu cara membuat mawar putih ini jadi merah. Yaitu, dengan darahnya sendiri.

La~la~la~la~la~la~~~~

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang