61

176 34 4
                                    

Begitu sampai di rumah utama keluarga Atmaja, Rosela langsung pergi ke ruangan sang Papa yang ada di sayap kanan. Sedangkan Liam langsung pergi ke kamar Rosela untuk mengambil tumpukan surat-surat yang dikirimkan oleh white rose.

Surat itu tampak begitu cantik. Diketik dalam berbagai kertas warna-warni yang lembut dan cerah, memiliki aroma khas bunga lili, dan sebuah perangko bergambar bunga mawar yang begitu aesthetic. Dan juga pita-pita cantik yang diikatkan dengan sempurna. Siapa pun yang mendapat surat ini, jelas akan langsung terbawa perasaan. Karena semua surat-surat itu tampak begitu manis. Sayang sekali, yang mengirimnya adalah orang yang sangat mengerikan.

***

Setelah menghilangkan rindu dengan sang papa, kini Rosela makan berdua dengan papanya tercinta itu. Namun, karena Rosela sudah makan berat sebelumnya, kali ini ia hanya makan es krim saja. Papanya memanglah orang yang sangat manis, karena ia pasti selalu menyetok es krim favoritnya di kulkas ruang kerjanya. Rosela tahu, setelah kepergian mama, papa memang jadi berbeda. Tapi satu hal yang juga gadis itu tahu, kalau kasih sayang sang papa benar-benar tidak pernah berubah sedikit pun. Dari dulu sampai sekarang.

Wajah papa tampak sangat lelah. Rosela yakin, setelah mengetahui apa yang menimpa Camelia Atmaja, papanya pasti akan menyelidiki kasus kematian istrinya dan akan mengejar siapapun yang sudah menembak kepala Camelia Atmaja bahkan sampai ujung dunia. Bahkan, sampai ke liang lahat sang tersangka kalau memang sang pelaku sudah tidak ada di dunia.

Rosela juga tahu, kalau papanya pasti sangat terbebani dengan ini semua dan butuh teman untuk bercerita. Hanya saja, Rosela tidak sanggup membicarakan tentang sang mama saat ini. Sakit hatinya terlalu besar, hingga mungkin nanti ia akan meminta Kenzo atau Liam untuk menghibur sang papa.

Thomas menatap Rosela lembut. Pria paruh baya itu tahu, kalau putri kesayangannya saat ini tengah gundah karena merasa bersalah atas kematian Gisella Kim. Hingga ia tidak semangat makan es krim favoritnya. Padahal biasanya, sang putri akan makan dengan lahap seperti anak kecil yang menggemaskan.

Ah, tapi bagi Thomas ... Rosela akan selalu jadi putri kecilnya.

“Papa tahu kamu merasa bersalah atas kematian Giselle, Sayang. Tapi, itu sama sekali bukan salahmu. Bukan kamu yang membunuh Giselle. Tapi white rose yang melakukannya. Dan apapun yang dilakukan oleh psikopat gila itu, tidak ada hubungannya denganmu.”

“Papa pasti sudah membaca pesan yang aku kirim pada Giselle. Dan white rose benar-benar membunuh Giselle dengan cara mengerikan begitu. Jadi, bagaimana bisa aku tidak memiliki andil untuk kematiannya?” tanya Rosela dengan suara yang gemetar. Karena sesungguhnya ia sangat takut setengah mati saat ini. Dan rasa bersalah benar-benar membebani hatinya hingga dadanya rasanya sakit sekali.

“Oh, Sayangku....” Lalu, Thomas bangkit dari duduknya untuk memeluk tubuh putrinya tercinta. Dan di dalam pelukan sang papa, Rosela menangis sekali lagi. Ia benar-benar mengakui kalau ia takut setengah mati, dan benar-benar lemah saat ini.

“Pa, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan....” ujar Rosela di tengah isakkannya.

Thomas mengelus rambut Rosela lembut, lalu membisikan kata-kata penenang dan penuh keyakinan; kalau mereka pasti akan menangkap siapapun white rose sialan itu. Ia akan mendapat hukuman yang setimpal dan menyakitkan. Lalu, jika memang perkiraan Liam benar soal identitas white rose yang berani-beraninya mengganggu ketentraman keluarga Atmaja, maka ia bersumpah; ia sendiri yang akan meledakkan kepala bajingan itu.

***
Hahaha ketebak nggak sih guys, si white rose-nya siapa?👀

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang