57

166 36 1
                                    

Dengan dikawal oleh Liam, Rosela keluar dari mobilnya dan masuk ke kantor kepolisian. Tentu saja banyak wartawan di sini, sehingga begitu keluar dari mobil, lampu blitz langsung menghujaninya. Sehingga ia harus sedikit merem dan menunduk untuk menembus itu semua. Belum lagi pertanyaan para wartawan yang terus berdatangan bertubi-tubi, membuat kepala Rosela pening luar biasa. Semua suara itu seolah berdengung jadi satu, mencipta orkestra paling memekikan telinga yang pernah ia dengar.

Untungnya Liam berhasil menjaga Rosela dengan baik, sehingga sang aktris tidak terjangkau oleh para wartawan yang haus berita; seolah berubah jadi anjing pemburu yang haus darah. Dan akan melakukan apapun untuk mendapatkan mangsanya.

Sesampainya di dalam kantor kepolisian, Rosela langsung digiring ke ruang introgasi.

Dan berhadapan dengan polisi bernama Kalisa benar-benar membuat Rosela kesal setengah mati. Bukan, bukan karena Kalisa menatapnya penuh penghakiman padahal ia tidak tahu apa-apa.

Tapi, karena Kalisa menatap Liam lapar dan terus tersenyum centil pada bodyguard-nya. Idih, dasar perempuan ganjen! Padahal Liam tampak diam saja dan hanya memberi respons seadanya, tapi Rosela tahu kalau keduanya saling kenal. Dan hal itu semakin membuat dadanya panas dan langsung membuatnya kesal setengah mati.

Sehingga saat ini, ia tidak menyembunyikan wajah persemusuhannya terang-terangan pada Kalisa.

“Selamat pagi Nona Rosela Atmaja. Perkenalkan aku detective Kalisa Saroyan. Aku yang bertugas untuk mengusut kematian Gisella Kim. Dan terima kasih karena kamu sudah hadir di sini, kesaksianmu benar-benar sangat berarti,” ujar Kalisa mencoba untuk ramah. Walau tak bisa dipungkiri kalau dari nada bicaranya, sang detective benar-benar tidak menyukai Rosela.

“Senang bisa membantu,” sahut Rosela tak ramah, karena saat ini emosinya benar-benar naik sampai ubun-ubun. Tapi, elusan pelan Liam di punggungnya, berhasil membuat emosinya redam dalam sesaat seolah disiram air dingin. Tapi juga membuat bagian-bagian sensitif di tubuhnya menegang karena gairah. Sial, sentuhan pria itu benar-benar sangat menyiksa tapi sekaligus membuat kecanduan.

“Liam, sudah menjelaskan situasinya kepada tim kepolisian kemarin. Jadi, aku hanya ingin menanyakan beberapa pertanyaan. Jadi, apa kamu pernah bertemu dengan white rose sebelumnya?”

“Tidak, biasanya ia hanya mengirimi aku banyak hadiah atau surat-surat bersama dengan hadiah dari penggemar lainnya. Awalnya hanya hadiah dan surat cinta biasa, tapi lama-lama menjadi semakin obsesif bahkan sampai mengirimiku surat ancaman pembunuhan.”

“Tapi, menariknya di sini. Justru Gisella lah yang dibunuh oleh white rose yang merupakan penggemar beratmu. Dengan cara yang sama, seperti yang kamu katakan di pesan yang kamu kirim pada Gisella Kim waktu itu.”

“Liam, pasti memberitahumu kalau ponselku disadap,” ujar Rosela dengan tubuh gemetaran. Ia benar-benar tak bisa membayangkan jika Gisella dibunuh dengan cara seperti yang ada di kepalanya, karena itu akan sangat menyakitkan dan membayangkannya saja sudah membuat Rosela mual.

“Jadi, kamu benar-benat tidak tahu soal penyadapan itu? Kamu benar-benar tidak bersekongkol dengan white rose? Beberapa saksi menyebutkan kalau hubunganmu dengan Giselle sedang tidak baik-baik saja. Jadi, mungkin begini skenarionya, Rose, kamu begitu membenci Giselle sehingga bersekongkol dengan white rose untuk membunuh gadis malang itu.”

Tentu saja, dituduh begitu membuat Rosela begitu marah. Tapi tubuhnya terlalu gemetaran sehingga tidak mampu membalas apapun. Pikirannya sangat kacau, salah satu manusia paling penting di hidupnya baru saja dibunuh dengan kejam. Ia begitu sedih sampai kesedihan itu rasanya begitu mencekik.

Mendengar sang nona yang dituduh tanpa bukti, tentu saja membuat Liam sangat marah. Sehingga sang bodyguard maju satu langkah, lalu menggebrak meja sehingga membuat Kalisa terlonjak kaget.

Liam menatap Kalisa dengan tatapan marah yang sangat kentara dan menakutkan, dan demi apapun itu membuatnya gemetaran. Kalisa tidak pernah melihat Liam dengan tatapan seperti ini sebelumnya, tatapan penuh kemarahan dan juga peringatan, karena ia sudah berani mengusik dan melukai apa yang Liam cintai.

The Bodyguard (#1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang