23

225 44 3
                                    

Liam langsung meninggalkan pekerjaannya begitu mendengar Rose berteriak dari pintu depan. Ia juga mengacungkan pistol yang siap ia tembakkan kepada siapa saja yang mengganggu sang nona. Tadi saat Liam melihat kamera cctv tidak ada masalah selain  seorang pegawai apartemen yang membawakan bunga. Dan Liam sudah memasang perlindungan double, sehingga dipastikan seharusnya tidak ada senjata api atau senjata tajam yang bisa mengancam nonanya. Pegawai apartemen yang membawakan bunga juga termasuk orang yang dipercayai Liam, jadi seharusnya tidak ada masalah. Oleh karena itu, Liam mengizinkan Rose membuka pintu apartemen sendiri, karena Liam sudah memastikan semuanya aman dan terkendali.

Liam mungkin terlihat tak peduli dan terus mengabaikan sang nona, tapi sebenarnya sejak tadi ia terus mengawasi setiap gerak-gerik Rose yang menggemaskan. Matanya juga selalu awas mengawasi beberapa kamera cctv yang ia pasang sendiri di dalam gedung serta luar gedung apartemen. Matanya akan langsung bereaksi kalau ada yang mencurigakan. Liam berjanji akan memastikan sendiri, kalau tidak akan ada yang menyakiti nonanya.

***

Rose masih berdiri di depan pintu dengan tubuh yang gemetaran. Bunga mawar raksasa yang tadinya begitu cantik, kini sudah jatuh ke lantai dengan begitu mengenaskan. Rose memandangi kedua tangannya yang berwarna merah darah. Membuat ketakutannya yang membuat ia sering insomnia, kembali memenuhi kepala.

Rose pernah membunuh seseorang di masa lalu. Dan ia bersyukur ia melupakan semuanya. Sehingga ia tidak tahu siapa yang sudah ia bunuh hingga darahnya memenuhi kedua tangannya.

“Nona Rose! Kamu tidak apa-apa?” tanya Liam seraya memasukkan kembali pistol ke samping celananya. Lalu kedua tangannya yang kokoh, meraih kedua bahu Rosela yang gemetaran.

“Darah,” lirih Rose masih memandangi kedua tangannya yang gemetar.

Liam meraih kedua tangan Rosela, lalu memeluk tubuh yang gemetar ketakutan itu. Persetan kalau sekarang ia sedang bekerja. Persetan kalau Rosela Atmaja adalah nonanya. Persetan dengan semuanya! Saat ini Liam hanya ingin memeluk tubuh Roselanya yang ketakutan. Air mata gadis itu, benar-benar membuat Liam hancur lebur.

Oh, sayangku!

“Liam?"

“Ya....” baby.

“Aku mau mencuci tanganku. Tanganku penuh dengan darah. Aku tidak suka,” ujar Rose masih dengan tubuh yang gemetaran. Gadis itu meringkuk di pelukan Liam. Seolah mencari perlindungan di sana.

Pelukan Liam rasanya hangat. Dan ia merasa sangatlah aman.

Walau Liam tidak melihat noda apapun di tangan sang nona, sang bodyguard tetap menuntun Rose menuju westafel. Lalu dengan gerakan lembut dan hati-hati, Liam mulai membersihkan tangan Rose. Mencuci setiap inci tangan sang nona dengan gerakan lembut, sedikit memijitnya, menyabuninya. Lalu mengelapnya dengan hati-hati. Setelah itu ia membopong tubuh sang nona ke kamarnya dan membiarkan sang nona beristirahat.

***

Liam langsung mengirim bunga mawar yang diterima Rose tadi pagi kepada El. Karena bunga mawar merah yang sangat cantik itu, aslinya adalah bungan mawar putih yang dicat jadi merah dengan darah.

Walau aroma bunga mawar itu sangat manis dan ada sedikit aroma bunga lili, tetap saja amis darah yang sangat menyengat dan khas tidak bisa dihilangkan. Dan aroma lili samar-samar yang tercium, menandakan jika bunga itu pasti dikirim oleh white rose.

Awalnya Liam berpikir setelah ini ia pasti akan menangkap siapapun white rose yang sudah meneror Rosela atas nama cinta. Karena psikopat sepertinya, pasti akan menggunakan darahnya sendiri untuk pengorbanan atas nama cinta.

Liam mengangkat telepon dari El yang baru saja masuk.

“Bagaimana hasil penyelidikanmu, El?”

“Sepertinya kita tidak bisa membahas hal ini di telepon. Datang ke kantor secepatnya, Liam!”

“Ada apa, El?”

“Darah yang digunakan untuk mewarnai mawar itu, berasal paling tidak dari 10 orang yang berbeda. Termasuk darahmu dan darah Rosela Atmaja.”

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang